Selamat
pagi bapak, ibu dan saudara pendengar
radio bonafit yang dikasihi Tuhan. Kita berjumpa lagi dalam acara renungan pagi
ini. Namun sebelumnya, saya mengundang bapak, ibu dan saudara pendengar untuk bersaat teduh dan berdoa!
Doa
Pembuka: Kita
berdoa! Kami puji dan muliakan Engkau Tuhan atas semua kebaikan, penyertaan dan
pemeliharaanMu kepada kami. Pada
kesempatan ini, kami akan mendengar FirmanMu, kiranya Tuhan berkenan
mencurahkan RohMu kepada kami, supaya kami mampu memahami dan melakukan
FirmanMu dalam keseharian hidup kami. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juru
Selamat, kami berdoa dan bersyukur. Amin.
Bapak,
ibu dan saudara pendengar yang dikasihi Tuhan!
Nats
renungan hari ini tertulis pada kitab Yesaya 63: 7, saya akan membaca
untuk kita semua. Saya berharap bapak, ibu dan saudara pendengar dapat
mengikutinya:
“Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN ,
perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada
kita, dan kebajikan yang besar kepada kaum Israel yang
dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya dan
sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.”
Bapak, ibu dan saudara pendengar yang dikasihi Tuhan!
Bagaimana keadaan kita sekarang? Apakah kita sedang bersukacita,
happy? atau sebaliknya, apakah kita sedang bergumul, sedih dan mengalami
persoalan-persoalan saat ini? Apakah pada kedua kondisi kita dapat meyakini dan dapat menyaksikan perbuatan
kasih Tuhan? Dalam situasi apa pun, orang-orang percaya dapat menyaksikan
perbuatan kasih Tuhan. Bahkan kesaksian yang lebih besar daripada itu dapat
disaksikan oleh orang-orang percaya, seperti kesaksian dan komitmen Rasul
Paulus pada Filipi 1: 20; “sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah
bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti
sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan dimuliakan
dalam tubuhKu, baik oleh hidupku maupun oleh matiku.” Saat menuliskan suratnya
ini, Rasul Paulus mengalami penderitaan, sebab dia di dalam tahanan atau
penjara. Walaupun Paulus berada dalam penjara, namun keyakinan dan semangatnya
tidak pernah kendor. Sebab Paulus meyakini bahwa kasih setia Tuhan bersamanya. Penderitaannya
sebagai suatu kesaksian bagi dunia. Pernyataan Paulus meneguhkan jemaat Filipi
melalui kesaksiannya yang tetap memuliakan Kristus, walaupun ia dalam
penderitaan.
Pada masa Perjanjian Lama
setelah pembuangan, nabi Yesaya mau memulihkan batin bangsa Israel agar kuat
dan bersukacita untuk menghadapi berbagai tantangan. Jika kita membaca pasal
63: 7-19 bahwa di sana ditekankan kesadaran bangsa Israel atas kesalahan,
kejahatan dan dosanya. Israel menerima hukuman yang dijatuhkan oleh Allah di
masa Pembuangan ke Babel. Namun dibalik hukuman itu sangat nyata perbuatan
kasih setia Allah. Allah membuka diriNya terhadap pengakuan dosa dan permohonan
umatNya. Allah berkenan mengampuni dan menebus Israel.
Karena itu, Nabi Yesaya
mengingatkan bangsa Israel atas perbuatan kasih setia Allah yang masyhur dan
luar biasa, antara lain keluaran Israel dari tanah Mesir dan dari pembuangan
Babel. Allah sendiri menjadi Pembebas, Penyelamat atau Juru Selamat bagi
Israel. Allah menunjukkan kepedulianNya terhadap Israel, sebab Allah setia
dengan perjanjianNya kepada umatNya.
Melihat dari
kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa Israel, sebenarnya Israel tidak layak
menerima pengampunan, pembebasan dan pemeliharaan dari Allah. Namun, Allah bertindak dan
berbuat bukan berdasarkan kejahatan-kejahatan
dan dosa-dosa Israel. Allah bertindak dan berbuat dengan kasih setiaNya. Dalam
kitab Yohanes 3: 16 disebutkan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang
percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Bapak, ibu dan saudara
pendengar yang dikasihi Tuhan!
Jika Allah penuh belas
kasih dan kasih setia, bukan berarti, kita dapat hidup dengan sesuka hati,
tetap hidup dalam keberdosaan. Dalam kitab Roma 6: 1-2, Paulus menyebutkan
“jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa
supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita
telah mati bagi dosa, bagaimana kita masih dapat hidup di dalamnya.” Belas
kasih dan kasih setia Allah menegaskan kepada kita semua, supaya kita
meresponnya dengan sikap, tindakan dan berbuat sesuai dengan kehendakNya.
Dalam perjalanan hidup
ini, pasti banyak persoalan dan
pergumulan yang harus dihadapi oleh umat manusia atau setiap orang, khususnya
umat percaya. Cara yang ditawarkan oleh nabi Yesaya untuk menghadapi
persoalan-persoalan dan pergumulan-pergumulan tersebut adalah mengingat dan “menyebut-yebut
perbuatan kasih setia Allah” yang dasyat dan masyhur. Cara tersebut dapat menyemangati umat percaya
untuk menjalani hidupnya. Sebab kita, umat percaya diajak untuk menyakini bahwa
Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi sebaliknya Allah tetap setia
mengasihi, menguatkan, memelihara hidup kita dan mencukupkan
kebutuhan-kebutuhan kita.
Di samping itu, nabi Yesaya
mengajak umat percaya harus senantiasa menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah yang
dialaminya agar orang lain juga diteguhkan untuk menjalani hidupnya dan turut
memuji, memuliakan Allah dalam hidupnya. Sebagaimana telah disaksikan oleh
Paulus dan disebutkan juga dalam Mazmur
105: 1 “Bersyukurlah kepada TUHAN , serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya,
percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!” Amin.
Doa Penutup: Kita berdoa! Terima
kasih Tuhan atas sapaan firmanMu yang telah menyadarkan kami atas semua
perbuatan dan tindakan kami, yang banyak tidak sesuai dengan kehendakMu. Di
sini, kami memohon pengampunanMu atas semua kesalahan dan dosa kami. Kiranya
Tuhan berkenan mengampuni kami. Kasihanilah kami ya Tuhan. Mampukan untuk
mengingat semua perbuatan-perbuatanMu yang ajaib. Perkenankanlah kami
menyaksikan perbuatan-perbuatanMu yang ajaib itu kepada semua bangsa, agar
mereka juga ikut memuliakan namaMu. Kami juga berterima kasih kepadaMu ya
Tuhan, sungguh banyak kebaikan-kebaikanMu kepada kami. Hendaklah kami mengingat
semua itu, supaya kami tetap berpegang teguh pada belas kasih dan kasih setiaMu
untuk menjalani kehidupan kami di dunia ini. Dalam nama AnakMu, Yesus Kristus.
Amin.
Pdt. Fortunate Siagian, S.Th – Kepala
Biro TIK HKBP