Renungan Harian HKBP | 4 April 2024

Doa Pembuka: Allah Bapa Kami yang berada di kerajaan
Surga, kami sungguh berterima kasih kepada-Mu karena begitu besar kasih-Mu yang
dapat kami rasakan di dalam kehidupan kami saat ini. Ya Allah, sebentar lagi
kami akan mendengar Firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami, agar kami bisa
mengerti Firman-Mu serta melakukannya di dalam kehidupan kami. Terima kasih Tuhan,
Di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Nas: Mazmur
16:8


”Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku,
aku tidak goyah”.

 

Mari Rasakan Hadirat Allah!

          Bapak/ Ibu yang terkasih dalam Tuhan
Yesus ketika merenungkan teks Mazmur 16:8, ada sebuah kisah yang dapat
menginspirasi kita dengan ketabahan dan iman yang kuat di tengah-tengah
penderitaan yang bernama Horatio Spafford pada tahun 1873. Horatio Spafford
adalah seorang pengusaha kaya yang tinggal di Chicago. Pada tahun 1871, kota
Chicago dilanda dengan kebakaran besar yang menghancurkan hampir seluruh
propertinya. Meskipun mengalami kerugian finansial yang besar, Spafford
berhasil membangun kembali kekayaannya. Namun, tragedi yang lebih besar menimpa
dirinya pada tahun 1873. Dia merencanakan perjalanan keluarga ke Eropa bersama
istrinya, Anna, dan keempat anaknya. Namun, karena urusan bisnis mendesak,
Spafford tidak bisa berangkat bersama dengan mereka. Ya menyuruh keluarganya
untuk pergi terlebih dahulu dengan janji dia akan menyusul segera. Namun, dalam
perjalanan mereka menuju Eropa, kapal yang membawa keluarga Spafford,
bertabrakan dengan kapal lain dan tenggelam. Dalam tragedi tersebut merengut
nyawa anaknya dan tersisa hanya istrinya. Setelah menerima berita tragis itu,
Horatio Spafford bergabung dengan istrinya. Akan tetapi ada yang menarik dalam
kisah ini, dia tidak menyalahkan Tuhan atas tragedi tersebut. Akan tetapi dia
menulis lagu yang sangat terkenal yang sering kita dengan di gereja yaitu, yang
berjudul ”It Is Well With My Soul” atau dalam Buku Ende 213 ”Dung Sonang Rohangku”.

          Kisah
ini sangat berkaitan dengan ayat harian kita pada hari ini yang dikatakan oleh
pemazmur. Sama halnya dengan pemazmur, Spafford mengindentifikasikan bahwa dia
tidak perlu menyesali dan marah kepada Tuhan, karena dia mempercayai bahwa
Tuhan ada di dekat kita. ”Aku senantiasa memandang kepada TUHAN” disini
pemazmur menjelaskan bahwa Tuhan tidak jauh dan dekat dengan dirinya. Dalam
lingkaranNya, tempatNya, jangkauanNya yang memberikan kekuatan kepada pemazmur.
Dia lebih spesifik lagi menjelaskan bahwa Tuhan ada di sebelah kanan. Mengapa
dengan sebelah kanan? Karena dalam budaya Timur Tengah Kuno, berada di sebelah
kanan seseorang adalah tanda kehormatan, kekuatan, dan kepercayaan. Dalam
bahasa Ibrani nya disebut sebagai ”miyemini” atau ’disebelah kanannya’
yang secara simbolis menggambarkan perlindungan, dukungan, dan kekuatan dari
Tuhan. Tidak perlu khawatir, bahwa Tuhan betul-betul ada di dekat kita dan kita
selalu dalam jangkauanNya. Kemudian dengan tegas menjelaskan bahwa ’Aku tidak
goyah’ karena dekat dengan Allah Sang Pemberi Kekuatan.

          Jadi
Jika kita mengetahui bahwa Tuhan Allah ada di sebelah kanan kita, apakah kita
harus masih meragukan keberadaanNya di dalam hidup kita? Atau kita tidak
menyadari bahwa Dia dekat dengan kita? Nah, ayat renungan inilah menjadi
pengingat kita bahwa Allah senantiasa hadir di dalam diri kita. Mungkin
jawabannya, kita tidak merasakan kehadiranNya, dan kita menjadi antipati
terhadap Dia. Jika kita mengetahui keberadaanNya yang selalu ada dan di dalam
Ke-AdaanNya itu yang melingkupi kita, jadi kita tidak perlu meragukan
kekuatanNya. Allah selalu ada memberikan kekuatan dan kehadiranNya memberikan
kekuatan, sehingga kita dimampukan untuk menyelesaikan segala persoalan yang
begitu besar. Sama seperti Horatio Spafford, dia menyadari bahwa Allah ada di
dalam jangkauannya, maka dia dapat melewati segala persoalannya yang begitu
besar tersebut dengan cara mengikhlaskan dan menerima keadaanNya. Paling jelas
disini ialah, dia sadar Allah selalu menyertai kita sehingga dia tidak perlu
takut begitu ada ancaman atau persoalan yang ada di dalam dirinya. Bapa-Ibu,
kita pun diajak untuk demikian. Dengki, amarah ketika menerima persoalan itu
sangat normal, tetapi coba rasakan hadiratNya dan merenungkan perlindunganNya,
maka kita akan merasakan kekuatan yang membantu kita untuk menyelesaikan
persoalan tersebut. Karena Tuhan ada disebelah kanan kita. Inilah menjadi titik
perenungan kita, bahwa menyadari Allah di dekat kita itu sangat penting, karena
tanpa Dia kita tidak bisa menyelesaikan berbagai persoalan yang ada di dalam
kita. Amin.

Doa Penutup: Ya Allah Bapa yang bertahta di dalam
kerajaan Surga, terima kasih Tuhan atas firman Mu yang Engkau berikan kepada
kami, kiranya kami dikuatkan menjadi seorang yang mau membantu orang lain di
dalam kehidupan kami sehari-hari, dan kami dikuatkan untuk menjalaninya di
dalam kehidupan kami. Kami sadar bahwa Allahlah yang bekerja dalam hidup kami.
Kiranya Engkau selalu memberikan damai sejahtera kepada kami dalam kehidupan
kami sehari-hari. Terima kasih Tuhan, di dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus.
Amin.

 C.Pdt. Philip T. Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP I di  Kantor Departemen Marturia HKBP


Scroll to Top