Renungan Harian HKBP | 21 Februari 2024

Shalom, selamat pagi Saudara/i yang
dikasihi oleh Tuhan. Sebelum kita mendengarkan firman Tuhan pada pagi hari ini,
marilah kita berdoa!

Doa Pembuka: Allah yang
Maha Kasih, kami bersyukur atas hari baru yang Engkau berikan kepada kami. Atas
berkatMu, kami dapat melalui hari-hari kami dan akan memulai pekerjaan kami
pada hari ini. Bapa yang baik, kami akan mendengarkan renunganMu sebagai
landasan kami untuk beriman dan melakukan kehendakMu. Engkaulah yang memelihara
hati kami, agar kami senantiasa mengikuti firmanMu dalam tingkah dan pikiran
kami, di dalam Kristus Yesus, kami berdoa. Amin.

Renungan untuk kita pada hari ini
tertulis di Mazmur 73:25, beginilah firman Tuhan, “Siapakah gerangan ada
padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi.”
Demikianlah firman Tuhan.

Hanya Allah
Saja

Pernahkah kita menginginkan kehidupan
orang yang berdosa, yang kita rasa kehidupan mereka lebih baik dari kita?

Hal yang paling saya sukai dalam
Alkitab adalah kejujuran. Para penulis Alkitab sangat sering kita temukan jujur
atas kehidupan mereka, dosa mereka, perasaan frustasinya, perjuangan hidupnya,
bahkan kecemburuannya atas orang-orang yang berdosa. Tidak terkecuali dalam
nats kita pada saat ini.

Pada Mazmur 73 ini, ayat 1 dimulai
dengan pengakuan jujur dari Asaf. Ia mengatakan bahwa dia hampir tersandung dan
terpeleset karena dia iri pada orang sombong dan kemakmuran orang fasik.
Sebanyak 15 ayat, Asaf mengungkapkan isi hatinya tentang ketidakadilan Tuhan,
yang membiarkan orang jahat menjadi makmur sementara umatNya sendiri menderita.
Dalam kejujurannya yang brutal ini, dia bahkan mengatakan bahwa perjuangannya
untuk mencapai ketaatan dan kesucian hanya membuang-buang waktu karena
keadaannya lebih buruk daripada orang-orang yang jahat yang dia lihat setiap
hari.

Penulis menguraikan pengalamannya atas
kecemburuannya terhadap kehidupan orang-orang jahat yang tidak taat kepada
Allah. Asaf mencurahkan isi hatinya atas kepahitan dan keraguannya (Mazmur
73:2-3; 15-18). Asaf yang melayani Allah dengan setia menjadi tawar hati ketika
ia membandingkan penderitaannya dengan ketentraman dan kebahagiaan yang dialami
oleh banyak orang fasik.

Tanpa ragu lagi, Asaf hanya membagikan
pengalaman umum dari mereka yang berusaha untuk setia kepada Tuhan. Jika kita
jujur, kita juga mungkin kadang-kadang memikirkan pemikiran yang sama. Mengapa
hidup kita tidak bisa semudah dan sejahtera seperti orang kaya dan terkenal?
Mengapa mereka yang acuh tak acuh terhadap Tuhan atau menyangkal Dia hidup
dalam kemegahan, Sementara begitu banyak orang Kristen yang berjuang untuk
mewujudkannya dari hari ke hari? Ini adalah pertanyaan-pertantaan yang diajukan
Asaf mengenai kebenaran Tuhan.

Ayat 16-26, Asaf mengingatkan dirinya
sendiri bahwa kemakmuran orang fasik adalah ilusi kejam di dunia yang rusak dan
menyimpang. Hanya melalui kaca mata yang rusak, orang yang congkak tampak
sejahtera. Namun jika kita melihatnya melalui kacamata kebenaran, ayat 18-19
menyingkapkan bahwa orang jahat ditempatkan oleh Tuhan di tempat licin, akan
jatuh ke dalam kehancuran, dan akan dibinasakan. Ayat 27, mengingatkan kita
bahwa siapa yang jauh dari Tuhan akan binasa. Dengan kebenaran yang ada di
tangan mereka, kemakmuran mereka tampaknya tidak lebih dari sekedar emas bodoh.
Itu tidak akan ada gunanya dalam kekekalan, dan pada akhirnya juga akan menjadi
penyebab kehancura orang-orang fasik.

Di dalam pergumulan ini, ayat 25-26 menopang
kita di tengah pergumulan rasa iri dan dengki. Pada akhirnya, Tuhan akan cukup
bagi kita. Mata kita harusnya tertuju kepada Dia. Dialah satu-satunya yang
mampu memberikan kepuasaan tertinggi di hati kita. Jika dia cukup untuk
selamanya, maka dia sudah cukup saat ini. Tidak ada sesuatu pun di dunia ini
yang patut kita dambakan, yang layak kita berikan, selain hanya Tuhan saja.
Kita tidak perlu iri terhadap kesejahteraan orang jahat, kita mempunyai Allah
yang hidup sementara mereka tidak. Kemakmuran mereka hanyalah semu, karena
tidak pernah menemukan kepuasan.

Bahkan ketika jantung kita berhenti
berdetak dan daging kita habis, Tuhan Allah terus menjadi kekuatan hati kita
dan bagian kita untuk selama-lamanya. Dialah Allah satu-satunya harta yang
tidak akan pernah habis dan selamanya. Bahkan kematian sendiri tidak dapat
menghalangi kita dari kebaikanNya, belas kasihNya, dan kehadiranNya dalam hidup
kita.

Saudara/i terkasih, hindarilah
kecemburuan dan kedengkianmu atas hidup orang yang berdosa. Hal yang sangat
mengerikan jika ada dari antar akita menginginkan sesuatu selain Allah. Namun,
sering sekali, justru inilah kecenderungan hari kita. Seperti Asaf, marilah
kita menyadari bahwa “berzina meninggalkan Tuhan” (ayat 27), dengan tidak
memberikan kepadanya kemujuran orang lain yang sempat ia cemburui. Apakah ada
dianatara yang saat ini sedang merasakan menginginkan sesuatu atau menginginkan
seseorang lebih dari Tuhan? Hendaklah kita melepaskannya.

Dalam nats ini juga dikatakan “selain
Engkau, tidak ada yang kuingini di bumi”, ada perbedaan penggunaan kata “bumi”
bagi orang fasik dengan orang benar. Bumi bagi orang fasik dituliskan bahwa
lidah mereka (orang fasik) membual di bumi (Mazmur 73:9). Dalam konteks ayat
25, bumi sendiri menggambarkan suatu tempat yang berlawanan dengan surga. Maka,
jika orang-orang fasik berani melawan surga dan juga membual di bumi, maka
seharunya orang-orang benar harus memiliki integritas (kesatuan atau kesamaan
sikap), di bumi maupun di surga. Maka, jika kita berkata “…selain Engkau, tidak
ada yang kuingini di bumi”, maka mereka adalah orang-orang yang konsisten dalam
mengikut Allah , perkataannya dapat dipegang, setia dalam segala hal, dan
hatinya akan selalu tertuju pada Allah.

Oleh karena itu, saudara/i yang
dikasihi oleh Allah, hanya Allah lah yang dapat kita andalkan dalam hidup kita.
Tidak ada Allah yang lain yang dapat menolong kita di bumi ini selain dia.
Tidak ada Allah yang lain yang dapat kita ingini selain Dia. Marilah
menunjukkan sikap kesetiaan kepada Allah melalui pekerjaan dan pelayanan kita.
Tuhan memberkati.

Doa Penutup: Marilah
kita berdoa! Allah yang Maha Baik, kami mengucap Syukur atas renunganMu yang
mengingatkan kami untuk kembali kepadaMu dan mengandalkan Engkau dalam setiap
pekerjaan dan pelayanan kami. Kami mengaku bahwa kami adalah manusia yang
lemah, yang terkadang melupakan Engkau dan mengingini kehidupan orang fasik.
Jauhkanlah sikap iri dan dengki dari kami, dan kuatkanlah kami agar kami bisa
konsisten mengikut Engkau dalam setiap suka dan duka kami. Di dalam Kristus
Yesus, kami berdoa. Amin.


Pdt. Chris D. Sianturi, S.Th- Fungsional di Biro Oikumene HKBP

Scroll to Top