Renungan Harian HKBP | Epistel | 7 September 2025

Markus 8:34-38
8:34 Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.
8:35 Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
8:36 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.
8:37 Karena apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
8:38 Sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan Bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus.”

Nas ini menekankan bahwa menjadi pengikut Yesus menuntut penyangkalan diri, yaitu menolak hidup yang berpusat pada diri sendiri, melainkan memikul salib, yang berarti siap menderita dan mati demi iman seperti Yesus, dan mengikuti Yesus dengan setia. Yesus mengingatkan bahwa siapa yang berusaha menyelamatkan hidupnya sendiri di dunia ini akan kehilangan hidup kekal, sedangkan yang rela kehilangan hidupnya demi Dia akan menyelamatkannya. Mereka yang malu mengakuinya akan dipermalukan oleh Anak Manusia di hadapan Allah dan para malaikat-Nya di masa depan.
Firman Tuhan ini mengajak kita:
1. Mau Menyangkal Diri (Ayat 34)
Menyangkal Diri: Ini berarti menolak keinginan dan ambisi pribadi yang berpusat pada diri sendiri, serta mengganti semuanya dengan kehendak Allah. Ini adalah penyerahan total atas keinginan pribadi dan menjalani hidup dengan perspektif ilahi.
Memikul Salib: Mengikut Yesus berarti siap menerima penderitaan, rasa malu, dan penganiayaan demi iman dan Injil. Ini adalah partisipasi bersama Kristus dalam kesusahan dan kebencian yang Ia alami dan curahkan kepada para pengikut-Nya.
Mengikuti Yesus: Ini adalah tindakan nyata dari penyangkalan diri dan pemikulan salib, yaitu meneladani Kristus dalam setiap aspek kehidupan.
2. Paradoks Pemuridan (Ayat 35-37)
Kehilangan Hidup untuk Menemukan Hidup: Yesus menjelaskan paradoks bahwa setiap orang yang mencoba menyelamatkan hidupnya sendiri dengan mengejar kemuliaan, kenyamanan, dan keamanan duniawi, justru akan kehilangannya.
Keselamatan Melalui Kehilangan: Sebaliknya, orang yang rela kehilangan hidupnya—yaitu semua keinginan dan ambisinya—demi Kristus dan Injil, akan menyelamatkannya.
3. Peringatan Penolakan (Ayat 38)
Malu pada Yesus dan Perkataan-Nya: Yesus memperingatkan bahwa siapa pun yang merasa malu untuk mengakui Dia dan perkataan-Nya di hadapan generasi yang tidak setia, ia akan dipermalukan oleh Anak Manusia.
Konsekuensi di Masa Depan: Konsekuensi dari rasa malu ini adalah Anak Manusia sendiri akan malu terhadap orang tersebut ketika Ia datang dalam kemuliaan Bapa-Nya bersama para malaikat kudus. Ini menunjukkan bahwa setiap pilihan untuk mengikuti atau menolak Kristus memiliki konsekuensi kekal.
Singkatnya, ini merupakan panggilan radikal untuk menjadi murid yang sejati, bukan sekadar pengikut yang mencari keuntungan duniawi, melainkan pengikut yang rela berkorban dan mengutamakan Kristus di atas segalanya. Amin.

 

Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., M.Th- Kepala Biro Ibadah dan Musik HKBP

Scroll to Top