Renungan Harian HKBP | 13 Juli 2024

Salam sejahtera buat kita semua, senang bertemu lewat
renungan harian Marturia HKBP hari ini Sabtu 13 Juli 2024. Kiranya kita semua
dalam keadaan sukacita menghadapi hidup yang masih Tuhan berikan untuk kita
jalani. Dalam suka maupun duka, ijinkanlah Roh Tuhan bekerja menguatkan dan
memenangkan segala perkara yang ada. Mari kita siapkan hati kita untuk menerima
firmanNya dengan saat teduh sejenak.

Doa
Pembuka:
Allah Bapa kami yang
Mahamulia, pengasih dan penyayang. Kami bersujud menyembahMu dengan rasa tunduk
dan hormat serta permohoman ampun atas segala dosa pelanggaran kami. Kami tahu,
kami belum mampu seperti yang Engkau harapkan karena sering tergoda oleh
kenikmatan dunia ini. Karena itu, kami selalu membutuhkan pertolongan dan
tuntunanMu dengan firmanMu yang akan kami dengarkan saat ini. Terimalah pujian
dan permohonan kami, agar kami layak menghadapMu, di dalam Nama AnakMu Tuhan
Yesus Kristus. Amin.

Renungan kita hari ini tertulis dalam Kejadian 37 : 22. Lagi kata
Ruben kepada mereka: “Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam
sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia” —
maksudnya hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali
kepada ayahnya.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Renungan kita hari ini adalah
bagian dari kisah saudara-saudara Yusuf yang merencanakan tindakan kejahatan
terhadap Yusuf.  Hal itu tibul karena
kebencian yang dipicu oleh iri hati dan cemburu karena rasa sayang Yakub, sang
ayah, yang sangat istimewa kepada Yusuf. Yakub mengistimewakan Yusuf karena ia
lahir pada saat Yakub sudah di usia tua dan dilahirkan oleh istri yang paling dikasihinya
yaitu Rahel. Dan hal itu ditunjukkan juga dengan membuatkan jubah yang sangat
indah bagi Yusuf. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih
mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan
tidak mau menyapanya dengan ramah. Dan hingga suatu ketika mereka bersepakat
untuk membunuh Yusuf. Dalam proses perencanaan buruk itulah Ruben sebagai anak
sulung sempat menunjukkan sifat baiknya kepada adik-adiknya dengan berkata,
“Janganlah tumpahkan darah, lemparkanlah dia ke dalam sumur yang ada di
padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia” maksudnya hendak
melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya. Usul
Ruben diterima oleh saudara-saudaranya dan berhasil mengurungkan niat mereka untuk
membunuh Yusuf sekalipun maksud baik Ruben untuk mengembalikan adiknya
kepada sang ayah tidak terpenuhi karena tanpa sepengatuhuan Ruben, saudara-saudaranya
yang lain telah lebih dulu bertindak menjual Yusuf kepada padagang Midian yang
lewat dalam perjalanan ke Mesir.

Jemaat yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus. Pentingnya sikap saling mengasihi
di tengah keluarga menjadi pelajaran yang dapat kita petik dari kisah
saudara-saudara Yusuf dalam renungan kita hari ini. Komunikasi yang baik antara
orang tua terhadap anak dan sebaliknya, begitu juga di antara sesama saudara, sangat
dibutuhkan.
Kita banyak melihat dan mendengar berita tentang berbagai
persoalan rumah tangga/keluarga sampai ke jaman yang
semakin modern ini. Bukan lagi hanya kekerasan terhadap anak yang
terjadi bahkan kekerasan terhadap orangtuapun acap terjadi. Memberikan kasih
sayang yang lebih terhadap seseorang acap kali memincu terusiknya keharmonisan
dalam rumah tangga/keluarga. Sebagai orangtua kita harus semakin berhati-hati
untuk memperlakukan anak-anak agar jangan sampai merasa tak dihargai atau
disayangi. Tidak sedikit rumah tangga/keluarga yang gagal karena setiap anggota
keluarga tidak mendapat kesempatan dan kasih sayang yang sama dari orangtua.
Persoalan yang terjadi pada anak-anak Yakub dalam kisah ini didasari oleh
kasih sayang yang dirasakan tidak seimbang di antara Yusuf dan
saudara-saudaranya, sehingga terjadi perpecahan, iri hati serta kecemburuan
yang dalam. Karena itu, marilah kita saling menjaga dan menciptakan kedamaian
di dalam rumah tangga/keluarga kita masing-masing melalui sikap selalu rendah
hati, lemah lembut, dan sabar serta saling membantu di dalam kasih. Yesus
mengajarkan kepada murid-muridNya: “Jika seseorang ingin menjadi yang
terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari
semuanya.” (Markus 9 : 35).
Amin.

Doa
Penutup:
Terima kasih atas firmanMu
ya Allah, Engkau mengingatkan kami agar menjauhkan diri dari sikap hidup yang
tidak Engkau kehendaki yaitu kebencian, iri hati dan permusuhan terhadap sesama
dan saudara kami. Menghindarkan segala rencana dan niat jahat dengan
menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang. Dengan rohMu, topanglah kami untuk mampu
melakukannya. Kami juga berdoa bagi seluruh umat ciptaanMu yang tengah
mengalami kesusahan dan penderitaan akibat bencana alam dan perang, hadirkanlah
kedamaian atas bumi yang kami diami agar kami dapat bersama membangun
perdamaian dan kesejahteraan di dunia ini. Ampunilah dosa-dosa kami, di dalam
Nama Yesus Kristus kami berdoa. Amin.

 

Anugerah Tuhan Yesus Kristus dan Kasih Allah Bapa dan
Persekutuan Roh Kudus kiranya menyertai kita sekalian. Amin.


St. Menerwatsen Panggabean – Staff Biro Musik dan Ibadah.

Scroll to Top