Renungan Harian HKBP | Epistel | 10 Agustus 2025

Doa Pembuka: Kami mengucap syukur ya Tuhan Allah untuk semua kebaikanMu di dalam kehidupan kami, pemberi kehidupan, dan pemberi segala berkat dan kesempatan kami dapat beroleh kehidupan ini. Pada pagi ini, kami akan melakukan panggilan kami masing-masing untuk berbuah dan memuliakan Engkau dalam perjalanan kehidupan dan aktivitas kami sehari ini. Pada Minggu ini kami merindukan FirmanMu sebagai bekal kami untuk menang dalam kehidupan kami, maka berkati hati dan pikiran kami, supaya kami dipenuhkan oleh hanya karna FirmanMu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa kepadaMu. Amin.

Epistel pada Minggu kita hari ini, minggu ke-VIII setelah Trinitatis tertulis di tertulis di

Ibrani 11 : 8-16

8. Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.

9. Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.

10. Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.

11. Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia.

12. Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.

13. Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.

14. Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.

15. Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.

16. Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih Dalam Nama Tuhan, panggilan Allah kepada Abraham untuk keluar dari negerinya dan dari sanak saudaranya adalah panggilan untuk meninggalkan zona nyaman dan lingkungan yang sudah menjadi bagian dari hidupnya selama bertahun lamanya. Panggilan ini menghasilkan pertobatan dari Abraham yang hidup dengan penyembahan berhala yang dilakukan oleh keluarganya. Ketaatan dalam Ketidakpastian: Abraham tidak tahu “ke mana ia pergi.” Ini adalah langkah iman yang murni. Ia tidak punya peta, tidak punya jaminan, hanya janji Allah. Dalam memanggil dan mempertobatkan orang-orang berdosa, Allah tampil sebagai Allah yang Mahamulia, dan mengerjakan pekerjaan yang mulia di dalam jiwa. Hal ini memanggil kita bukan saja untuk meninggalkan dosa, melainkan juga kumpulan orang berdosa, dan apa saja yang tidak sejalan dengan ibadah kita kepada-Nya. Kita perlu dipanggil bukan saja untuk memulai dengan baik, tetapi juga untuk terus melanjutkan dengan baik. Ia menyerahkan dirinya ke dalam tangan Allah, untuk mengutusnya ke mana saja yang dikehendaki-Nya. Ia mengikuti hikmat Allah, sebagai yang paling pantas untuk memberikan tuntunan, dan patuh kepada kehendak-Nya, sebagai yang paling pantas untuk menentukan segala sesuatu menyangkut dirinya. Iman dan ketaatan penuh tanpa pertanyaan layak diberikan kepada Allah, dan hanya kepada Dia.

Bapak/Ibu, saudara/saudari yang dikasihi Tuhan, Semua orang yang berhasil dipanggil harus menyerahkan kehendak dan hikmat mereka sendiri kepada kehendak dan hikmat Allah, dan mereka berhikmat bila melakukannya. Meskipun tidak selalu mengetahui jalan, namun mereka mengenal Pembimbing mereka, dan ini membuat mereka puas. Iman sejati seringkali menuntut kita untuk melangkah keluar dari apa yang kita anggap aman dan nyaman, untuk mengikuti panggilan Allah, bahkan ketika kita tidak bisa melihat seluruh gambaran. Mungkin itu panggilan untuk melayani, pindah tempat, atau meninggalkan kebiasaan buruk. Apakah iman kita adalah iman yang “bergerak”? Apakah kita siap meninggalkan kenyamanan untuk mengikuti panggilan Allah? Apakah kita hidup dengan kesadaran bahwa dunia ini bukan rumah kita yang sesungguhnya? Apakah kita berpegang pada janji-janji-Nya, bahkan ketika penggenapannya belum terlihat? Mari kita teladani iman mereka. Mari kita hidup dengan mata yang terarah pada “kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah,” karena iman sejati adalah keyakinan yang menggerakkan kita menuju-Nya.

Doa Penutup: Terima kasih Ya Tuhan Allah, untuk FirmanMu yang membekali kami dengan pengetahun dan kekuatan untuk mengerti kemuliaan segala rencana dan rancangan keselamatanMu. Lindungi dan jaga kami dalam perlindunganMu, juga orangtua kami, keluarga kami, jemaatmu, anak-anak kami dalam menjalani kehidupannya dan pendidikannya. Kami serahkan hidup kami hari ini, esok dan selamanya hanya kedalam tangan pengasihanmu. Di dalam Yesus Kristus kami berdoa. Amin.

 

Pdt. Andar Panuturi Sitompul, S.Th- Pendeta Fungsional di Biro Ibadah Musik HKBP

 

 

 

Scroll to Top