Renungan Harian HKBP | 21 Desember 2023

Bapak, ibu, dan
saudara-saudara yang terkasih, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu
pagi ini dengan Firman
Tuhan. Mari kita berdoa!

Doa Pembuka: Tuhan Yesus penyelamat kami yang kami nantikan setiap
harinya
.
Kami berterima kasih atas berkat
hari
baru
yang Engkau berikan untuk kami. Bekali
kami dengan Firman-Mu
yang kami nantikan
setiap harinya
, agar kami mampu menjalani hari baru ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti
dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.

 

Bapak, ibu, dan
saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam
Roma 14: 11, beginilah firman Tuhan:

Karena
ada tertulis: “Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan
bertekuk lutut di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah.”

demikianlah firman Tuhan.

Bapak, ibu, dan
saudara-saudara yang dikasih Tuhan,

          Di masa advent ini, kita diminta
untuk tetap setia menantikan setiap kebesaran Allah sebagai tanda
kehadiran-Nya. Bahkan melalui ayat ini, kita diingatkan bahwa kehadiran Allah
akan membuat semua orang bertekuk lutut dan memuliakan Allah. Namun, apakah
konteks dari ayat ini sebenarnya? Roma 14: 1-12 berbicara tentang bagaimana
kita seharusnya bersikap terhadap sesama kita, terutama tentang menghakimi
orang lain. Paulus menjelaskan kepada kita apa yang harus kita lakukan terhadap
orang lain. Di hadapan Tuhan tidak ada perbedaan yang tidak diterima oleh
Tuhan. Setiap budaya dan apa yang diyakini baik orang Kristen Yahudi maupun
non-Yahudi, diterima oleh Allah, sehingga tidak sepantasnya kita memberi
penilaian buruk terhadap orang lain hanya karena ia berbeda. Bahkan kehadiran
Yesus ke dunia membuat setiap orang, gembala di sekitar dan bangsawan majus
yang datang dari jauh, dengan perbedaan mereka, datang menyembah Tuhan Yesus.
Begitu juga dalam kehadirannya dalam Parousia,
atau kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Paulus berusaha mengingatkan dalam
pasal ini bagaimana kita bersikap selayaknya seorang yang setia menanti kedatangan
Kristus yang kedua kalinya, yaitu tidak menghakimi orang lain. Mengapa? Karena
sama seperti gembala dan majus, setiap orang dengan berbagai identitas akan
sujud dan menyembah Tuhan pada akhirnya.

          Terkhusus untuk ayat ini,
Paulus mengutip tulisan dari Nabi Yesaya, yaitu Yesaya 45: 23. Kehadiran Yesus
ke dunia adalah bukti bahwa janji Allah melalui nubuat para Nabi benar-benar digenapi.
Paulus mengingatkan orang percaya di Roma dan kita, akan nubuat lain Yesaya
yang pastinya akan Tuhan genapi nantinya. Dan sebagai seorang yang sudah
meyakini bahwa Kristuslah jalan keselamatan, sudah sepantasnya kita lebih
dahulu dan tetap setia memuliakan Tuhan dalam setiap hal yang kita lakukan.

          Dalam topik Minggu Advent
III, kita diajak untuk memuliakan Tuhan dengan jiwa kita. Kita memuliakan Tuhan
bukan hanya dengan tubuh kita, melainkan dengan jiwa kita dan semua hal yang
kita miliki. Kehadiran Allah di dalam Yesus Kristus adalah sebuah berkat
keselamatan yang patut kita syukuri. Oleh karenanya, sudah selayaknya kita
memuliakan Allah setiap harinya.

          Di dalam perbedaan umat
manusia, mulai dari identitas, baik itu suku, agama, ras dan golongan, atau
perbedaan pemahaman dan cara pandang, kita akan memiliki satu kesamaan, yaitu
kita sudah seharusnya memuliakan Sang Pemberi Berkat itu. Bahkan orang yang
tidak meyakini Tuhan saja, mampu mengenal siapa yang menolongnya, bersyukur
atas kehadiran orang lain, dan tahu caranya berterima kasih terhadap mereka
yang menolongnya. Apalagi kita yang sudah menerima berkat keselamatan dari
Allah sendiri yang turun untuk menggenapi janji-Nya bagi kita, manusia. Kita
yang sudah mengenal bagaimana kasih Allah melingkupi kita hari demi hari, sudah
seharusnya memuliakan nama-Nya.

          Namun, muncul beberapa
pertanyaan. Apakah di saat kita memuji Tuhan, kita memilih dengan siapa kita
akan duduk di gereja untuk beribadah? Apakah saat mendengar firman Tuhan, kita
memilih siapa yang mau kita dengarkan khotbahnya? Apakah saat kita melayani
sebagai pemandu lagu atau pemain musik, kita memilih tim karena kedekatan atau
hal lain yang menguntungkan kita secara pribadi? Apakah saat kita melayani umat
titipan-Nya, kita memilih ke rumah siapa kita akan melayani? Apakah saat kita
melayani Dia dan umat-Nya sebagai panitia di berbagai kegiatan, kita akan
menghitung setiap lelah kita dan membandingkannya dengan orang lain?

          Kembali lagi, setiap orang
dengan berbagai perbedaan identitas, pemahaman, dan pengalaman hidup mereka
akan sama-sama sujud menyembah Allah dan memuliakan Dia. Jika Allah saja
mengizinkan setiap makhluk mengenal Dia, dan membiarkan semuanya sujud memuji
Dia, apa hak kita menilai keimanan seseorang berdasarkan tolok ukur kita. Pada
akhirnya, perbedaan adalah warna dalam penyembahan kepada Allah. Layaknya piano
yang berbeda suara tiap tutsnya, gitar dengan perbedaan dawainya, drum dan
taganing yang memiliki perbedaan di setiap alat dan pukulannya, suling dan saxophone yang akan berbeda tiap lubang
yang berbeda ditekan, jika dengan harmoni yang sama yaitu memuliakan Allah,
akan menghasilkan nada yang indah. Oleh karenanya, di dalam perbedaan mari kita
mengingat bahwa hidup kita adalah sebuah rasa syukur atas keselamatan dan tanda
setia kita kepada Sang Pemberi Keselamatan. Selamat menanti Allah dalam
penyembahan yang indah di dalam persekutuan umat percaya.

Amin.

Doa Penutup: Bapa
di dalam Sorga, kami bersyukur karena Engkau selalu memberkati kami dengan
banyak hal dalam hidup kami. Hari ini kami belajar bagaimana kami
seharusnya menyadari
bahwa hari-hari kami hanyalah penyembahan kepada-Mu, dan hidup kami adalah
kesetiaan dalam melayani, karena Engkau telah menyelamatkan kami melalui
kehadiran anak-Mu.
Tuhan Yesus, Sang Berkat Penyelamat kami, ajar kami selalu
mengingat bahwa
kehadiran-Mu adalah
berkat yang membuat kami selayaknya memuji Engkau setiap harinya. Engkau
mengajarkan kami bahwa Tuhan menerima setiap perbedaan sebagai harmoni yang
indah di dalam penyembahan akan Engkau. Ajar kami selalu menerima perbedaan dan
mau membuka hati kami agar kami lebih terbuka akan perbedaan di dalam
memuliakan Tuhan.
Allah Roh Kudus, Sang Penguat kami, berilah kami hikmat untuk memahami bahwa Allah di dalam Roh Kuduslah yang
mengajarkan kami memuliakan Allah. Bimbing kami agar kami bisa semakin baik
dalam menunjukkan bakti kami kepada Tuhan.
Demi Kristus kami berdoa. Amin. 


C.Pdt. Maranatha Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP I di Biro SMIRNA HKBP

Scroll to Top