Renungan Harian HKBP, Minggu 27 Juli 2025

Evangelium Renungan Harian HKBP, Minggu VI Dung Trinitatis 27 Juli 2025
Pdt. Daniel Napitupulu, M.Min, M.Th – Kepala Biro Ibadah dan Musik HKBP

Bapak Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Syalom dan Selamat hari Minggu. Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Namun sebelumnya, marilah kita berdoa!

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, kiranya menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin.

Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu VI Setelah Trinitatis tgl. 27 Juli 2025 hari ini, tertulis dalam: Kejadian 18:22-33

Bapak, Ibu dan saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,
Nas kotbah ini merupakan bagian dari percakapan Tuhan dengan Abraham, secara khusus tentang Sodom dan Gomora. Pada ayat 20 Tuhan sudah mengatakan kepada Abraham bahwa banyak keluh kesah tentang Sodom dan Gomora, dan senungguhnya sangat berat dosanya. Tuhan akan menghakimi dan menghukum Sodom dan Gomora karena dosa orang-orang yang tinggal di sana. Setelah Abraham tahu bahwa Tuhan akan menghukum Sodom dan Gomora, maka Abraham memohon kepada Tuhan: jika ada di dalamnya 50 orang benar, apakah Engkau akan melenyapkannya? Allah berjanji untuk tidak membinasakan kota itu jika di dalamnya ada 50 orang benar. Abraham terus bermohon dan menurunkan jumlah orang benar yang dibutuhkan, sampai Allah setuju untuk tidak menghancurkan kota itu jika ada 10 orang benar di sana.

Meskipun Allah mendengarkan permohonan doa Abraham, Ia tetap berdaulat dalam mengambil keputusan. Allah tidak membatalkan kehendakNya untuk menghukum Sodom, tetapi Ia menunjukkan belas kasihanNya dengan mempertimbangkan permintaan Abraham. Setelah selesai berbicara dengan Abraham, Allah melanjutkan perjalananNya ke Sodom, dan Allah kembali ke tempatnya.

Dari nas ini kita belajar bahwa Allah adalah Allah yang adil, tetapi juga penuh belas kasihan dan mau mendengarkan doa umatNya. Sebagaimana topik Minggu yang menekankan: Doa mohon Keselamatan, kita dipanggil untuk tekun dalam doa memohon keselamatan dari Tuhan atas hidup kita, atas desa atau kota di mana kita tinggal, agar kiranya Tuhan melindungi dan menyelamatkan kita dari mara bahaya, agar kita hidup damai dan dapat menikmati kehidupan yang Tuhan karuniakan sesuai dengan kehendakNya. Dalam Yakobus 5:16 ditekankan bahwa doa orang yang hidup sesuai dengan kehendak Allah memiliki kekuatan yang luar biasa dan dapat berdampak positif pada kehidupan kita.

Oleh karena itu, ada hal yang perlu kita renungkan dari nas kotbah hari ini. Pertama: Mari melatih kepekaan melihat dan perduli pada lingkungan, wilayah dan orang-orang di sekitar kita. Abraham mengetahui bahwa orang Sodom dan Gomora sangat berat dosanya (ay 20), namun dia tidak tutup mata atas kehidupan orang benar di sana, yang tidak menjadi serupa dengan mereka. Abraham bukan membela dosa-dosa mereka, namun memikirkan masa depan orang yang melakukan kehendak Tuhan disana, meskipun hanya sedikit jumlahnya. Kepekaan seperti ini sangat diperlukan dari setiap orang beriman. Kita musti peka melihat kondisi di sekitar kita, dosa, kejahatan yang telah merajalela dilakukan banyak orang, dan kita berdoa syafaat, kiranya Tuhan dapat mengampuni dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk kembali ke jalan yang benar. Seuturut dengan itu, kiranya orang-orang yang setia pada Tuhan, taat akan firmanNya dan tekun melakukan kehendakNya, mereka dikuatkan untuk tetap teguh dalam identitas sebagai terang dan garam dunia,tidak menjadi serupa dengan dunia sekitarnya. Kedua: Jangan memaksakan kehendakmu kepada Tuhan. Abraham tidak sedang memaksa Tuhan untuk tidak menghukum Sodom, tetapi dia sedang bermohon agar orang yang melakukan kehendak Tuhan disana diperhitungkan oleh Tuhan. Keputusan akhir ada di tangan Tuhan, dan jika kita membaca ke pasal 19, Sodom dan Gomora dimusnahkan Tuhan, tetapi Lot dan keluarganya (isterinya menjadi tiang garam-Kej. 19:26) selamat.

Tugas kita adalah memohon, bukan memaksa Tuhan menuruti kehendak kita, sebab kehendak Tuhanlah yang seharusnya kita utamakan, sebagaimana doa yang diajarkan Tuhan Yesus: “jadilah kehendakMu, di bumi seperti di sorga”. Amin.

Epistel Renungan Marturia HKBP, Minggu VI Dung Trinitatis tgl 27 Juli 2025
Matius 6:9-13

Saudara yang dikasihi Tuhan, setelah Kristus mengecam apa yang tidak baik dari cara orang Farisi berdoa, Ia menunjukkan cara yang lebih baik, sebab Dialah yang berhak menegur untuk memberikan petunjuk. Karena kita tidak tahu apa yang seharusnya kita doakan, di sini Ia membantu kita mengatasi kelemahan kita dengan cara menaruh kata-kata di dalam mulut kita, karena itu berdoalah demikian (ay. 9). Begitu banyak kejahatan yang menyusup ke dalam kewajiban berdoa ini di antara orang-orang Yahudi, sehingga Kristus menganggap perlu untuk memberikan petunjuk baru perihal doa untuk menunjukkan kepada murid-murid-Nya seperti apa sebenarnya isi dan cara menaikkan doa mereka. Ia memberikannya dalam bentuk kata-kata yang sangat baik untuk digunakan sebagai sebuah patokan, ringkasan, atau isi dalam mendoakan beberapa hal tertentu. Ini bukan berarti bahwa kita terikat untuk hanya menggunakan bentuk ini, atau selalu menaikkan doa ini seolah-olah hal ini perlu untuk menguduskan doa-doa kita yang lain. Di sini kita diminta untuk berdoa mengikuti cara ini, kata-kata ini, atau tujuan ini.
Saudara yang dikasihi Tuhan, Doa Bapa Kami bukan sekadar hafalan. Tuhan Yesus mengajarkan doa ini agar nafas, semangat dan prinsip di dalamnya ditaati. Semua orang yang berdoa harus sungguh menyadari siapa dirinya dan siapa Tuhan. Sebagai ciptaan berdosa, kita menggantungkan diri kepada sifat-sifat agung Allah. Sebagai orang yang telah diampuni dan diperdamaikan Kristus, kita mempercayakan diri penuh kepada-Nya. Di dalam tekad meninggikan Allah dan menyaksikan Kerajaan-Nya terwujud di bumi inilah seharusnya seluruh kebutuhan rohani dan jasmani kita kita pertaruhkan kepada Tuhan Allah.

Di dalam doa Bapa Kami kita menemukan: Pertama sikap tidak egois. Allah bukan milik diri sendiri, tetapi Allah dari semua orang beriman. Yang jadi bukanlah pemerintahan manusia, sebab Allah berdaulat penuh di surga dan di bumi. Kedua, arah hidup ke masa depan: sikap dan tindakan kita mencerminkan kekudusan Tuhan, dan mendahulukan kehendak Tuhan nyata dalam hidup kita (ayat 9,10). Ketiga, kebutuhan manusia, seperti pengampunan dosa, bimbingan agar dijauhkan dari semua pencobaan yang menjatuhkan pada kejahatan, dan kebutuhan hidup sehari-hari (ay 11-13). Kita perlu berdoa menurut doa yang Tuhan Yesus ajarkan ini dengan segenap hati dan menjadikan kebenaran di dalamnya model bagi doa-doa kita. Hubungan kita dengan Allah tidak dapat dilepaskan dari keadaan hubungan kita dengan sesama, jadi penerimaan Allah akan doa kita pun terkait dengan penerimaan kita akan sesama kita. Amin.

Scroll to Top