Renungan Harian HKBP | 5 Agustus 2024

    Syalom Bapak/Ibu, Saudara/i yang
terkasih dalam Kristus Yesus semoga kita dalam keadaan sehat bangun pada pagi
hari ini. Sebelum kita memulai aktivitas kita, kita mendengarkan Firman Tuhan,
kita saat teduh sejenak, kita berdoa.

Doa Pembuka: Ya tuhan Allah yang kami kenal didalam
nama anakMu Tuhan Yesus Kristus, kami mengucap syukur untuk berkat yang engkau
berikan melalui nafas kehidupan yang bisa kami rasakan pada pagi hari ini. Ya
Tuhan, kami akan memulai aktivitas kami dan kami akan mendengarkan Firman Mu,
kiranya bukalah hati dan pikiran kami agar kami dapat mendengarkan dan
melakukannya dengan baik. Didalam Nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan
mengucap syukur, Amin.

Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih
dalam Kristus Yesus, Firman Tuhan yang menyapa kita pada pagi hari ini tertulis
di dalam Pengkhotbah 5:1, demikian Firman Tuhan.

Pengkhotbah 5:1

Janganlah
terburu-buru membuka mulutmu, dan janganlah hatimu tergesa-gesa mengeluarkan
perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di surga dan engkau di bumi. Sebab
itu, biarlah perkataanmu sedikit saja.” (TB 2)

           Bapak/Ibu,
Saudara/i yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus, kitab Pengkhotbah 5:1 ini
bersifat perintah untuk memperingatkan kita. Dalam kitab Pengkhotbah ini,
penulis biasa menyebut dirinya Kohelet kata
yang memiliki arti sebagai pengkhotbah, guru atau bahkan seorang pemimpin. Dan
tentu kita tahu bahwa penulis kitab pengkhotbah sendiri diyakini adalah Salomo
seorang raja atas Israel yang berhikmat.  

Firman Tuhan pada hari ini,
memperingatkan kita yang mengaku percaya kepada Tuhan Yesus Kristus untuk
menahan diri dalam setiap hal dalam kehidupan kita.
Bapak/Ibu, Saudara-Saudari yang terkasih di dalam Yesus Kristus, dalam sejarah
penulisan kitab ini, penulis kitab pengkhotbah melihat ada kekosongan dan kesia-siaan
kekuasaan, popularitas dan kesenangan yang dikejar manusia. Kata sia-sia dalam
kitab ini dipakai 37 kali, hal ini mengekspresikan bahwa banyak hal yang tidak
diketahui oleh manusia mengenai hidup. Ketika kita berusaha mengejar seluruh
tujuan dan ambisi, pada akhirnya akan membawa kepada ketidakpuasan dan rasa
frustasi ketika apa yang kita harapkan dan ekspektasikan tidak tercapai.
Apalagi jikalau kita sampai merugikan orang lain dengan perilaku kita agar
dapat mencapai keinginan dan ambisi kita.

Bapak/Ibu, Saudara/i, teks ini
menyajikan pandangan yang realistis terhadap kehidupan manusia, menyoroti bahwa
segala sesuatu di bawah matahari bersifat sementara dan tidak mampu memberikan
kepuasan yang abadi. Sebenarnya apa yang kita pikirkan ketika berbicara tentang
kepuasan? Apakah dengan tercapainya impian kita? Apakah dengan melihat orang
lain tidak sukses tetapi diri kita sendiri sukses? Atau apakah menjatuhkan,
menjelek-jelekkan sesama kita dengan mulut kita agar bisa mencapai apa yang
kita mau? Tentu tidak Bapak/Ibu, sebab kepuasan hanya berasal dari Tuhan Allah.
Ketika kita mampu bersyukur terhadap apapun masa yang terjadi didalam kehidupan
kita, itu artinya kita benar-benar beriman kepada Tuhan Allah. Ketika kita
mampu melakukan hal ini, berarti kita tidak akan mau lagi mempergunakan lidah
dan mulut kita untuk mengeluarkan segala perkataan yang tidak pantas terhadap
Tuhan dan sesama kita, sebab Tuhan Allah mendengar dan jauh lebih tau apapun
yang kita lakukan.   

Bapak/Ibu, Saudara/i yang terkasih
dalam Yesus Kristus, maka dari itu, teks ini memperingatkan kita dalam
melakukan segala sesuatu pandanglah Allah selalu terlebih dulu. Dalam hal ini
mendengarkan Tuhan berbicara melalui hati kita, naluri kita, begitu pun intuisi
kita daripada mengatakan banyak hal tentang keinginan kita kepada Tuhan. Dalam
teks pengkhotbah 5:1 memperingatkan kita tentang penggunaan kata-kata yang kita
keluarkan dari mulut kita. Sebab, perkataan yang dikeluarkan dari mulut
memiliki “kuasa” dalam dua dampak yakni Positif dan Negatif. Hal positif yakni memuliakan
Tuhan dengan mulut kita, dan memberi penghiburan bagi orang yang sedang dalam
keadaan pergumulan dan lain sebagainya. Hal negatifnya, ini sangat berbahaya
bagi sesama kita manusia seperti perkataan kita berkuasa untuk menyakiti sesama,
mematahkan semangat orang lain, terkadang mulut jauh lebih berbisa dari apapun.
Mulut berpotensi merusak apabila tidak dipergunakan dengan benar. Bapak/Ibu,
Saudara/i yang terkasih dalam Yesus Kristus, ketika kita hobby menceritakan
keburukan sesama kita ataupun memberi saksi dusta (bergunjing) tentang sesama kita, atau bahkan tidak senang melihat
orang lain sukses dalam capaiannya, hati hati, coba kita periksa ke dalam diri
kita, jangan jangan ada hal yang salah yang tentu perlu untuk diperbaiki.

Bapak/Ibu, Saudara/i, terkadang kita
terbawa emosi, terbawa situasi dan kondisi yang akhirnya kita dengan cepat
mengeluarkan janji pada Tuhan dan manusia, yang mana janji itu tidak dapat
ditepati. Maka ketika kita tidak dapat menepati janji yang kita lakukan, maka
kita bukanlah orang yang dapat dipercaya lagi “dang haposan be hita”.  Maka benar, hati hati dalam berbicara dan
sedikit dalam mengungkapkan kata-kata kepada Tuhan dan manusia. Semakin kita
banyak berkata-kata, maka semakin kelihatan kualitas diri kita. Maka perkataan
demikian:

“Cepat untuk mendengar lambat untuk
berkata-kata” bahwa kita benar-benar diberi ruang untuk menimbang mana
perkataan yang penting dan membangun dan mana yang tidak penting yang
berpotensi merugikan orang lain.  Seperti
yang dituliskan di dalam Matius 12:34 “karena yang diucapkan mulut berasal dari
hati”. Ketika yang diucapkan mulut kita adalah hal jahat terhadap sesama kita,
maka demikianlah isi hati dan diri kita. Begitu pula sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa hidup dan mati dikuasai oleh lidah (Ams.18:21)    

Bapak/Ibu, Saudara-saudari yang
terkasih dalam Kristus Yesus, peringatan kehati-hatian terhadap kata kata yang
mengarah ke dosa sebab kata yang dikeluarkan adalah buah dari hati kita.
Kata-kata memiliki kekuatan untuk mewujudkan sesuatu.  Kata kata adalah ekspresi dari rasa hormat
kita kepada Tuhan. Ketika dipersembahkan di hadapan Tuhan kata-kata ceroboh
atau ucapan hati yang cepat, menunjukkan bahwa kita belum benar-benar mempertimbangkan
siapa Tuhan yang kita percayai atau siapa diri kita, kita yang akan memberi
pertanggungjawaban atas segala sesuatu kepada Tuhan. Membuktikan bahwa kita
takut dan taat akan Tuhan hendaknya kita mengukur niat hati dan perkataan untuk
memastikan bahwa kita menghormati Tuhan. Ungkapan “Tuhan ada di surga” , “engkau
ada di bumi” , hal ini benar – benar berbicara tentang transendensi Tuhan yang
memperlihatkan betapa Agungnya Tuhan itu. Maka dari itu, dimana pun kita berada
hendaknyalah kita memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi siapapun. Mari kita sama-sama
merenungkan apakah kita sudah memuliakan Tuhan dengan mulut kita? Hendaklah
kita memohon kekuatan dari Roh Kudus untuk dimampukan melakukan segala sesuatu
yang benar di hadapan Tuhan Allah. Amin.    


Doa Penutup: Ya Tuhan Allah yang
kami kenal di dalam nama anakmu Tuhan Yesus Kristus, kami mengucap syukur Tuhan
sebab kami telah mendengarkan firmanMu. Tuhan kiranya engkau tanamkan Roh
KudusMu didalam hati,jiwa dan pikiran kami, agar kami dpat melakukan segala
firmanMu dengan benar dan baik. Ya Tuhan Allah, Kami akan lanjutkan aktivitas
kami dalam satu hari ini, kiranya engkau yang senantiasa membimbing dan
memberikan kami hikmat di dalam melakukan pekerjaan kami. Begitu juga dengan
segala dosa dan kesalahan yang kami lakukan kiranya engkau menghapuskannya. Di
dalam nama Anakmu Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur, Amin. 


C.Pdt. Treewani Pangaribuan, S.Th – Calon Pelayan di Kantor Ephorus HKBP

Scroll to Top