Renungan Harian HKBP | 26 April 2023

Syalom Bapak/ibu, saudara/i seiman. Kami sangat berharap kita semua dalam keadaan sehat pada saat ini. Sebelum kita mendengarkan firman Tuhan marilah kita beri waktu sejenak untuk saat teduh.

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Ya Allah Bapa kami, kami sungguh bersyukur untuk hari baru, yang Engkau berikan kepada kami. Kami dapat bangun dalam keadaan sehat di pagi ini. Melalui persekutuan ini kami sangat  mengharapkan kuasa dan kasihMu yang selalu menyertai semua kegiatan yang akan kami mulai untuk satu hari ini. Maka itu kami mau mendengarkan sabdaMu saat ini agar kami dikuatkan untuk melakukan apa yang Engkau kehendaki dalam kehidupan kami. Kami sampaikan doa permohonan ini hanya di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kami. Amin

Firman Tuhan yang memberangkatkan kita untuk memulai pekerjaan kita dalam satu hari ini tertulis dalam Yohanes 15:15 “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku”.

Judul Renungan: “Menjadi Sahabat Tuhan Yesus”

Bapak/ibu saudara/i yang seiman, ada kata bijak yang mengatakan bahwa orang yang selalu berbahagia adalah orang yang punya jalinan persahabatan. Baik itu persahabatan dengan teman satu sekolah, dengan teman satu gereja, satu komplek perumahan, teman kerja di kantor, dan lain sebagainya. Mengapa demikian? Karena persahabatan yang kuat dan tulus dengan seseorang akan menghasilkan efek emosi yang positif, yang menimbulkan kegembiraan dan  membawa ketentraman hati. Saat menghadapi kesulitan atau sakit, seorang sahabat akan hadir dengan perhatiannya. Menghibur dan menguatkan. Seorang sahabat merupakan sosok karunia pemberian Tuhan yang indah dalam relasi antar manusia. Karena itu, betapa berartinya kehadiran sahabat dalam hidup kita. Dan betapa hampanya hidup manakala tak punya sahabat. Saat susah tidak ada tempat mengadu, saat senang tidak ada sosok yang bisa berbagi.

Demikian juga dengan Firman Tuhan yang kita dengar saat ini, yang menegaskan bahwa kita bukan lah hamba tetapi sahabat. Sahabat adalah level relasi lebih tinggi daripada hamba. Sebagai sahabat kita diperkenan bergaul lebih akrab dan dekat, tidak demikian halnya dengan hamba. Dalam tradisi Yahudi, sangat gampang membedakan antara hamba dengan sahabat. Seperti yang sudah kita ketahui, seorang hamba itu adalah orang yang bisa diperlakukan sesuka hati oleh tuannya. Seorang hamba tidak memiliki hak apa-apa, bahkan tidak berhak atas nyawanya sendiri, dia juga tidak tahu apa yang diperbuat tuannya dan dia harus mengabdi kepada tuannya. Sementara sahabat adalah orang yang paling dekat dengan kita dan yang paling mengerti akan pribadi kita. Bahkan sering seorang sahabat lebih mengerti pribadi kita dibanding orang tua atau keluarga kita sendiri

Dan inilah kebahagiaan kita. Tuhan Yesus mau memilih kita sebagai sahabatNya, ay. 15a dikatakan “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat”.  Dia Sahabat yang  selalu hadir baik di waktu senang atau pun di waktu sulit yang sedang kita jalani. Kita mengetahui bahwa seorang sahabat juga mau berkorban untuk sahabatnya, bukan malah mengorbankan sahabatnya untuk kepentingannya. Seperti ada lagu dengan judul anak Medan, yang mengatakan “hansur demi kawan, i do ianggo au”. Artinya “hancur demi kawan, itulah aku”. Tuhan Yesus sendiri sebagai sahabat yang baik, tidak hanya mengajarkan bagaimana gambaran seorang sahabat yang baik, tetapi lebih dulu menunjukkan dan mempraktekkan bagaimana karakter seorang sahabat yang baik dan benar. Dia mengorbankan nyawa-Nya untuk kita atas kesalahan dan dosa kita. Berarti menjadi sahabat yang baik juga harus mau berkorban, memiliki kesetiaan dan solidaritas yang tinggi terhadap sahabatnya.  Sebagai seorang sahabat, Tuhan Yesus juga sangat menghargai murid-muridNya, segala sesuatu yang diterima dari Bapa diberitahukanNya semuanya kepada murid-muridNya. Tuhan Yesus memberitahukan segala  sesuatu  yang Dia dengarkan dari Bapa-Nya yang di sorga. Makanya dikatakan “Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (ay.15b). Tidak demikian dengan kita manusia,  terkadang guru atau narasumber saja sering tidak memberitahu semua ilmunya kepada muridnya. Begitu juga dalam kehidupan sehari-hari, terkadang bisa saja istri atau suami memiliki rahasia yang sangat rapi disimpan, yang tidak pernah diberitahunya kepada siapapun. Kalau mau jujur kita juga pasti ada yang demikian bukan? Tapi tidak dengan yang namanya sahabat, sahabat adalah tempat curahan hati kita, tempat kita menumpahkan segala kekecewaan, kesedihan dan kegembiraan kita, bahkan sampai dia juga mengetahui isi dompet kita. Apalagi lagi kehidupan anak muda jaman sekarang,  sahabatnya lebih mengetahui kapan dia jatuh cinta, sahabat lebih tahu kapan dia sedih, kecewa, benci,  daripada orangtua sendiri atau keluarganya sendiri.

Kita adalah sahabat Tuhan dan itu adalah pengakuan Tuhan Yesus sendiri, “Aku menyebut kamu sahabat”. Karena jikalau kita sendiri yang mengaku-aku atau mengklaim diri kita sebagai sahabat-Nya, siapakah kita? Kita adalah ciptaan yang masih penuh kelemahan. Kita makhluk yang berdosa, sedangkan Dia Maha suci. Kebaikan-Nya tiada tara. Dia dan kita laksana bumi dan langit. Tapi sekali lagi saya katakan inilah kebahagian yang tidak bisa digantikan oleh siapapun dan oleh apapun, yaitu Tuhan Yesus mengakui kita sebagai sahabatnya. Berarti, Tuhan Yesus mau menjalin hubungan yang akrab dan hangat dengan kita. Kita punya hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus. Dengan hubungan pribadi yang dekat itu maka Tuhan Yesus adalah tempat yang terbaik dimana  kita dapat mengadukan semua perasaan kita kepada-Nya.

Bapak/Ibu, saudara/i, sebagaimana kita merawat persahabatan insani kita dengan sesama kita, marilah kita juga merawat dan menjaga hubungan persahabatan kita dengan Tuhan Yesus sehingga persahabatan dengan Tuhan Yesus tidak retak apalagi sampai putus. Maka itu, sebagai sahabat Tuhan sudah seharusnya kita memiliki pikiran dan perbuatan yang benar. Cara hidup yang benar, yang sesuai dengan keinginan Tuhan Yesus, sahabat kita. Maka dengan demikian persahabatan kita dengan Tuhan Yesus akan terus terawat sampai  akhir hidup kita dan nyatalah bahwa  Tuhan Yesus adalah sahabat sejati kita. Amin

Doa Penutup: Mari kita berdoa! Ya Bapa, kami sangat mensyukuri karuniaMu yang memberi AnakMu yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus bukan hanya sebagai Tuhan dan Juruselamat kami tetapi juga menjadi sahabat sejati kami. Bapa, kami mensyukuri hidup yang dijalani yang di dalamnya ada persahabatan sejati. Sahabat yang selalu mengasihi kami dan memberi segala kebutuhan kami. Ajari kami untuk menghargai persahabatan ini dengan melakukan apa yang Engkau kehendaki dalam hidup kami sehingga kami dapat menyenangkan hatiMu. Dengar dan terimalah doa permohonan kami ini yang kami sampaikan hanya di dalam AnakMu Yesus Kristus Tuhan dan Juruselamat kami. Amin.

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, Anugrah dari Allah Bapa, dan Persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin


Pdt. Susi Hutabarat, STh- Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital