Syalom,
bapak, ibu, saudara dan saudari di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Kita kembali
berjumpa dalam renungan harian Marturia HKBP. Sebelum mendengarkan firman
Tuhan, marilah kita berdoa!
Doa
Pembuka: Kami sungguh bersyukur ya Tuhan, matahari
dan hujan yang Engkau berikan pada waktunya. Kami menikmatinya sebagai berkat
Tuhan untuk kami dapat melanjutkan kehidupan yang Engkau sediakan. Dan hari ini
ya Tuhan, kami juga ingin memulai dan menyertai segala pekerjaan kami dengan
kekuatan FirmanMu yang akan kami dengarkan, berikanlah kami Roh KudusMu bagi
kami, agar FirmanMu yang kami dengarkan berkuasa untuk memperbaharui hidup kami
setiap hari. Melalui nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Bapak,
Ibu, dan saudara/saudari. Yang menjadi renungan kita pada hari ini tertulis
dalam Ulangan 5:32 “Jadi, lakukanlah
semuanya itu dengan setia, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN
Allahmu. Jangan menyimpang ke kanan atau ke kiri.”
Demikian firman Tuhan!
Bapak, Ibu dan saudara/i,
Bila
kita membaca ayat-ayat di sepanjang perikop ini, sungguh kita akan menemukan
kuasa luar biasa dari Allah. Ayat ini memberitahukan kepada kita, bahwa tidak
ada satupun yang sanggup untuk mendengar langsung suara Allah, apalagi bertemu
dengan Dia. Ternyata, kita memiliki batasan-batasan kepada Allah yang Kudus
itu. Namun, mengapa Musa dapat bertemu denganNya melalui wujud api? Ini
jelas-jelas adalah sebuah kehendak Allah atas Musa, orang pilihanNya itu. Maka,
dari hal ini kita harus mengakui bahwa hanya Allah yang memiliki kehendak bagi
kehidupan semesta ini, karena kuasaNya yang besar. Dan umat Israel pun turut
mengakui bahwa tidak ada yang mampu untuk mendengarkan Allah secara langsung.
Lalu, bagaimana mereka mendengarkan Firman Allah? Tentu saja umat Israel
percaya bahwa Musa akan menyampaikan firmanNya kepada mereka.
Melalui
perbuatan ini, Allah memuji umatNya karena mereka menunjukkan takut dan hormat
mereka kepada Allah, dan Allah berkata agar kiranya mereka senantiasa berpegang
kepada segala perintahNya, sebab ini akan berdampak kepada seluruh keturunan
umat itu. Sebagian dari perintah itu adalah sepuluh Hukum Taurat yang diberikan
Allah kepada umat itu melalui Musa di gunung Sinai. Dan ini termasuk bagian
yang diperintahkan, yaitu ayat renungan kita pada hari ini, kiranya setiap
orang melakukan perintahNya dengan setia dan jangan menyimpang ke kanan atau ke
kiri.
Bapak,
Ibu dan saudara-saudari pelaksanaan perintah ini bukanlah tanpa dasar. Sebenarnya
jauh sebelum itu, Allah sudah mengasihi umatNya terlebih dahulu. Maka,
perintah-perintahNya bukan tidak lain hanyalah untuk umatNya, agar senantiasa
bersama-sama dengan Allah. Di dalam Alkitab, kita akan ketemu dengan banyak
perintah Allah, namun dasar dari semua itu adalah perintah yang pertama, yaitu:
“Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan
segenap kekuatanmu.” Dan yang lebih spesifik lagi, perintah itu harus ada di
dalam hati kita serta diajarkan berulang-ulang. Karena perintah ini bukan
bersifat satu arah saja, tetapi Allah juga menuntut respon kesetiaan umatNya
terhadap perintah yang Ia berikan melalui Musa. Oleh sebab itu, bila ada yang
ingin melakukan perintah Allah dengan setia, maka ia tidak bisa menyimpang dari
prinsip ini. Supaya tidak ada seorang pun yang melakukan perintah itu karena
dirinya sendiri tetapi karena Allah saja.
Walau
Allah memberikan perintah kepada umatNya, kita juga akan menemukan banyak
perintah-perintah di dalam pergaulan kita sehari-hari. Bisa saja dari pemimpin
kerja, orangtua, pendeta, penatua gereja, kepala desa, dll. Dan kita yang hidup
bersama dengan komunitas itu, harus mau melaksanakan perintah yang ada. Karena
apa? Karena kita terikat dengan komunitas itu. Namun, sebagai manusia biasa,
saya yakin tidak ada satu pun dari kita yang dapat sungguh-sungguh setia
melakukannya. Dan keraguan yang sama juga berlaku ketika kita diperhadapkan
dengan 10 perintah Allah. Sadar-atau tidak sadar, kita sering mengabaikan
Allah. Apalagi karena tidak terlihat, terkadang kita lebih mematuhi perintah
manusia atau teman kita daripada perintah Allah.
Orang
lain, akan memberikan alasan karena sejengkal perut, kebutuhan anak dan alasan
kelangsungan hidup, ia berani melanggar firman Allah dengan gampangnya. Mungkin
akan ada yang menjawab bahwa, kita semua butuh uang, pekerjaan untuk
kelangsungan hidup. Ada orang teologi bilang, memang dogma ini mengajari kita
supaya tetap miskin dan menerima hidup begitu saja. Bapak, Ibu dan
saudara-saudari, semua orang bisa buat alasannya sendiri, sesuai kebutuhan dan
keadaan hidupnya. Tapi kembali lagi, untuk mengukur kesetiaan kita kepada Allah
bukanlah diri kita maupun dunia ini. Itulah bedanya kita melakukan perintah
dari Allah dan juga perintah yang diberikan oleh dunia ini. Yang menjadi fokus
utama kita adalah Allah dan perintahNya. Inilah yang harus diulang-ulang
senantiasa siang dan malam, harus dihidupi dan ditaruh di dalam hati, yang
letaknya kudus dan kita percayai Roh Allah akan menuntun kita untuk
melakukannya.
Semoga dengan perayaan hari turunnya Roh Kudus
di waktu yang lalu, semakin menguatkan kita untuk melakukan perintah Allah dan
melalui pertolongan Roh Kuduslah menghantarkan kita kepada minggu ini, kiranya semakin nyata Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus
di daam hidup kita.
Doa
Penutup: Mari kita berdoa! Terima kasih ya Allah,
firmanMu hari ini kembali mengingatkan kami akan kuasa Allah yang besar bagi
kami. Engkau memberikan perintahMu agar kami lakukan, ini mengajarkan kami
untuk setia kepada Engkau yang sudah terlebih dahulu mengasihi kami. Bantulah
kami ya Tuhan, agar setia dengan Roh KudusMu, kami memohon di dalam nama anakMu
Tuhan Yesus Kristus. Amin.
C.Pdt. Mega Masria Siagian, S.Th – Calon Pelayan di Kantor Sekjend HKBP