Renungan Harian HKBP | 7 Mei 2024

Doa Pembuka: Allah Bapa Kami yang berada di kerajaan
Surga, kami sungguh berterima kasih kepada-Mu karena begitu besar kasih-Mu yang
dapat kami rasakan di dalam kehidupan kami saat ini. Ya Allah, sebentar lagi
kami akan mendengar Firman-Mu, berkatilah hati dan pikiran kami, agar kami bisa
mengerti Firman-Mu serta melakukannya di dalam kehidupan kami. Terima kasih
Tuhan, Di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap
syukur.Amin.

 

Kita
Harus Hidup di dalam Kasih!

Nas:Lukas 6:35


”Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan
dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi
anak-anak Allah yang mahatinggi, sebab ia baik terhadap orang-orang yang tidak
tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat”.

 

 

            Saudara-saudari
yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, pasti kita sering mendengar
teks ini dikhotbahkan di gereja atau di partangaingan tentang mengasihi musuh
kita. Kita selalu diajak untuk saling mengasihi satu sama lain dan bahkan
penekanan kata kasih banyak sekali dilontarkan oleh pengkhotbah tersebut.
Seakan-akan, inti dari ajaran kekristenan yaitu ’kasih’ menjadi hal yang harus
kita lakukan di dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun, jika ditanyakan kepada
kita semua, apakah kita sudah melakukan kasih? Atau itu hanya keluar dari
ucapan kita dan bukan dari perilaku kita? Dan bagaimana kita harus menyikapi
sikap kasih ini, haruskah ada toleransi terhadap perbuatan kasih ini, jadi kita
harus melakukan sesuatu hal yang menyakitkan? Inilah yang menjadi pertanyaan
dan bahan perenungan kita saat ini Bapak/Ibu.

            Yesus
sangat jelas memberikan revolusioner pada zaman tersebut dengan memperkenalkan
makna kasih, karena pada saat itu, hukum tabur tuai yang ada di dalam tradisi
Yahudi sangat kental. Hal inilah yang membuat dosa dibalas dengan hukuman,
kejahatan dibalas dengan setimpalnya, sama seperti yang dijelaskan di perikop
Ulangan 19:21 ”Janganlah matamu berbelaskasihan, tetapi nyawa ganti nyawa, mata
ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.” Hal inilah
yang disebut sebagai istilah Les Talionis yang adalah hukum pembalasan
yang diberlakukan sebagai hukum timbal balik dari apa yang diperbuat seseorang
terhadap orang lain yang dirugikan, sebagai bentuk ganti rugi. Dengan kondisi
tersebut, maka nilai pengampunan pada saat itu dilihat dari nilai hukum yang setimpal
dengan perbuatannya.  Tidak ada
pengampunan, dan tidak ada belas kasih. Nah, Bapak-Ibu yang terkasih dalam
Tuhan Yesus Kristus, dengan latar-belakang inilah Yesus mengatakan demikian,
”kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka” agar di dalam diri mereka
timbul dan lahir makna kasih yang sungguh luar biasa itu di dalam mereka.
Mengapa harus kasih? Karena kasih dapat mengubah hidup seseorang. Kasih dapat
mengubah seseorang menjadi semakin tenang, sabar, dan bertanggungjawab. Karena
kasih pada hakikatnya mendewasakan seseorang dari setiap persoalan. Biasanya
kita ketika datang masalah, yang kita timbulkan adalah emosi sesaat kita, yang
membuat kita lupa akan segalanya. Hati kita menjadi harimau yang ingin
menggigit orang dan melukainya tanpa ampun. Kita dibuat buta dan melupakan
segalanya. Kondisi inilah yang ditawarkan Yesus untuk dapat menahan diri dalam
setiap persoalan yang ada di dalam diri kita. Walaupun di dalam kehidupan kita
banyak musuh yang ingin menghantam kita, kita diajak untuk mengasihi mereka.
Sabar dan tenang menghadapinya. Dengan penuh kerendahan hati dan hati yang
lembut maka segala masalah tersebut akan dimudahkan oleh Tuhan. Kemudian kita
diajak untuk mau memberi tampa pamri. Memberi dengan ikhlas apa yang teman kita
butuhkan, karena kita diajak untuk tidak pelit dalam memberikan kasih sesama
tersebut.

            Bapak-Ibu
ada satu hal yang bisa saya tawarkan untuk menahan emosi yang sudah
meledak-ledak, yaitu air. Ya betul, air dapat menenangkan tubuh kita agar
kembali seperti semula. Ketika kita sedang emosi yang begitu dalam, ambil waktu
sejenak, kemudian minumlah segelas atau dua gelas agar pikiran kita kembali
tenang. Jika belum, ambil waktu pergilah berenang dan berikan waktu sejenak
agar kembali pulih pikiran kita. Karena jika dilihat pada saat ini, kita sangat
sulit untuk mengontrol emosi kita dan langsung ingin mengeluarkannya untuk
sesaat. Nah inilah menjadi bahan perenungan kita, emosi dibalas dengan kasih
dan memberi tanpa pamrih. Karena upah yang kita dapat bukanlah dari manusia,
melainkan dari Allah itu sendiri. Kita harus mengingat bahwa Allah sangat
mengasihi kita umatnya, kita pun harus demikian, dapat mengontrol emosi sesaat
dan tidak membalas perbuatan-perbuatan yang berusaha menyakiti kita, agar nilai
kasih tersebut terpancar di dalam diri kita, karena Allah adalah Allah yang
Murah Hati!

 

Doa
Penutup:
Ya Allah Bapa yang bertahta di dalam
kerajaan Surga, terima kasih Tuhan atas firman Mu yang Engkau berikan kepada
kami, kiranya kami dikuatkan menjadi seorang yang mau membantu orang lain di
dalam kehidupan kami sehari-hari, dan kami dikuatkan untuk menjalaninya di
dalam kehidupan kami. Kami sadar Tuhan bahwa Engkau pun sebagai gembala sangat
menyayangi domba-dombanya yaitu kami. Kiranya Engkau selalu memberikan damai
sejahtera kepada kami dalam kehidupan kami sehari-hari. Terima kasih Tuhan, di
dalam nama anakMu Tuhan Yesus Kristus. Amin. 


C.Pdt. Philip
T. Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP I di Kantor Departemen Marturia HKBP

Scroll to Top