Renungan Harian HKBP | Selasa 8 Juli 2025

Doa Pembuka: Bapa kami yang di Surga, terpujilah Engkau yang telah memelihara kehidupan kami hingga saat ini. Terimakasih atas setiap berkat dan karunia yang senantiasa Engkau limpahkan kepada kami. Tuntun serta bimbinglah hati dan pikiran kami supaya Firman-Mu yang hendak kami renungkan juga akan kami hidupi. Biarlah Roh-Mu yang kudus senantiasa berdiam dalam hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Imamat 19: 13

“Janganlah engkau memeras sesamamu manusia dan janganlah engkau merampas; janganlah kautahan upah seorang pekerja harian sampai besok harinya.”

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Kita Yesus Kristus. Saat membaca nats renungan kita hari ini, hal pertama yang terbersit dalam benak kita mungkis sama, yaitu: hidup kudus dan selalu berbuat baik. Berbuat baik dalam hal ini lebih spesifik lagi, yaitu: tidak mengambil hak orang lain dan bahkan mudah memberi. Memang, jika kita baca keseluruhan perikop dari Imamat 19 ini, kita diajarkan untuk hidup kudus, karena Tuhan Allah kita adalah kudus. Seluruh bagian dari kehidupan kita diajak dan diajarkan agar terjaga tetap kudus. Baik hubungan kepada Allah itu sendiri maupun hubungan sesama manusia, haruslah tetap terjaga kekudusannya.

Namun, ditengah-tengah zaman yang semakin tidak terkendali saat ini. Masa dimana hidup manusia itu terlihat saling tidak peduli, jauh dari rasa empati dan simpati. Hal yang begitu sering terjadi saat ini adalah, rasa sakit hati dan seakan makan hati saat berbuat baik kepada orang yang tidak tahu diri. Keadaan ini tidak dipungkiri lagi, dimana orang yang berhutang lebih kejam dari pada yang memberikan kesempatan berhutang, terlebih itu akan terlihat jelas saat terjadi penagihan janji.  Hal ini sering sekali terjadi, dan tak jarang mereka yang berhutang memakai kalimat seperti pada nats ini untuk membela diri. Padahal pada kenyataannya jelas-jelas salah dan tidak tahu diri.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus. Keadaan zaman yang begitu tak menentu tersebut, harusnya tidaklah membuat upaya pengudusan diri kita luntur. Sebenarnya, kata “Kuduslah kamu” pada perikop ini (19:2) dalam bahasa Ibrani bukanlah sebuah kalimat perintah melainkan sebuah kalimat pernyataan. Maka harus ditafsirkan demikian: Tuhan, Allah umat Israel, itu kudus. Oleh karena Allah itu kudus, maka umat-Nya juga akan menjadi kudus, atau lebih tepatnya, umat disertai oleh Tuhan untuk berproses menjadi kudus. Proses menjadi kudus ini bukanlah usaha manusia sendiri, melainkan anugerah Tuhan. Proses ini merupakan sebuah proses “pembaruan budi” seperti yang diberitakan Paulus di Roma 12:1-2.

Kita diajak agar tidak menjadi serupa dengan dunia ini. Jika dunia ini dan seluruh ketidakbaikannya sudah kita saksikan bahkan rasakan. Janganlah kiranya kita menjadi salah satu dari antara semuanya itu. Jika, hati dan perasaan kita terlanjur pernah terluka akibat ketidakbaikan dunia ini. Jadikanlah itu pelajaran untuk mengenal mana yang sepantasnya menerima kebaikan dan kekudusan itu. Agar kita semakin bijak dalam membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

Oleh karena itu saudara-saudari yang dikasihi Tuhan Kita Yesus Kristus. Oleh anugerah Tuhan, kita telah diselamatkan dari hukuman dosa. Atas anugerah-Nya pula, kita disertai dalam kehidupan sehari-hari untuk dapat hidup kudus. Jadilah pribadi yang lebih baik lagi, yang tidak mengambil atau menahan hak orang lain. Menjadi pribadi yang lebih bijak sana dalam menjalankan kehendak Allah ditengah dunia yang tidak menentu. Amin.

Doa Penutup: Terima kasih Bapa atas firman Mu yang telah meneguhkan hati dan iman percaya kami pada-Mu. Tuntunlah kami agar senantiasa berserah pada kehendak-Mu saja. Bimbing kami, kiranya hidup kami mampu menjadi kudus sama seperti Bapa yang Kudus. Kiranya kami mampu untuk tidak menjadi sama seperti dunia ini. Kiranya Roh Kudus-Mu yang berdiam dalam hidup kami, agar kami tetap setia pada terang Kasih-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Pdt. Filemon F Sigalingging – Staff Kantor Ephorus HKBP

Scroll to Top