EPISTEL
Syalom
amang, inang dan jemaat terkasih. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan pada
hari ini, marilah kita terlebih dahulu berdoa.
Doa
Pembuka: Kita berdoa! Ya Allah yang Maha Baik, terima kasih
untuk berkat penyertaan Tuhan bagi kami hari ini. Sebelum memulai hari ini,
kami mau mendengarkan Firman Tuhan dan melakukannya setiap hari. Pimpin dan
tolonglah kami untuk dapat menjadi pelaku Firman-Mu ya Tuhan, di dalam nama-Mu
yang besar kami telah berdoa dan bersyukur. Amin.
Firman Tuhan
bagi kita hari ini tertulis dalam Lukas 9:22-27, demikian
Firman Tuhan:
Pemberitahuan
pertama tentang penderitaan Yesus dan syarat-syarat mengikut Dia
(22) Dan Yesus
berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak
oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
dibangkitkan pada hari ketiga.” (23) Kata-Nya
kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.
(24) Karena
barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi
barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya.
(25) Apa gunanya
seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya
sendiri?
(26) Sebab
barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku, Anak Manusia juga akan
malu karena orang itu, apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan-Nya dan dalam
kemuliaan Bapa dan malaikat-malaikat kudus.
(27) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan
mati sebelum mereka melihat Kerajaan Allah.”
Dalam suatu
masa ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya pernah membaca sebuah buku
tulisan Francis Chan berjudul Crazy Love. Pada suatu bagian dalam buku itu
terdapat bagian yang menceritakan tentang cara manusia umumnya berdoa ketika
hendak melakukan perjalanan. Kebanyakan dari kita pasti akan berdoa “Ya Tuhan,
sertai kami dalam perjalanan hingga kami dapat tiba di tujuan dengan tanpa
kekurangan suatu apapun”. Jika kita menyampaikan doa sedemikian, tentu tidak
ada hal salah yang akan muncul dalam benak kita, namun tanpa kita sadari kita
mengucapkan doa yang mengutamakan nyawa kita terlebih dahulu.
Francis Chan
dalam buku itu menjelaskan bahwa sebenarnya kita dapat saja mengucapkan doa
yang lebih baik dari doa-doa yang kita ucapkan, yaitu dengan mengucapkan dan
mengimani bahwa yang terutama bagi kita adalah bersama-sama dengan Dia, dengan
Tuhan kita. Kita dapat berdoa dan mengucapkan, “Ya Tuhan, tolong sertailah
perjalanan kami, apapun resikonya biarlah kami tetap ada bersama-sama dengan
Engkau.”
Formula doa
yang sedemikian mungkin terasa sangat sederhana meski maknanya sangatlah dalam.
Apabila kita membiasakan mengucapkan dan mengimani doa-doa kita dengan cara
yang demikian, kita akan terbiasa menjadi orang yang tidak mengutamakan nyawa
kita di tempat pertama, tetapi kebersamaan kita dengan Allah, keberserahan kita
kepada Dia sebagai pemilik hidup kita
Secara umum manusia sangat
takut kehilangan nyawanya, semua orang akan menghalalkan segala cara untuk
mempertahankan nyawanya. Karena itu apa yang disampaikan oleh Chan dalam
bukunya sangatlah penting untuk diingat dan dilakukan oleh semua orang percaya.
Demikian juga teks
renungan harian kita pada hari ini yang mengingatkankan kita untuk tidak
menjadi orang-orang yang hanya mementingkan diri sendiri, tetapi kehendak dan
perkenanan Allah. Kita tentu patut sekali untuk mensyukuri anugerah kehidupan
dari Allah di dunia ini, namun kita tetap harus menyadari bahwa hal-hal yang
ditawarkan dunia terhadap kita tidak akan dapat memberi kita kehidupan kekal
seperti yang akan diberikan Allah pada kita kelak.
Salah satu
hal paling berat yang harus dilakukan oleh manusia sebagai ciptaan Allah adalah
tugas untuk menyangkal dirinya dan memikul salib. Bagian ini selalu sulit untuk
dilakukan sebab dunia menjajakan banyak sekali hal dan cara untuk membuat kita
meninggalkan Dia. Karena itu Tuhan bahkan mengatakan kita dapat kehilangan kehidupan
kekal kita apabila kita tergoda dengan kehidupan dunia.
Amang, inang
dan saudara terkasih, pada hari ini marilah kita belajar untuk tidak berfokus
kepada diri kita sendiri, belajar dari hal-hal kecil hingga kita dapat
benar-benar hidup hanya untuk Dia dan menempatkan Allah sebagai yang utama
dalam hidup kita. Dunia mungkin dapat menawarkan hal-hal menyenangkan, tetapi
Tuhan satu-satunya yang dapat memberikan kehidupan. Semoga Allah memampukan
kita untuk melakukannya. Ami
Doa
Penutup: Kita berdoa! Ya Allah Bapa kami yang
bertahta tinggi di kerajaan Surga, kami mengucap syukur atas kebaikan Tuhan
setiap hari dalam diri kami. Ampuni kami ya Tuhan apabila dalam hari-hari kami,
kami belum dapat hidup seperti Engkau telah hidup. Hari ini kami telah belajar
melalui Firman-Mu, kami mau menjadi anak-anakMu yang hidup karena-Mu dan hidup
hanya bagi-Mu Tuhan. Ajar kami dan mampukan kami ya Allah untuk menjadi
orang-orang yang berkenan di hadapan-Mu. Di dalam Kristus, kami berdoa dan
bersyukur. Amin.
EVANGELIUM
Amang, inang dan
saudara terkasih, sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan pada hari ini, marilah
kita terlebih dahulu bersatu di dalam doa, kita berdoa!
Doa Pembuka: Bapa terima kasih untuk kehidupan yang masih Engkau
anugerahkan bagi kami. Hari ini, esok dan dalam seluruh hidup kami, kami mau menjalaninya
bersama dengan Engkau. Ajari dan mampukan kami ya Tuhan untuk menjadi pelaku
Firman-Mu, di dalam Kristus Yesus kami berdoa dan bersyukur kepada-Mu, amin.
Jemaat terkasih,
teks evangelium bagi kita pada hari ini tertulis dalam Mazmur 116:1-9,
saya akan bacakan bagi kita semua.
(1) Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia
mendengarkan suaraku dan permohonanku. (2) Sebab Ia
menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku akan berseru
kepada-Nya. (3) Tali-tali maut telah meliliti aku, dan
kegentaran terhadap dunia orang mati menimpa aku, aku mengalami kesesakan
dan kedukaan. (4) Tetapi aku menyerukan nama TUHAN: “Ya
TUHAN, luputkanlah kiranya aku!” (5) TUHAN adalah pengasih dan
adil, Allah kita penyayang. (6) TUHAN memelihara orang-orang
sederhana; aku sudah lemah, tetapi diselamatkan-Nya aku. (7) Kembalilah
tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu. (8) Ya,
Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, dan mataku dari pada air mata,
dan kakiku dari pada tersandung. (9) Aku boleh berjalan di hadapan
TUHAN, di negeri orang-orang hidup.
Ketika seseorang
sedang merasa sangat sesak dan dipenuhi tekanan, hal yang mendorongnya menuju
jalan buntu adalah ketiadaan seseorang yang bersedia untuk mendengarkannya. Daud
dalam suatu masa dalam hidupnya bermazmur mengenai pengalaman rohaninya pada
waktu ia berada dalam kesesakan. Kita tidak dapat mengetahui dengan pasti apa
yang dialami Daud sehingga ia menuliskan Mazmur 116 seperti yang kita dengarkan
pada hari ini. Hal yang dapat kita asumsikan adalah jelas bahwa Daud sangat
bersyukur atas pertolongan Allah dalam hidupnya. Allah mendengarkan, Ia
menyendengkan telinga-Nya kepada Daud. Allah mendengarkan suara dan permohonan
Daud, Ia meluputkan kesesakan dan ‘maut’ yang melingkupi Daud.
Amang, inang dan
saudara sekalian, dalam suatu keadaan yang sangat menyesakkan, hal berat yang
acapkali mengikutinya adalah keputusasaan. Sepertihalnya Daud, tiap-tiap dari
kita tentu pernah merasa sesak dalam menghadapi berbagai pergumulan hidup.
Ketika keadaan itu menghampiri, banyak di antara kita yang justru tidak
menjatuhkan pilihan pertama kepada Allah, Tuhan kita. Banyak orang lebih
memilih untuk menceritakan permasalahan hidupnya kepada orang lain dan tidak
jarang dari pada mereka tidak dapat memberi hati dan telinga untuk mendengarkan
masalah hidup kita. Respon yang tidak sesuai ini sering kali menjadi pemicu
dari munculnya rasa keputusasaan dalam diri kita.
Keberadaan sosok
pendengar sering kali terlihat kecil namun sesungguhnya berdampak besar.
Sayangnya, dalam kehidupan kita sebagai manusia kita sering kali abai dan
merasa tidak perlu untuk menjadi pendengar orang lain, padahal kita dapat menjadi
menjadi alat di tangan Allah untuk memberikan penguatan kepada sesama kita.
Meski demikian kita tetap harus mengingat bahwa manusia hanyalah alat milik
Allah, karenanya prinsip utama kita pertama-tama adalah datang berseru
kepada-Nya.
Teks Mazmur 116
yang kita dengar hari ini sesungguhnya memperingatkan kita bahwa satu-satunya Pihak
yang akan selalu ada di sisi kita, selalu siap untuk menjadi sandaran kita,
yang selalu dapat mendengarkan dan menguatkan kita adalah Allah saja. Tidak ada
kekuatan yang sebesar milik Allah kita, dan tidak ada kesetiaan yang lebih
nyata daripada rasa setia Allah kepada kita. Sebagaimana Allah meluputkan
kesesakan Daud dan menggantinya dengan ketenangan, Allah juga akan melakukan
hal yang sama kepada kita hari ini dan selama hidup kita. Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa terima kasih atas kesetiaan-Mu,
kebaikan-Mu, dan kerendahan hati-Mu yang selalu bersedia untuk menjadi
pendengar kami, batu pertahanan kami, dan perisai kami. Engkau tahu ya Tuhan
bahwa kami adalah umat yang lemah, karenanya kami mau belajar untuk selalu
datang dan mengandalkan Tuhan di dalam hidup kami. Ampuni kami ya Tuhan apabila
kami belum dapat melakukannya di hari-hari yang lalu, kini biarlah Engkau sajalah
yang menjadi pelipur lara kami, penuntun hidup kami, pembebas kami dalam
kesesakan. Di dalam nama-Mu yang besar, kami telah berdoa dan berseru kepada-Mu.
Amin.
Pdt. CIntya Crisna Pardede, M.Th – Melayani di Biro TIK HKBP