Bapak Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus, Selamat hari Minggu.
Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Namun sebelumnya, marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin.
Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu XII Setelah Trinitatis tgl. 7 September 2025 hari ini, tertulis dalam:
Yeremia 18:1-11
“Memperbaiki Tingkah langkah dan perbuatan”
18:1 Firman yang datang dari TUHAN kepada Yeremia, bunyinya:
18:2 “Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu.”
18:3 Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
18:4 Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya.
18:5 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya:
18:6 “Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!
18:7 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan mencabut, merobohkan dan membinasakannya.
18:8 Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka.
18:9 Ada kalanya Aku berkata tentang suatu bangsa dan tentang suatu kerajaan bahwa Aku akan membangun dan menanam mereka.
18:10 Tetapi apabila mereka melakukan apa yang jahat di depan mata-Ku dan tidak mendengarkan suara-Ku, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak mendatangkan keberuntungan yang Kujanjikan itu kepada mereka.
18:11 Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu!
Bagaikan bejana siap dibentuk, demikian hidupku di tanganMu, bentuklah seturut kehendakMu, pakailah sesuai rencanaMu. Itulah sepenggal syair lagu yang menggambarkan kemahakuasaan Tuhan atas diri manusia ciptaanNya dan kesiapan seseorang dibentuk oleh Tuhan dan rela dipakai sesuai rencanaNya. Hal seperti itulah yang digambarkan oleh Firman Tuhan yang disampaikan nabi Yeremia saat ini. Nas kotbah ini memuat perumpamaan Tuhan sebagai tukang periuk dan bangsa Israel sebagai tanah liat yang dibentuk-Nya, mengajarkan bahwa Tuhan memiliki kedaulatan penuh untuk membentuk umat-Nya sesuai kehendak-Nya. Sekaligus juga sebagai peringatan bagi Yehuda agar bertobat dari dosa-dosa mereka dan jangan keras hati, sebab Tuhan punya kuasa membentuk umatNya seperti tanah liat yang bisa dibentuk sesuai keinginan tukang periuk. Mengacu pada topik Minggu hari ini “memperbaiki tingkah langkah dan perbuatan” mengajak kita untuk membuka diri terhadap koreksi, teguran dan perbaikan dari Tuhan. Oleh karena itu, kita diingatkan Firman Tuhan hari ini:
Pertama: Tuhan berdaulat atas hidup kita(Ayat 1-6):
Tuhan menyuruh Yeremia pergi ke rumah tukang periuk untuk melihat bagaimana tanah liat dibentuk menjadi bejana yang indah atau bahkan rusak dan dibuat ulang. Analogi ini menggambarkan bahwa Tuhan memiliki kuasa penuh atas bangsa Israel, seperti tukang periuk memiliki kuasa atas tanah liat. Dia dapat membentuk, menghancurkan, dan membangun kembali umat-Nya. Tanah liat tidak memiliki kekuatan untuk menolak atau mempertanyakan rencana tukang periuk. Demikian pula dengan kita, bahwa Tuhan berdaulat atas kehidupan kita masing-masing. Kesadaran seperti ini akan menolong kita untuk tetap rendah hati dan senantiasa terbuka pada tuntunan Tuhan. Kita senantiasa memohon agar Tuhan mewujudkan rencanaNya atas diri kita. Kalaupun kita punya rencana ini dan itu, rencana Tuhanlah yang terbaik atas hidup kita. Kalaupun terkadang kita sulit mengerti mengapa Tuhan mengubah rencana kita, tetapi Dia pasti lebih tahu apa yang terbaik untuk kita.
Kedua: Terbuka pada pertobatan dan perbaikan sikap dan tingkah laku (Ayat 7-11):
Tuhan menyatakan bahwa jika suatu bangsa menunjukkan kejahatan, Dia dapat menghukum dan menghancurkannya; tetapi jika mereka bertobat dan berhenti berbuat jahat, Tuhan akan membatalkan hukuman itu. Ini adalah kesempatan bagi Yehuda untuk berubah dari kejahatan mereka. Namun, mereka menolak untuk bertobat, meniru tindakan tanah liat yang menolak dibentuk oleh tukang periuk. Karena penolakan mereka utuk bertobat dan keengganan untuk dibentuk oleh Tuhan, Yehuda akan menghadapi penghukuman yang keras. Mereka akan menjadi seperti bejana yang rusak, tidak layak, yang akhirnya akan ditaklukkan dan tidak memiliki nilai. Dosa dapat merusak dan menghancurkan hidup kita, membuat kita tidak layak di hadapan Tuhan, sama seperti bejana yang rusak. Kita tidak boleh keras hati dalam dosa kita, tetapi harus segera bertobat agar Tuhan berkenan kepada kita dan mencegah hukuman. Karena itu, hendaklah kita senantiasa berbenah, membuka diri pada teguran Tuhan dan mau bertobat, sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan. Selagi masih ada waktu, kita masih dimungkinkan untuk berubah, dari kelakuan dan sikap yang jahat ke sikap yang baik. Hiduplah untuk berubah, tetapi bukan untuk berubah-ubah. Amin.
Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min., M.Th- Kepala Biro Ibadah dan Musik HKBP