TETAP SETIA DI TENGAH GODAAN ZAMAN
Salam sejahtera bagi Bapak, Ibu, serta saudara-saudari sekalian di manapun berada.
Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan, marilah kita berdoa!
Doa Pembuka: Terima kasih, ya Tuhan, atas kasih dan anugerah-Mu yang senantiasa menyertai hidup kami hingga saat ini. Kini kami hendak mendengarkan Firman-Mu; kiranya Engkau membuka hati dan pikiran kami, agar kami dapat memahami dan melakukannya dalam kehidupan kami sehari-hari. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Firman Tuhan pada hari ini, Selasa, 11 November 2025 tertulis dalam Yeremia 18:14-15 (TB 2) “Mungkinkah salju Libanon mencair meninggalkan lerengnya yang berbatu? Mungkinkah air gunung yang sejuk akan mengering? Akan tetapi, umat-Ku telah melupakan Aku. Mereka membakar kurban kepada ilah yang sia-sia, mereka tersandung jatuh di jalan-jalan mereka, di jalan-jalan dari zaman dahulu, dan mengambil jalan pintas, jalan yang tidak dibuat” demikian bunyi Firman Tuhan.
Secara keseluruhan, Yeremia pasal 18 berbicara tentang kedaulatan Allah sebagai Penjunan (Tukang Periuk) dan bangsa Israel sebagai tanah liat di tangan-Nya. Melalui nabi Yeremia, Tuhan menegur umat-Nya yang telah berpaling dari-Nya. Mereka lupa kepada Allah, sebagai sumber kehidupan, dan justru menyembah berhala. Yeremia menggunakan simbol alam untuk menyampaikan pesan Tuhan: “Dapatkah salju di gunung Libanon lenyap? Dapatkah air yang dingin kering?” Pertanyaan ini bukan untuk mencari jawaban, sebab jawabannya sudah jelas “tidak mungkin”. Alam ciptaan tunduk kepada hukum dan tatanan Allah. Tetapi manusia, yang diciptakan segambar dengan Allah, bisa meninggalkan Penciptanya.
Itulah ironi yang ingin ditunjukkan Yeremia, “gunung tetap setia menurunkan saljunya, sungai tetap mengalir seperti biasa, tetapi umat Tuhan berhenti mengalirkan kasih dan kesetiaan kepada Allah.” Mereka tidak lagi hidup di jalan Tuhan yang telah dirintis sejak dahulu, melainkan membuat “jalan baru” yang tidak rata, jalan yang terlihat menarik, tetapi membawa pada kekeringan rohani.
Jikalau direnungkan, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan zaman kita saat ini. Banyak orang mengaku percaya kepada Tuhan, tetapi hatinya sibuk mengejar hal-hal lain. Sibuk mengumpulkan harta, popularitas, kenyamanan, dan pengakuan manusia. Ibadahnya tetap dilakukan, tetapi hatinya menjauh dari-Nya. Doanya senantiasa diucapkan, tapi hatinya tertambat pada berhala yang tidak kasat mata. Tanpa disadari, kita pun bisa melupakan Tuhan di tengah kesibukan dan rutinitas keagamaan.
Namun, Allah melalui Yeremia, tidak sebatas menegur umat-Nya dan kita, Ia mengundang umat-Nya untuk kembali kepada-Nya. Air dari Libanon tetap mengalir; demikian pula kasih Tuhan yang tidak pernah berhenti mengalir bagi setiap orang yang mau kembali kepada-Nya dan hidup sesuai kehendak-Nya. Tuhan tidak mencari kesempurnaan kita, melainkan kesetiaan kita. Ia ingin kita berjalan kembali di “jalan yang sejak dahulu”, yaitu jalan kasih, kebenaran, dan pengharapan di dalam Dia. Kiranya melalui Firman Tuhan pada hari ini, kita semua dikuatkan, diteguhkan, dan dimampukan untuk menjalani hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Amin.
Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Terima kasih, ya Tuhan, atas Firman-Mu yang telah kami dengarkan pada hari ini. Kami bersyukur karena Engkau kembali mengingatkan kami untuk tidak berpaling dari-Mu, Ampunilah kami, ya Tuhan, ketika hati kami seringkali beralih oleh kesibukan dan keinginan duniawi. Ajarilah kami untuk tetap setia seperti gunung yang menurunkan saljunya dan sungai yang terus mengalir. Teguhkan iman kami supaya kami mau dibentuk dan diperbarui oleh tangan-Mu. Jadikanlah hidup kami bejana yang berguna, memancarkan kasih, kebenaran, dan pengharapan bagi sesama. Amin.
Bvr. Sulastri Sitompul- Melayani di Kantor Biro Zending HKBP



