Firman Tuhan (Epistel) yang ditetapkan kepada kita pada hari ini Minggu, 17 Agustus 2025 tertulis pada Yeremia 34 : 12 – 16
12. Lalu datanglah firman TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:
13. “Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Aku sendiri telah mengikat perjanjian dengan nenek moyangmu pada waktu Aku membawa mereka keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan, isinya:
14. Pada akhir tujuh tahun haruslah kamu masing-masing melepaskan saudaranya bangsa Ibrani yang sudah menjual dirinya kepadamu; ia akan bekerja padamu enam tahun lamanya, kemudian haruslah engkau melepaskan dia sebagai orang merdeka. Tetapi nenek moyangmu tidak mendengarkan Aku dan tidak memperhatikan Aku.
15. Hari ini kamu telah bertobat dan melakukan apa yang benar di mata-Ku karena setiap orang memaklumkan pembebasan kepada saudaranya, dan kamu telah mengikat perjanjian di hadapan-Ku di rumah yang atasnya nama-Ku diserukan.
16. Tetapi kamu telah berbalik pikiran dan telah menajiskan nama-Ku; kamu masing-masing telah mengambil kembali budaknya laki-laki dan budaknya perempuan, yang telah kamu lepaskan sebagai orang merdeka menurut keinginannya, dan telah menundukkan mereka, supaya mereka menjadi budakmu laki-laki dan budakmu perempuan lagi.
1. Nas Ini merupakan teguran Tuhan melalui nabi Yeremia, atas ketidak setiaan banga Israel terhadap janji yang sudah disepakati dengan nenek moyang mereka. Sebelumnya Tuhan telah mengikat perjanjian, dimana bangsa Israel akan membebaskan para budak pada akhir tahun ke tujuh. Semua budak, baik laki-laki dan perempuan akan dilepaskan sebagai orang merdeka. Namun dikemudian hari, bangsa israel mengingkari janjinya dan berubah pikiran, kembali memberlakukan perbudakan. Ketidak setiaan bangsa Israel itu dipandang Tuhan sebagai perbuatan yang menajiskan Nama Tuhan. Bangsa Israel tidak sadar, bahwa sejak semula Tuhan tidak menyukai praktek perbudakan. Justru itulah, Tuhan membebaskan mereka dari tangan orang Mesir. Dengan kuat kusaNya, Tuhan telah memerdekakan orang Israel dari tangan Firaun, yang pada waktu itu adalah orang dan bangsa yang kuat. Dengan mengandalkan kemampuan orang israel, mustahil bisa bebas dari tangan Firaun. Namun Tuhan melakukan perbuatan yang dashyat, sehingga orang Israel dapat menikmati kemerdekaan. Kenyataan tersebut sesungguhnya sudah cukup menyadarkan mereka, betapa Tuhan mengasihi mereka dan menginginkan kemerdekaan setiap orang.
2. Praktek perbudakan dan kegagalan memenuhi janjinya, mendatangkan amarah Tuhan. Bangsa Israel abai terhadap pembebasan para budak setelah akhir tujuh tahun, membuat Tuhan tidak berkenan bagi mereka. Mereka tidak menyadari, bahwa ketidak setiaan akan berimplikasi bagi kesejahteraan dan kenyamanan mereka. Tuhan tidak tinggal diam, Dia akan memberikan hukuman sebagai konsekwensi dari perbuatan mereka. Tuhan tidak ingin perbudakan itu merajalela dan ketidak setiaan itu menjadi kebiasaan di kemudian hari. Sehingga Tuhan memaklumkan bagi mereka pembebasan yang berbeda dari apa yang mereka harapkan, yaitu pembebasan untuk diserahkan kepada pedang, penyakit sampar dan kelaparan.
3. Nas ini menjadi peringatan bagi kita pada masa kini. Di mana kemerdekaan setiap orang haruslah diperhatikan dan dipelihara. Prinsip dan konsep egaliterianisme harus tetap dibangun dalam setiap pribadi. Dengan demikian, akan tercipta kesadaran, bahwa setiap manusia adalah setara di hadapan Tuhan. Keadilan akan semakin nyata dan tindak diskriminasi berdasarkan ras, gender, agama dan latar belakang sosial dengan sendirinya terminimalisir. Tuhan Allah tidak menginginkan adanya perbudakan, melainkan menyukai terciptanya iklim yang saling menghargai dan saling mengasihi diatara semua manusia. Di sisi lain, ketidak setiaan akan janji yang sudah disepakati dengan Tuhan, adalah sesuatu yang tidak berkenan bagiNya. Untuk semuanya itu, Tuhan akan memberi ganjaran bagi orang yang tidak setia dan orang yang suka merendahkan sesama dengan memperbudak sesama. Amin.
Pdt. Hantus Hutapea, S.TH., M.M- Kepala Biro Ama dan Lansia HKBP