Shalom bapak/ibu, saudara/i yang seiman, kami
berharap kita dalam keadaan sehat pada saat ini. Agar kita kuat melakukan
kegiatan kita hari ini, marilah terlebih dahulu kita bersekutu dengan Tuhan, kita
siapkan hati untuk saat teduh sejenak.
Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Ya Bapa yang Mahakasih, kami sungguh
bersyukur pada hari ini, karena Engkau beri kesempatan kepada kami untuk bangun
dari tidur kami. Kami percaya bahwa semua pekerjaan dapat kami lakukan dengan
baik hari ini, jikalau Engkau bersama dengan kami. Saat ini kami ingin
mendengarkan firman-Mu, berilah hikmat agar kami mengerti akan Firman-Mu dan
mampu melakukannya dalam hidup kami. Ampunkanlah dosa kami agar kami layak
bersekutu dengan Engkau. Kami sampaikan permohonan ini hanya di dalam nama
Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.
Bapak/ibu, saudara/i yang terkasih, firman Tuhan
yang memberangkatkan kita menjalani hari ini tertulis di dalam Yehezkiel 33:11 “Katakanlah kepada
mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan
kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang
fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari
hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?
Mengapa memilih kematian kalau ada
kehidupan?
Bapak, Ibu saudara/i yang terkasih, mengingatkan
atau menasehati adalah hal yang sering kita lakukan terhadap teman atau saudara
kita. Cara mengingatkan orang bisa kita ibaratkan seperti menjatuhkan pulpen, boleh
dengan cara keras dan cara yang lembut. Yang harus kita perhatikan adalah
walaupun caranya berbeda tetapi tujuannya sama, yaitu pulpen itu harus jatuh.
Maka dari itu berhati-hatilah memilih cara mengingatkan atau menasehati orang
lain. Demikianlah yang dialami Nabi Yehezkiel. Di umur sekitar 30 tahun
Yehezkiel dipilih Tuhan menjadi nabi. Tugasnya sebagai nabi adalah mengingatkan
bangsa Israel untuk bertobat. Pengutusan Nabi Yehezkiel ini merupakan salah
satu bentuk kasih sayang Allah terhadap bangsa Israel walaupun mereka telah
berbuat salah.
Kita sudah mengetahui bahwa pembuangan yang dialami
oleh bangsa Israel ke Babel disebabkan oleh dosa-dosa mereka, dan mengakibatkan
mereka “kehilangan” kemerdekaan nya.
Raja Nebukadnezar yang berkuasa saat itu di Bael memerintah bangsa Israel untuk
kerja rodi pada bangunan-bangunan besar. Bahkan saat itu mereka tidak dapat lagi
menyembah Allah seperti yang mereka lakukan di Yerusalem sebelumnya. Dan hal
yang menyedihkan, justru banyak dari mereka yang mengikuti kultus dalam
agama Babel. Di tengah-tengah kehidupan bangsa Israel itulah,
Allah memanggil Yehezkiel untuk
menjadi penjaga atas bangsa itu, yang bertugas untuk mengawasi,
mengingatkan, dan mengajar bangsa Israel. Dia harus menyampaikan apapun yang
didengarnya dari Allah kepada bangsa Israel sebagai suatu peringatan.
Peringatan nabi Yehezkiel yang disampaikan di masa pembuangan ini bukan mau
mengancam; tetapi bertujuan untuk membuat mereka sadar. Memberi kesempatan
kepada mereka untuk memilih, bagi siapa yang menaati peringatan itu akan hidup
dan barangsiapa yang tidak melakukan peringatan itu akan mati.
Meskipun Allah membenci orang yang berdosa, namun
bukan berarti ALLAH menginginkan kematian orang berdosa itu. Yang Allah inginkan
agar umat-Nya mau berbalik kepada-Nya dan tidak mati dalam dosanya. Seperti
sabda Tuhan untuk hari ini, “Aku tidak berkenan kepada kematian orang
fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya
supaya ia hidup”. Dengan firman ini dapat kita lihat bahwa manusia sangat
berharga dihadapan Tuhan. Tuhan menegaskan bahwa dosa manusia itu bukan akhir
dari segala-galanya. Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Dikatakannya
“Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu!”. Bertobat berarti
menyesal dan meninggalkan hidup lama, kemudian berjalan menuju hidup baru yang
penuh harapan. Dalam Kisah Para Rasul 3:19 dikatakan, bahwa pertobatan akan
terjadi apabila kita lebih dahulu menyadari bahwa kita memang salah, kemudian
menyesali dosa-dosa yang sudah kita perbuat, barulah terjadi pertobatan yang sebenarnya.
Jadi disini kita diminta untuk memilih. Apakah kita memilih berbalik dan
bertobat dari dosa atau mengeraskan hati dan tidak mau bertobat? Sekarang, yang
harus kita sadari bahwa kita tidak tahu apa yang akan terjadi dalam kehidupan kita
di dunia ini ya bapak/ibu, bisa saja sewaktu-waktu datang malapetaka, sakit
penyakit, atau musibah yang tidak terduga, maka itu kita harus sadar dan
waspada. Kita tidak tahu kapan hari kematian kita. Janganlah kita mati tanpa
ada pertobatan. Allah masih memberikan kesempatan untuk kita mau bertobat
supaya hidup. Seperti yang dikatakanNya: ”Mengapakah kamu akan mati, hai kaum
Israel?” Jika Allah saja tidak menghendaki kita mati, mengapa kita harus mati? Mengapa
kita memilih kematian kalau ada kehidupan? Pilihlah kehidupan dengan
cara bertobat. Inilah yang dikehendaki dalam Yehezkiel 33:11 ini, yaitu bahwa
Allah tidaklah menghendaki orang berdosa mati dalam kejahatannya, melainkan
Allah menghendaki pertobatan yang membawa pada kehidupan. Lihatlah sampai
sekarang Allah masih memberi kesempatan dengan panjang sabar-Nya kepada manusia
untuk bertobat agar hidup, maka itu janganlah tunda pertobatan itu.
Bapak/ibu, kasih Allah lebih besar daripada kebodohan
dosa kita. Sembari menunggu manusia itu kembali kepadaNya, Allah memberikan peringatan
atau nasehat yang disampaikan oleh hamba-hamba-Nya yang dipilih dan ditetapkan
oleh Tuhan, atas kehendak-Nya, mulai dari para nabi, rohaniwan, dan pemerintah.
Mengajarkan Firman Tuhan sebagai peringatan bukan hanya melalui kata-kata, yang
paling penting adalah mengajarkan apa yang kita lakukan dan melakukan apa yang kita
ajarkan. Seperti Nabi Yehezkiel yang menjadi penjaga di tengah-tengah bangsa
Israel. Kepatuhannya kepada Tuhan membuat dia menjadi teladan bagi bangsa
Israel. Demikian juga dengan kita, yang harus mengambil bagian dalam menunjukkan
kasih ALLAH dengan hidup benar di hadapan Allah, sehingga kita mampu menjadi
teladan bagi orang lain. Dengan demikian sebagai umat Allah kita harus saling
menjaga dengan cara saling mengingatkan.
Tuhan Yesus menasehati kita dalam Lukas 17:3a “Jagalah dirimu! Jikalau
saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia”. Maka dari itu kita yang telah menerima pengampunan
dosa dari kasih Tuhan Yesus Kristus di kayu salib, maka sudah seharusnyalah kita
juga perduli kepada orang yang berdosa. Jikalau ada saudara kita yang berbuat
salah, maka kita sebagai saudara seiman haruslah mengingatkannya. Tentunya
dengan mengingat, bahwa kita juga adalah manusia biasa yang tidak terluput dari
kesalahan juga, dan bisa saja kita jatuh dalam kesalahan yang sama. Maka dari
itu seorang yang mengingatkan bukan berarti memiliki kehidupan yang lebih kudus.
Jadi ketika kita mengingatkan orang yang berdosa, bukan berarti mau menghakimi
mereka, tetapi mengingatkan tentang keselamatan mereka, sehingga mereka
terbebas dari penghukuman karena dosanya. Hal ini bukanlah mudah. Tantangan
pastilah ada. Kita mungkin akan dibenci ketika kita menyampaikan peringatan
ataupun kebenaran.
Namun jika kita membiarkan orang-orang yang ada di
sekitar kita tetap hidup dalam dosa, maka firman Tuhan mengatakan, dosa orang
tersebut akan dituntut kepada kita, tetapi apabila kita memberi peringatan
kepadanya, maka kita telah melakukan apa yang dikehendaki Tuhan (Bnd Yehezkiel
3 : 18). Tanggung jawab kita adalah menyampaikan Firman Tuhan dengan setia,
soal dia melakukan atau tidak, kita serahkan kepada Tuhan. Lakukan apa yang
menjadi bagian kita, dan serahkan apa yang menjadi bagian Tuhan. Jadi kalau
kita ditolak, janganlah kecewa dan jadi tidak peduli lagi kepadanya. Tetapi
selalulah berdoa untuk dia agar di dalam dirinya ada perubahan yang lebih baik
lagi dan berkenan dihadapan Tuhan. Kalau kita memang mengasihi saudara
kita, maka kita pasti menginginkan agar
dia memperoleh kehidupan dengan cara meninggalkan kesalahannya dan bertobat.
Dalam Ibrani 10:24 dikatakan “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita
saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik”. Dengan demikian kita
membangun persekutuan yang saling menopang dan membangun di dalam kasih Tuhan. Amin.
Doa Penutup:
Marilah kita Berdoa! Terima kasih ya Bapa untuk
Firman yang telah kami dengar hari ini. Kami di ingatkan kembali agar kami mau
meninggalkan kehidupan kami yang salah, dan berbalik kearah jalan kebenaran
yang Engkau kehendaki. Teguhkanlah hati kami agar kami mau bertobat sehingga
kami memperoleh kehidupan yang kekal yang Engkau janjikan kepada setiap orang
yang percaya kepadaMu. Ajari kami memberitakan Injil Keselamatan itu kepada
semua orang, melalui perkataan dan perbuatan kami setiap hari. Ya Bapa, kami
juga bermohon agar Engkau lah yang tetap memberi penghiburan kepada saudara
kami yang masih berduka, dan memberi kesembuhan kepada saudara kami yang masih
sakit. Terimalah doa permohonan kami ini ya Bapa, yang kami sampaikan hanya di
dalam Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Kasih setia dari Tuhan
Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus yang
menyertai saudara sekalian. Amin.
Pdt. Susi Hutabarat, S.Th- Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP