Renungan Harian HKBP, Minggu 13 Juli 2025

Evangelium di Minggu IV Setelah Trinitatis
Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th- Kepala Biro Kategorial Remaja dan Naposobulung Kantor Pusat HKBP, Pearaja-Tarutung

Doa pembuka: Terima kasih Tuhan buat kesempatan indah pada hari Minggu yang Engkau kuduskan ini bagi kami untuk beribadah, memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.

Renungan
“PILIHLAH KEHIDUPAN SUPAYA ENGKAU HIDUP”
Evangelium: Ulangan 30 : 15 – 20

Nas:
”Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan, karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya. Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya. Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka.”

Saudara-saudari, Ibu, Bapak pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Apakah respon kita mendengar kata ”kesetiaan”? Secara sepintas dapat dikatakan bahwa kata ini kelihatannya sederhana dan mudah mengucapkannya. Namun bagaimana dengan pelaksanaannya? Tentulah pelaksanaannya jauh lebih sulit daripada pengucapannya, sebab membutuhkan komitmen yang kuat dan perjuangan yang tak mengenal lelah untuk mewujudkannya. Kata ”kesetiaan” seringkali menjadi kata yang langka dijumpai pada masa kini, terutama di tengah era kemajuan teknologi pada saat ini yang memperhadapkan kita pada berbagai tawaran maupun pilihan kemudahan yang tamapaknya menarik hati dan membawa kesenangan dalam kehidupan.

Lalu, bagaimanakah penerapan kesetiaan ini dalam hidup kerohanian kita terutama dalam melakukan perintah Tuhan? Khotbah pada hari Minggu ini menjadi penanda dan pengingat bagi setiap orang percaya tentang pilihan dalam kehidupan terutama pilihan untuk tetap setia melakukan perintah Tuhan. Bangsa Israel yang dipimpin oleh Musa telah menjalani perjalanan yang sangat panjang usai keluar dari tanah perbudakan di Mesir. Karena Musa tidak diperkenankan Tuhan memasuki tanah Kanaan maka Yosua meneruskan tongkat estafet kepemimpinan untuk membawa umat itu memasuki tanah yang telah dijanjikan Tuhan kepada nenek moyang mereka. Namun sebelum Musa undur diri, dia menyampaikan beberapa nasihat kepada bangsa Israel yang menjadi tuntunan bagi mereka sebelum memasuki tanah Kanaan, sebagaimana terlihat dalam pasal 29 dan 30 pada kitab Ulangan ini.

Bapak, Ibu, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam renungan ini kita dapat melihat 2 (dua) nasihat pokok yang disampaikan Musa kepada umat pilihan Tuhan. Pertama, Musa memperhadapkan 2 (dua) pilihan kepada umat Israel: kehidupan atau kematian. Dengan tegas, Musa mengatakan di ayat 15: ”Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan”. Kedua pilihan ini adalah pilihan yang sangat tegas dan membutuhkan komitmen serta kesetiaan dalam melaksanakannya. Kedua pilihan ini harus dipilih dengan seksama dan tidak ada peluang untuk memilih di luar dari kedua pilihan tersebut. Pilihan pertama adalah kehidupan dan keberuntungan (ay. 15); yang dilanjutkan dengan penegasan pada ayat 19-20: ”Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu, dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka”. Dari penegasan ini kita memahami bahwa dengan memilih kehidupan maka konsekuensinya adalah harus mengasihi Tuhan Allah, mendengar suara-Nya dan berpaut pada-Nya atau dengan singkat dapat dikatakan: hidup dengan kesetiaan menaati segala hukum maupun ketetapan Allah. Setiap umat Allah yang mengasihi Tuhan Allah maka hidupnya akan senantiasa berpegang pada seluruh perintah dan ketetapan Allah sehingga hidupnya akan berbahagia, sebab Allah akan mengaruniakan berkat-berkatNya berupa kehidupan dan keberuntungan, dan lanjut umur di tanah yang teelah dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Dengan demikian yang menjadi kata kunci dalam pernyataan ini adalah ”mengasihi Tuhan Allah, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya” yang menunjukkan tindakan yang dilandasi oleh komitmen yang kuat dan kesetiaan yang tak pernah pudar untuk mengasihi Tuhan Allah dan melakukan perintahNya dalam segenap perjalanan kehidupan. Dalam melakukan perintah Tuhan itu umat Israel akan sangat rentan tergoda untuk menambahkan ataupun mengurangi atau bahkan mengingkari perintah Tuhan itu yang pada akhirnya dapat menghilangkan makna perintah Tuhan yang sesungguhnya. Oleh sebab itu tidak ada jalan lain selain senantiasa berpegang pada perintah Tuhan. Untuk menegaskan tindakan berpegang pada perintah Tuhan, maka Musa mengingatkan bangsa itu untuk melakukan perintah Tuhan dengan setia. Kesetiaan yang ditambahkan pada komitmen yang kuat untuk berpegang pada perintah Tuhan tentulah menghasilkan iman yang tangguh dan tahan uji serta tindakan yang senantiasa melakukan perintah Tuhan. Dengan kesetiaan, maka akan tercipta umat Tuhan yang tangguh dalam imannya untuk menyembah Allah dan tidak tergoda untuk menyembah kepada allah lain. Umat pilihan Tuhan diharuskan melakukan kehendak Tuhan dengan kesetiaan penuh dan tak tergoda untuk mengabaikannya, bahkan selanjutnya kesetiaan umat itu akan diberikan ganjaran dari Tuhan berupa kehidupan umat dalam keadaan yang baik dan supaya keturunan mereka menjadi sangat banyak, seperti yang dijanjikan Tuhan, Allah nenek moyang mereka, di suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.

Pilihan kedua, kematian dan kecelakaan maupun kebinasaan. Dalam ayat 17-18 ditegaskan mengenai konsekuensi yang akan dihadapi oleh orang yang hatinya menjauh bahkan berpaling dari Tuhan, dikatakan: ”Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya, maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya”. Melalui pernyataan ini jelaslah betapa beratnya konsekuensi yang harus diterima oleh umat Allah apabila hati mereka berpaling dari Tuhan, yaitu: kebinasaan atau kematian dan tidak akan lanjut umur di tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang mereka. Tentu saja pilihan ini adalah pilihan yang berat dan tentulah orang tidak akan mau memilih kematian atau kebinasaan. Namun, jelaslah bahwa pilihan kedua ini hanya akan terjadi ketika orang berpaling hatinya dari Tuhan Allah, orang yang meninggalkan Allah, yang dengan sendirinya hidupnya tidak lagi berpegang pada segala ketetapan Allah. Alangkah beratnya konsekuensi yang harus diterima oleh orang yang tidak berpegang pada ketetapan Allah, yakni harus menghadapi kebinasaan dan kehilangan segala berkatNya.

Saudara-saudari, Ibu, Bapak pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Di tengah-tengah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi di era digital dan era robotik sekarang ini kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan terutama yang memberikan berbagai kemudahan dan bahkan berbagai bentuk kebahagiaan dalam kehidupan. Selain itu, kita juga menyaksikan kecenderungan hati dan pikiran manusia yang tidak lagi mempercayai kuasa dan campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Dengan pencapaian berbagai kemajuan dan perkembangan teknologi yang memudahkan kehidupan bahkan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi manusia, telah mengakibatkan semakin besarnya tumpuan manusia pada kemampuan akal pikirannya semata. Khotbah ini mengarahkan kita untuk setia berpegang pada ketetapan dan perintah Tuhan Allah yang perwujudannya dilakukan melalui tindakan mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan kita (band. Ul 6:5). Artinya seluruh keberadaan kehidupan kita, inti kepribadian, perasaan, akal budi dan tindakan kita hendaknya kita lakukan untuk memenuhi kehendak Tuhan. Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah agar kita tidak salah memilih. Sebagai orang percaya maka pilihan kita adalah: tetaplah memilih kehidupan, senantiasa menghidupi prinsip kesetiaan melakukan setiap kehendak Tuhan, agar kita beroleh kehidupan yang sejati di dalam Tuhan, bukan hanya bagi kita saat ini namun berlaku juga bagi generasi sesudah kita di masa yang akan datang. Dengan demikian pewarisan ketaatan dan kasih terhadap Tuhan Allah itu juga dilakukan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan dan berkelanjutan, agar eksistensi umat Allah yang takut akan Allah dan setia melakukan perintahNya itu tetap terjaga dan terpelihara sepanjang masa. Amin.

Doa Penutup: Tuhan Allah Bapa kami yang kami sembah dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami senantiasa mengucap syukur kepadaMu. Pada hari ini kami telah disapa melalui kebenaran firmanMu, yang mengingatkan kami memilih kehidupan yang sejati melalui tindakan mengasihi Engkau dengan berpegang pada ketetapan serta perintahMu. Ajarlah kami agar senantiasa melakukan tindakan mengasihi Engkau dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan. Kuatkanlah kami agar dapat menjadi umatMu yang senantiasa menghidupi segala perintah dan ketetapan-Mu sehingga kami dapat berbahagia menikmati limpahan berkatMu, demikian juga dengan para generasi selanjutnya sehingga tercipta kesinambungan generasi umatMu yang tetap eksis dan setia melakukan perintah-Mu. Biarlah kuasa Roh Kudus yang senantiasa membimbing dan menuntun kami menjadi orang yang menaati dan menghidupi firmanMu dalam setiap derah langkah kehidupan kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Epistel di Minggu IV Setelah Trinitatis
Pdt. Herwin P. Simarmata, M.Th- Kepala Biro Kategorial Remaja dan Naposobulung Kantor Pusat HKBP, Pearaja-Tarutung

Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan buat kesempatan indah pada hari Minggu yang Engkau kuduskan ini bagi kami untuk beribadah, memuji dan memuliakan namaMu. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.

Renungan
“PERSAUDARAAN DI DALAM DAMAI SEJAHTERA DAN KASIH TUHAN”
Epistel: Efesus 6 : 21 – 24

Nas:
”Supaya kamu juga mengetahui keadaan dan hal ihwalku, maka Tikhikus, saudara kita yang kekasih dan pelayan yang setia di dalam Tuhan, akan memberitahukan semuanya kepada kamu. Dengan maksud inilah ia kusuruh kepadamu, yaitu supaya kamu tahu hal ihwal kami dan supaya ia menghibur hatimu. Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Kasih karunia menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa”.

Saudara-saudari, Ibu, Bapak pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Ketika kita mendengar kata ”utusan” atau ”duta”, apakah yang terlintas dalam pikiran kita? Seorang utusan atau duta adalah orang yang diutus mewakili sang pengutus atau orang yang mengutusnya. Tugas seorang utusan adalah menyampaikan pesan dari sang pengutus kepada orang atau kelompok orang yang menjadi alamat ataupun tujuan dari pesan yang akan disampaikan. Hal yang demikian jugalah yang dapat kita pahami dalam nas khotbah Epistel ini, dimana rasul Paulus mengutus seorang utusannya, yaitu Tikhikus, yang disebut sebagai seorang saudara yang terkasih dan pelayan yang setia di dalam Tuhan (ay. 21). Paulus mengutus Tikhikus ke jemaat Efesus untuk memberitahukan segala sesuatu mengenai keadaan dan hal ikhwal pelayanan Paulus terutama dalam kegiatan pemberitaan Injil yang tengah dilakukan oleh Paulus. Namun bukan hanya itu saja tujuan kedatangan Tikhikus. Kedatangan Tikhikus juga bertujuan untuk menguatkan dan menghibur hati seluruh jemaat Efesus yang menghadapi berbagai tantangan, baik dari dalam jemaat itu sendiri maupun terutama dari luar jemaat Efesus. Dengan demikian, setelah Paulus menyampaikan beberapa nasihat kepada jemaat Kristen di Efesus (pasal 6:1-20), maka perikop terakhir ini merupakan bagian dari kata-kata peneguhan dan penghiburan kepada jemaat Kristen yang terbilang masih muda itu, agar mereka senantiasa kuat, teguh dan bertahan dalam iman menghadapi berbagai tantangan dan pergumulan iman.

Saudara-saudari, Ibu, Bapak pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Dalam khotbah ini kita menemukan 2 (dua) pengajaran yang penting. Pertama, persaudaraan di dalam kasih Tuhan. Rasul Paulus memberitakan Injil di Efesus selama tiga tahun (Kis 20:31) pada perjalanan misionarisnya yang ketiga, dimana dia mengajar dan berkhotbah di sinagoge atau rumah ibadah orang Yahudi serta di tempat-tempat umum lainnya dan banyak orang Efesus yang percaya kepada Tuhan Yesus akibat pemberitaan Injil oleh Paulus. Dalam kurun waktu tiga tahun itu hubungan Paulus dengan jemaat Efesus terjalin dengan baik terlebih diikat oleh persaudaraan di dalam kasih Tuhan. Selanjutnya, walaupun Paulus tidak bersama-sama lagi dengan jemaat Efesus, namun komunikasi mereka tetap terjalin dengan baik melalui kedatangan Tikhikus, orang yang diutus oleh Paulus, untuk menyampaikan kabar dan hal ikhwal tugas pelayanan pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus. Persaudaraan di dalam kasih Tuhan itu terus terbina dan terjalin baik, sebagai buah dari pemberitaan Injil yang dilakukan Paulus di Efesus.

Pengajaran kedua, damai sejahtera dan kasih karunia dengan iman dari Allah Bapa dan Tuhan Yesus Kristus menyertai setiap orang percaya (band. ay. 23). Dalam terjemahan New International Version (NIV) dikatakan: “Peace to the brothers and sisters, and love with faith from God the Father and the Lord Jesus Christ”. Kata ”damai sejahtera” berasal dari kata Yunani eirēnē, merupakan penyebutan bagi damai sejahtera dari Allah yang senantiasa menyertai hidup orang percaya, sementara itu kata ”kasih” merupakan terjemahan dari kata Yunani agapē, menunjukkan hakikat kasih yang murni yang berasal dari Allah Bapa yang telah dicurahkan bagi seluruh umat manusia ciptaanNya agar melakukan seturut kehendakNya. Salam yang disampaikan oleh rasul Paulus ini juga merupakan doa permohonan sang rasul yang mendoakan seluruh jemaat Efesus, agar damai sejahtera dan kasih karunia yang murni yang berasal dari Allah Bapa kiranya senantiasa menyertai jemaat Efesus dalam setiap gerak langkah persekutuan, kesaksian dan pelayanan mereka. Dengan iman kepada Allah yang telah menyatakan diriNya dalam Yesus Kristus, maka damai sejahtera dan kasih karunia dari Allah itu akan memampukan setiap orang percaya menjadi para pelaku firman dan saksi Kristus yang setia melalui setiap derap langkah kehidupan di dunia ini.

Saudara-saudari, Ibu, Bapak pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Di tengah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi di era digital dan era robotik sekarang ini kita diperhadapkan dengan berbagai pilihan terutama yang memberikan berbagai kemudahan dan bahkan berbagai bentuk kebahagiaan dalam kehidupan. Selain itu, kita juga menyaksikan kecenderungan hati dan pikiran manusia yang tidak lagi mempercayai kuasa dan campur tangan Tuhan dalam kehidupannya. Dengan pencapaian berbagai kemajuan dan perkembangan teknologi yang memudahkan kehidupan bahkan menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi manusia, telah mengakibatkan semakin besarnya tumpuan manusia pada kemampuan akal pikirannya semata. Bertitik tolak dari realitas tersebut, bagaimanakah kita menghidupi damai sejahtera dan kasih setia Allah dalam kehidupan kita? Apakah kita masih tetap mengandalkan damai sejahtera dan kasih setia Allah di tengah kehidupan yang semakin mementingkan kemampuan akal pikiran manusia? Khotbah ini mengarahkan hati, pikiran dan iman kita untuk senantias setia mengandalkan damai sejahtera dan kasih setia Allah dalam segenap derap langkah kehidupan kita sehingga kita mampu menjadi saksi Kristus yang sejati di tengah-tengah kehidupan dunia yang cepat berubah ini. Selain itu damai sejahtera dan kasih setia Tuhan juga memampukan kita membangun persekutuan yang hidup, rukun, saling menopang dan bertumbuh dalam kasih Tuhan bagi kemuliaan namaNya. Amin.

Doa Penutup: Tuhan Allah Bapa kami yang kami sembah dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kembali kami mengucap syukur dan terima kasih kepadaMu. Pada hari ini kami telah disapa oleh kebenaran firmanMu, yang mengingatkan kami untuk senantiasa menghidupi damai sejahtera dan kasih karuniaMu yang melayakkan dan memampukan kami menjadi anak-anakMu pelaku firman dan menjadi saksi Kristus yang sejati di tengah-tengah dunia yang cepat berubah ini. Ajarlah kami agar senantiasa mengasihi Engkau dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap kekuatan, juga mengasihi sesama kami seperti diri kami sendiri. Kuatkanlah kami agar dapat menjadi umatMu yang senantiasa hidup rukun dan damai, saling mengasihi, saling menolong dan saling menguatkan dalam menghadapi berbagai tantangan dan cobaan, sehingga persekutusan setiap orang percaya semakin dikuatkan di dalam kasihMu yang kekal. Biarlah kuasa Roh Kudus yang senantiasa membimbing dan menuntun kami menjadi orang yang menaati dan menghidupi firmanMu dalam segenap langkah kehidupan. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

Scroll to Top