Renungan Harian HKBP | 19 Januari 2024

Syalom, bapak, ibu, saudara
dan saudari di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kita kembali berjumpa dalam
renungan harian Marturia HKBP. Sebelum merenungkan firman Tuhan, marilah kita
berdoa!

Doa Pembuka: Kami
bersyukur ya Allah atas kebaikanMu. Kami beroleh hari baru dan menikmati berkat
  nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus. Amin.

Bapak, Ibu, saudara dan saudari. Yang menjadi renungan
kita pada hari ini tertulis dalam Amsal
21:3: “Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.”

 Bapak/Ibu dan saudara/i,

Ketika
berbicara tentang kebenaran apakah takarannya? Contohnya, setiap hukum adat dan
hukum negara sudah memiliki ukuran kebenaran sesuai dengan tradisi dan
pasal-pasal yang berlaku. Karena kebenarannya sudah terukur, akan disebut adil
bila hukum sudah dijalankan. Maka ketika seseorang mengalami ketidakadilan, ia
bisa menuntut ke lembaga hukum negara agar diselesaikan sebagaimana mestinya.
Lalu sebagai orang Kristen, tentu yang kita sebut dasar kebenaran adalah Allah
yang melalui Alkitab dapat kita baca dan pahami. Walau harus dipelajari karena
bisa saja ditafsir dan dipandang dari sudut yang berbeda-beda. Tapi memang
benar apa yang disebutkan oleh Martin Luther, bahwa kalau ingin mengetahui
kebenaran harus kembali kepada Alkitab yang sebenarnya. Ukuran kita melihat
kebenaran adalah Alkitab bukan yang lain. Sekalipun ada hukum siasat gereja,
itu semua diambil dari Alkitab yang disajikan sendiri dalam bentuk berbeda agar
membentengi hidup jemaat dari keberdosaan. Untuk itu bila ada yang tidak sesuai
dengan gereja, maka akan diberikan semacam hukuman sosial di dalam persekutuan
dengan tujuan agar kesalahan yang sama tidak terulang dan menjadi pelajaran
bagi jemaat yang lainnya.

Ayat
renungan kita hari ini ingin menekankan perbuatan mana yang lebih baik untuk
dilakukan,walaupun posisinya sama-sama penting. Melakukan kebenaran dan
keadilan adalah perbuatan yang erat kaitannya. Karena dengan menunjukkan
kebenaran sesungguhnyalah akan terjadi keadilan. Orang yang bersalah akan
berusaha berkelit dan menutupi kesalahannya, karena takut kena hukum dan
dijauhi sekitarnya. Kalau ini berhasil dilakukan, tentu keadilan sebenarnya
akan tertutupi. Seturut kenyataan bahwa semua manusia layak dihukum, adalah
membuktikan bahwa manusia sering berdalih kepada dirinya sendiri dan berusaha
menyatakan diri sebagai orang tidak berdosa. Tapi Yesus berkata kita harus
memikul salib yang ada pada kita. Artinya, sebagai pengikut Kristus manusia
tidak seharusnya semakin tidak menunjukkan kebenaran dan keadilan di dalam
hidupnya. Melainkan sebaliknya, orang-orang harus berlomba-lomba untuk
melakukan kebenaran dan keadilan. Itulah yang dikritik Martin Luther terkait
dengan surat pengampunan dosa atau Indulgensia yang diperjualbelikan agar
jumlah dosa  dan hukuman akibat dosa
menjadi berkurang. Luther menekankan, bahwa seharusnya manusia mencintai
hukuman, bukan menghindarinya dengan membeli surat pengampunan dosa. Karena melalui
itulah, manusia akan jauh lebih baik memberi bantuan kepada orang miskin
dibandingkan membeli surat Indulgensia. Dengan perbuatan inilah diharapkan manusia
akan semakin diasah, agar imannya semakin teguh dan menunjukkan kebenaran dan
keadilan Kristus yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu,
berikutnya ayat ini membandingkan perilaku keadilan dan kebenaran dengan
memberi persembahan atau korban yang biasa disebut di dalam Perjanjian Lama. Hal
yang sama juga pernah dibahas di dalam kitab Amos. Hal ini mengkritik
orang-orang yang terlalu mengandalkan persembahan/korban namun tidak berbuat
kebenaran dan keadilan di dalam hidupnya. Oleh karena itu Allah jadi murka
kepada mereka. Persembahan memang hal penting sebagai ungkapan rasa syukur.
Namun, dengan memberi persembahan bukan berarti tidak melakukan keadilan dan
kebenaran. Seperti, tata ibadah yang di dalamnya ada bagian memberikan
persembahan, sebuah ibadah yang benar adalah ketika orang-orang mau menghidupi
dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, ketika melakukan keadilan
dan kebenaran, manusia juga sedang memberikan persembahannya kepada Allah.

Dengan
ini, ketiganya adalah hal yang penting, tapi bila menjadi timpang, perbuatan keadilan
dan kebenaran menjadi lebih penting daripada melulu soal memberi persembahan.
Oleh karena itu, kita menegur orang-orang yang menganggap dirinya lebih baik
karena memberi banyak persembahan kepada gereja maupun yang bersedia memberi
kepada orang yang membutuhkan. Sebab hanya dengan memberi banyak persembahan
tidak menjadikannya lebih baik, melainkan akan membentuknya sebagai orang yang
sombong. Orang-orang demikian akan menaruh apa yang telah diperbuatnya menjadi
ukuran kebaikan yang juga harus dilakukan orang kepadanya. Lama-lama uang yang
diberikannya akan menguasainya, serta memaksa orang-orang harus menganggapnya
baik karena jumlah uang yang dia berikan. Yesus pernah memberi contoh seorang
janda miskin yang hanya memiliki sedikit, tetapi mau memberi dan
mempersembahkannya kepada Allah. Yesus menyoroti perbuatannya yang memberi itu,
bukan berapa banyak yang diberikan janda itu. Oleh karena itu, melalui Firman
Tuhan hari ini, semoga kita semakin teguh dan bijaksana untuk melihat lebih
luas dan dalam bersama dengan Roh Kudus yang menuntun kita, untuk melakukan
perbuatan-perbuatan yang berkenan di hadapan Allah, bukan untuk kemuliaan diri
namun hanya untuk kemuliaan Allah saja. Amin.

Doa Penutup: Bapa
kami yang di sorga, kami selalu bersyukur ya Tuhan karena Engkau selalu
mengingatkan kami setiap hari dengan FirmanMu. Tuntunlah kami ya Allah, agar
kami berperilaku sesuai dengan kehendakMu saja. Bukan karena kemampuan, harta
dan kuat kami, tetapi karena ingin mempermuliakan Tuhan di dalam hidup kami.
Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, di dalam nama anak-Mu Yesus Kristus. Amin.

 

C.Pdt. Mega Masria Siagian, S.Th- Staf di Kantor Sekretaris Jenderal HKBP

Scroll to Top