Shalom Bapak/Ibu dan saudara/i yang terkasih, kami
berharap kita semua dalam keadaan sehat dan semangat bangun di pagi hari ini.
Sebelum kita memulai kegiatan dalam satu hari ini, marilah kita bersekutu
dengan Tuhan dan mendengarkan firman-Nya.
Mari kita berikan waktu sejenak untuk saat teduh
…..
Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Ya Bapa kami yang
Maha Pengasih, kami sungguh bersyukur atas kasih setiaMu yang selalu ada untuk
kami. Saat ini kami mau bersekutu dengan Engkau dan mendengarkan firmanMu yang
menjadi petunjuk bagi kami untuk memulai kegiatan kami dalam satu hari ini. Hanya
di dalam Nama Tuhan Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.
Firman Tuhan yang akan kita renungkan hari ini
tertulis dalam Injil Yohanes 15:15 “Aku tidak menyebut
kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya,
tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu
segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”.
Judul yang saya berikan untuk renungan ini adalah
:
”Tuhan Yesus sahabat yang sejati”
Bapak/ibu saudara/i yang
dikasihi Tuhan, semua kita pasti mempunyai sahabat. Kita mungkin banyak teman,
tetapi biasanya hanya 1 atau 2 orang saja yang menjadi sahabat kita. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sahabat mempunyai makna kawan,
teman, handai, dan lain sebagainya. Sahabat adalah teman yang sangat dekat dan
memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Yang pasti sahabat adalah sosok yang selalu ada di saat suka maupun duka. Sahabat adalah orang yang dapat dipercaya
dan diandalkan. Ada kalimat bijak yang
mengatakan “Sahabat sejati bukanlah mereka yang memiliki
banyak persamaan, tapi mereka yang memiliki pengertian terhadap setiap
perbedaan.” Sahabat adalah orang yang menerima kita apa adanya, tanpa menghakimi
atau menilai.
Mereka juga dapat menjadi tempat berbagi rahasia, makanya sering dikatakan sahabat itu sebagai tempat
curhat kita (Curahan hati), dan selalu mendukung
kita dalam situasi apapun. Karena itu, betapa berartinya kehadiran sahabat dalam
hidup kita. Dan betapa hampanya hidup manakala
tak punya sahabat. Saat susah tidak ada tempat mengadu, saat senang tidak ada
tempat untuk berbagi. Dalam Amsal 17:17 dikatakan
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu,
dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Bapak/ibu saudara/i yang seiman, ada kata bijak
yang mengatakan bahwa orang yang selalu berbahagia adalah orang yang punya
jalinan persahabatan. Dan inilah kebahagiaan kita. Tuhan Yesus mau
memilih kita sebagai sahabatNya, ay. 15a dikatakan “Aku tidak menyebut kamu
lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku
menyebut kamu sahabat”.
Dalam tradisi Yahudi, sangat gampang membedakan antara hamba dengan
sahabat. Seorang hamba itu adalah orang yang bisa diperlakukan sesuka hati oleh
tuannya. Seorang hamba itu tidak memiliki hak apa-apa, bahkan tidak berhak atas nyawanya, dia juga
tidak tahu apa yang diperbuat tuannya. Berbeda dengan yang namanya sahabat. Persahabatan melibatkan hubungan yang baik dan melibatkan perasaan.
Antara hamba dan sahabat terdapat perbedaan relasi
yang sangat mencolok. Dalam persahabatan ada relasi yang sejajar, dan jalinan
persahabatan terjadi karena cinta kasih (ay.12). Cinta kasih ini membuat seorang sahabat
bersedia berkorban, bahkan dengan memberikan nyawanya (ay.13). Kita mengetahui
bahwa seorang sahabat juga mau berkorban untuk sahabatnya, bukan malah
mengorbankan sahabatnya untuk kepentingannya. Seperti ada lagu Batak yang berjudul anak Medan,
yang mengatakan “hancur demi kawan, i do ianggo au”. Artinya “hancur demi
kawan, itulah aku”.
Tuhan Yesus sendiri sebagai sahabat yang
baik, tidak hanya mengajarkan bagaimana gambaran seorang sahabat yang
baik, tetapi lebih dulu menunjukkan dan mempraktekkan bagaimana sebenarnya seorang
sahabat yang baik dan benar. Dia mengorbankan nyawa-Nya untuk kita atas kesalahan
dan dosa kita.
Persahabatan juga menghilangkan kerahasiaan seperti yang ada dalam relasi
hamba-tuan. Seorang hamba tidak mengetahui
apa yang dilakukan tuannya tetapi sahabat mengetahui
apa yang dilakukan oleh sahabatnya. Tuhan Yesus memberitahukan apa saja yang telah dilakukanNya, bahkan semua
yang didengar dari Bapa telah diberitahukanNya kepada kita, dipertegas dengan
kalimat yang diucapkan Tuhan Yesus “karena Aku
telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari
Bapa-Ku”. Tidak ada lagi yang dirahasiakan
karena kita dianggapNya sebagai sahabatNya. Pertanyaannya
adalah, maukah kita menjadi sahabat Tuhan Yesus? Menjadi sahabat Yesus berarti mau melakukan
segala apa yang telah Dia lakukan yaitu hidup dalam kasih. Mengasihi Bapa dan sesama adalah perintah Tuhan Yesus yang harus kita lakukan sebagai
sahabatNya. Amin.
Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Terima kasih ya
Bapa karena FirmanMu mengatakan bahwa
AnakMu Tuhan Yesus Kristus menyebut kami sebagai sahabatNya. Dan AnakMu telah
menunjukkan kasihNya sebagai sahabat dengan mengorbankan nyawaNya untuk
menyelamatkan kami, sungguh besar pengorbananNya kepada kami. Maka dari itu
biarlah Roh KudusMu selalu ada untuk kami, sehingga kami dikuatkan untuk
melakukan apa yang Engkau kehendaki dalam hidup kami, sebagai tanda bahwa kami
adalah sahabat AnakMu. Jadikanlah kami
Murid Kristus Pelaku Firman yang mampu mengasihi-Mu dan sesama kami sehingga kami dapat menjadi terang dan berkat bagi sesama kami dan dunia ini. Ampunilah
kesalahan kami agar kami layak menerima berkatMu. Terimalah doa permohonan kami
ini, yang kami sampaikan melalui AnakMu, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat
kami yang hidup. Amin.
Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan
persekutuan Roh Kudus yang menyertai saudara sekalian. Amin.
Pdt. Susi Hutabarat, S.Th – Kabag di Biro Ibadah
Musik HKBP