Bapak, ibu, dan
saudara-saudara yang terkasih, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu pagi ini dengan Firman
Tuhan. Mari kita berdoa!
Doa Pembuka: Tuhan Yesus Pelindung kami. Kami bersyukur atas
berkat hari
baru yang Engkau berikan untuk kami. Bekali
kami dengan Firman-Mu yang kami nantikan
setiap harinya, agar kami mampu menjalani hari baru ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti
dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.
Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan
bagi kita pada hari ini tertulis dalam Mazmur 30: 12 beginilah firman
Tuhan:
Aku
yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah
Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita,
demikianlah firman Tuhan.
Ada sebuah idiom yang
berhubungan dengan kesombongan di tengah kenyamanan, yaitu tenang sebelum badai. Terkadang ketenangan dan rasa nyaman yang
kita alami saat ini bisa membawa kita ke dalam kesombongan iman. Ketenangan,
rasa aman, dan nyaman membuat kita merasa bahwa kemampuan dan usaha kitalah
yang menciptakan ketenangan, rasa aman, dan kenyamanan yang kita rasakan saat
ini. Lulus sekolah, menyelesaikan tugas akhir dan wisuda, menuntaskan setiap
pekerjaan, selesai menyekolahkan atau menikahkan anak, dan kondisi tenang
lainnya terkadang membuat kita lupa bahwa semua itu karena penyertaan tangan
Tuhan. Tenang sebelum badai berarti ada jeda waktu untuk kita seharusnya
mempersiapkan diri untuk badai, yaitu pergumulan yang lebih besar.
Di saat kita sudah
dimampukan Tuhan menyelesaikan pergumulan kita, seharusnya kita menyadari bahwa
kita sudah naik kelas dan bersiap untuk menghadapi pergumulan yang lebih berat
lagi ke depannya. Namun, terkadang sama seperti yang tertulis dalam ayat 7
pasal ini,
Dalam kesenanganku aku
berkata: “Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!”
Kita merasa senang dalam ketenangan
kita karena telah menyelesaikan satu dua masalah. Bahkan kita terkadang sombong
karena merasa bahwa kemampuan dan usaha kitalah yang membuat masalah
terselesaikan. Kita merasa bahwa dengan kemampuan dan usaha kita, kita siap
menghadapi masalah lain ke depannya. Dan terkadang kita pun merasa bahwa hidup
kita akan nyaman selamanya saat masalah yang kita selesaikan tersebut tuntas
dihadapi.
Kesombongan di masa tenang
terkadang membuat kita lupa bahwa hidup terus berjalan, dan masalah lain pasti
akan muncul. Kita merasa bahwa hidup selanjutnya akan baik-baik saja dan tanpa
masalah. Lebih parahnya lagi, kesombongan di masa tenang terkadang membuat kita
lupa akan tindakan Tuhan atas hidup kita. Lalu, muncul sebuah pertanyaan,
bagaimana kita bisa hidup tanpa tuntunan Tuhan. Bagaimana saat kita terjatuh
dalam masalah, Tuhan memalingkan muka-Nya terhadap masalah kita? Mampukah kita
bertahan dan menyelesaikan masalah kita? Sudah pasti tidak. Setinggi apapun
ilmu yang kita punya, sedalam apapun wawasan kita, seluas apapun pengalaman
yang kita miliki, secanggih apapun kemampuan kita, semua itu pemberian Tuhan
yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah yang kemungkinan besar adalah
buah tindakan kita, manusia.
Ratapan yang dimaksud
dalam ayat ini bukan hanya mengacu kepada kesedihan kita saat tenggelam dalam
masalah saja, melainkan juga ratapan karena kebodohan kita yang terlalu sombong
mengira bahwa kita mampu menghadapi masalah tersebut. Saat kita hadir dan
meratap, mengakui setiap kesombongan dan menyadari bahwa kita adalah ciptaan
yang bergantung kepada Penciptanya, Tuhan akan membantu kita menyelesaikan
masalah. Mungkin bukan dalam sekejap, simsalabim, masalah selesai. Akan tetapi,
Tuhan pasti akan membukakan setiap pintu solusi dan menguatkan kita menghadapi
masalah yang kita alami.
Kini, mari selalu
bergantung kepada Tuhan kapan pun, di manapun, dan dalam masalah apapun. Jangan
sesekali merasa hidup kita akan tenang selamanya saat satu dua masalah telah
kita selesaikan. Masalah akan terus ada selama nafas hidup masih ada. Bahkan
tidak jarang kematian kita membawa masalah bagi mereka yang hidup. Dan lagi,
saat kita menyelesaikan satu dua pergumulan kita, mari kita mengingat bahwa
masa tenang yang kita nikmati bukanlah hasil jerih payah kita, melainkan karena
Tuhan menguatkan dan membimbing kita menyelesaikannya. Biarlah kita memaknai
masa-masa tenang dalam hidup bukan sebagai ketiadaan lagi masalah, melainkan
masa di mana kita harus mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah yang
lebih besar. Mari kita selalu bersiap dalam tenang
sebelum badai dengan selalu menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan
bersandar selalu kepada kuasa-Nya. Amin.
Doa Penutup: Bapa
di dalam Sorga, kami
belajar bahwa Tuhan selalu
menguatkan kami dalam menyelesaikan setiap masalah yang sudah kami tuntaskan.
Kami juga belajar bahwa kami harus selalu bersiap meski di masa tenang sebelum badai dengan selalu
bersandar dan berserah kepada Tuhan. Ampuni setiap kesombongan kami serta ajar
kami untuk merendahkan diri kami dan mengingat bahwa kami adalah ciptaan yang
tidak bisa lepas dari-Mu, Pencipta kami. Demi Kristus kami berdoa.
Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan
persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian.
Amin.
C.Pdt. Maranata Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP I di Kantor Biro SMIRNA HKBP