Doa Pembuka: Allah Bapa Kami yang berada di kerajaan
Surga, kami sungguh berterima kasih kepada-Mu karena begitu besar kasih-Mu yang
dapat kami rasakan di dalam kehidupan kami saat ini. Ya Allah, sebentar lagi
kami akan mendengar Firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami, agar kami bisa
mengerti Firman-Mu serta melakukannya di dalam kehidupan kami. Terima kasih
Tuhan, Di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap
syukur. Amin.
Nas Renungan: Kejadian 45:24
”Kemudian ia melepas saudara-saudaranya serta berkata kepada mereka: ”Janganlah
berbantah-bantah di Jalan.”
Pelukan Kepada
Saudaranya adalah Bukti Cinta Kasih Yusuf
Bapak-Ibu,
bagaimana ketika kita merasakan apa yang dirasakan oleh Yusuf? Mungkin, kita
akan susah untuk memaafkan saudara-saudara kita, ketika kita sendiri dijual
kepada orang lain. Tidak ada kata maaf mungkin terucap pada kita, kalau kita
merasakan apa yang dirasakan oleh Yusuf. Bahkan dalam pikiran kita, kapan kita
bisa membalaskan dendam yang sudah terpendam itu kepada saudara-saudara kita.
Akan tetapi, Bapak-Ibu dalam Firman ini, berbanding terbalik yang dilakukan
oleh Yusuf. Mengapa demikian?
Kisah
Yusuf ini tidak terlepas dari kisah yang begitu tragis dalam kitab Kejadian
ini. Kisah yang menjelaskan bagaimana makna pertobatan yang sesungguhnya. Kisah
ini bermula ketika Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya, karena mimpinya. Saat
masih berusia 17 tahun, Yusuf telah menerima visi Tuhan melalui mimpi. Pertama
mimpinya, Tampak kita sedang di ladang mengikat berkas-berkas gandum, lalu
bangkitlah berkasku dan tegak berdiri; kemudian datanglah berkas-berkas kamu
sekalian mengelilingi dan sujud menyembah kepada berkasku itu. Mimpi ini
dibalas oleh saudaranya dengan lantang mengatakan, ”Apakah engkau ingin menjadi
raja atas kami? Apakah engkau ingin berkuasa atas kami?” (Kej. 37:5-8). Mimpi
kedua Yusuf ialah ”Aku bermimpi pula: Tampak matahari, bulan dan sebelas
bintang sujud menyembah kepadaku.” Dan saudaranya semakin muak dengan apa yang
dikatakan oleh Yusuf tersebut dan sampai ketika Yusuf disuruh oleh ayahnya
Yakub untuk melihat saudara-saudaranya yang sedang berada di padang untuk
menggembalakan kambing domba. Setelah bertemu dengan saudar-saudaranya
tersebut, Yusuf malah dimasukkan ke dalam lubang sumur yang kering, dan
saudara-saudaranya berpikir, apakah akan membunuh Yusuf? Dan mereka memutuskan
untuk menjualnya ke tanah Mesir sebagai budak.
Saudara-saudaranya
pun berbohong kepada ayahnya dan mengatakan bahwa Yusuf telah dibunuh oleh
hewan buas, dan ternyata mereka malah menjualnya. Ketika Yusuf berada di Mesir,
ia malah diberkati oleh Tuhan sehingga dia menjadi kesayangan di rumah Potifar
dan mendapatkan kepercayaan segala yang ada dirumahnya. Sampai ketika ia
dimasukkan ke penjara karena fitnah dari potifar. Sampai pada waktunya, Yusuf
yang dapat menafsir berbagai mimpi, ia pun dipanggil oleh Firaun untuk menafsir
mimpinya. Dan ia pun berhasil menafsirnya. Setelah datang bencana kelaparan,
bertemulah Yusuf dengan saudara-saudaranya yang datang ke Mesir karena bencana
kelaparan tersebut. Perjumpaan itupun ternyata diluar dugaan, mengapa demikian?
Yusuf bukan menampilkan emosinya, melainkan kasih. Kasih yang berupa pelukan
kepada saudara-saudaranya ketika berjumpa langsung dengan saudara-saudaranya.
Yusuf tidak marah kepada saudara-saudaranya, tetapi sudah terlebih dahulu
memaafkan mereka. Bahkan dikatakan dalam teks ini, ketika mereka diberikan
dengan sepuluh ekor keledai betina, dimuati dengan gandum dan roti dan makanan
untuk ayahnya dalam perjalanan, Yusuf pun dengan gembira mengatakan ”Janganlah
berbantah-bantah di jalan” mungkin yang ingin dikatakan seperti jangan berantam
di jalan.
Yusuf
menampilkan sosok saudara yang baik kepada mereka. Tidak emosi dan dengki
karena perbuatannya. Melainkan sebaliknya ia bisa sabar atas apa yang sudah
dilakukan kepadanya. Inilah yang bisa kita pelajari dari teks ini Bapa-Ibu, pelukan
terhadap saudara-saudaranya simbol yang sangat berarti karena melaui itulah
pancaran kasih sayangnya diberikan kepada saudara-saudaranya. Kita pun
demikian, harus mempunyai kasih yang begitu besar yang mau memaafkan perbuatan
orang lain kepada kita.
Doa Penutup: Ya Allah Bapa yang bertahta di dalam
kerajaan Surga, terima kasih Tuhan atas firman Mu yang Engkau berikan kepada
kami, kiranya kami dikuatkan menjadi seorang yang mau membantu orang lain di
dalam kehidupan kami sehari-hari, dan kami dikuatkan untuk menjalaninya di
dalam kehidupan kami. Kami sadar bahwa Allahlah yang bekerja dalam hidup kami.
Kiranya Engkau selalu memberikan damai sejahtera kepada kami dalam kehidupan
kami sehari-hari. Terima kasih Tuhan, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus.
Amin.
C.Pdt. Philip
T. Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP II di Kantor Departemen Marturia HKBP