Evangelium Renungan Marturia HKBP, Minggu 5 Oktober 2025
Doa Pembuka: Ya, Tuhan Allah, kami datang dengan hati yang rindu mendengar firman-Mu. Bimbinglah kami melalui Roh-Mu agar kami memahami kasih dan keadilan-Mu, serta belajar dari firmanMu untuk tetap setia di tengah pergumulan. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kami, Amin.
TUHAN ALLAH MAHA KUDUS DAN MAHA TAHU
1:12 Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.
1:13 Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?
1:14 Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?
1:15 Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak-sorai.
1:16 Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.
1:17 Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa-bangsa dengan tidak kenal belas kasihan?
Dalam pergumulan hidup yang penuh ketidakpastian, kita sering bertanya, “Mengapa, ya Tuhan, Engkau membiarkan penderitaan terjadi?” Pertanyaan ini juga pernah mengguncang hati Santo Agustinus, seorang filsuf Kristen abad ke-4. Dalam karyanya, Confessions, ia menulis, “Kejahatan bukanlah ciptaan-Mu, ya Tuhan, melainkan kekosongan yang muncul saat kebaikan lenyap.” Agustinus mengajarkan bahwa Tuhan yang maha kudus dan maha tahu tidak pernah meninggalkan umat-Nya dalam kegelapan, melainkan menuntun mereka menuju terang-Nya. Hari ini, melalui Kitab Habakuk 1:12-17, mari kita renungkan bagaimana kebenaran ini bergema dalam iman kita.
Kitab Habakuk ditulis sekitar abad ke-7 SM, saat kerajaan Yehuda penuh dengan kemerosotan moral, ketidakadilan, dan penyembahan berhala. Secara historis, Yehuda terjepit di antara kekuatan besar: Assyria yang merosot dan Babel yang sedang bangkit. Habakuk, yang namanya berarti “memeluk erat,” hidup di tengah krisis ini. Dalam Habakuk 1:12-17, ia dengan berani memprotes Tuhan: “Ya Tuhan, Engkau maha kudus dan kekal, tetapi mengapa Engkau menggunakan bangsa Babel yang jahat untuk menghukum umat-Mu? Mereka seperti nelayan yang menjaring ikan tanpa belas kasihan, bahkan menyembah jala mereka sebagai dewa!” kita melihat bahwa protes Habakuk lahir dari konteks geopolitik yang kacau, di mana Yehuda menghadapi ancaman Babel yang kejam. Tetapi Habakuk bukan hanya mengeluh, ia sedang mencari makna di balik rencana Tuhan yang tampak membingungkan.
Melalui kitab Habakuk hendak mengajarkan kita bahwa Tuhan yang maha kudus dan maha tahu mengizinkan kita membawa keluh kesah kita kepada-Nya. Protes Habakuk bukan tanda kurang beriman, melainkan bukti hubungan yang intim dengan Tuhan. Ia berani bertanya karena ia percaya Tuhan mendengar. Dalam ayat-ayat ini, Habakuk mengakui kekudusan Tuhan yang tidak mentolerir dosa, sekaligus kebijaksanaan-Nya yang melampaui pemahaman manusia. Saat ini, kita mungkin juga sering protes saat menghadapi ketidakadilan, penderitaan, atau krisis. Mungkin kita bertanya, “Tuhan, mengapa Engkau izinkan ini?” Kitab Habakuk mengajak kita untuk tetap beriman, membawa pertanyaan kita kepada Tuhan, dan mempercayai bahwa Dia, yang maha tahu, sedang menjalankan rencana-Nya untuk kebaikan kita. Ini menyentuh hati karena menunjukkan bahwa Tuhan tidak menolak kegelisahan kita, melainkan mengundang kita untuk memeluk-Nya erat di tengah badai. Amin.
Doa Penutup: Ya Allah yang Apenuh kasih, kami bersyukur atas firman-Mu melalui kitab Nabi Habakuk. Ajar kami untuk berdoa dengan jujur, mempercayai kebijaksanaan-Mu, dan hidup dalam kekudusan-Mu. Kuatkan kami untuk senantiasa percaya bahwa Engkau selalu memeluk kami dengan erat di setiap musim kehidupan kami. Sebab Engkau adalah Tuhan yang Maha Kudus dan Yang Maha Tahu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Pdt. Hasiholan Nababan, S.Th- Fungsional di Biro Remaja Naposo HKBP