Renungan Harian HKBP | 26 Februari 2025
Doa Pembuka: Allah Sang Pengasih, kami bersyukur atas rahmat Mu. Kiranya pertolongan mu dalam hidup kami, senantiasa menyertai, menuntun, mengarahkan, dan menerangi hidup kami. Ajari kami untuk melakukan firmanMu dengan benar sehingga kami dapat menjadi berkat untuk diri kami sendiri dan juga sekitar kami. Kami serahkan seluruh hari ini ke dalam tangan-Mu, dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.
Nats Renungan
Lukas 6:27-28
Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.
Mencintai Musuh?
Ketika seseorang berbuat jahat kepada kita, mungkin kita merasa marah atau ada keinginan untuk membalas. Mencintai musuh merupakan suatu hal yang sangat sulit untuk kita lakukan. Mengasihi musuh tidak berarti kita harus setuju dengan apa yang mereka lakukan. Melainkan sikap hati yang memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Ini adalah jenis pengampunan yang mendalam yang dapat membantu penyembuhan hati kita. Yesus mengajarkan kita dalam Lukas 6:27–28 bahwa kita harus merenungkan makna kasih yang sejati, terutama ketika kita menghadapi musuh, orang yang tidak menyukai kita, dan orang-orang yang menyakiti kita. Yesus mengajak kita untuk mengambil tindakan baru, mengajarkan kita berdoa untuk mereka yang menganiaya kita. Panggilan untuk melawan kebencian dengan kasih, yang sering kali menjadi tantangan terbesar dalam hidup kita.
Dalam praktiknya, mengasihi musuh, orang yang tidak menyukai kita, dan orang-orang yang menyakiti kita bisa dimulai dengan hal-hal kecil. Kita bisa mulai dengan berusaha memahami alasan dan latar belakang tindakan mereka. Kita bisa mencari cara untuk menunjukkan kebaikan, terlepas dari kesulitan yang mungkin terjadi. Dalam hal ini, kasih menjadi pilihan. Tindakan berdoa untuk mereka yang menyakiti kita berarti kita berusaha untuk mengasihi mereka dan membebaskan diri kita dari belenggu kebencian. Doa dapat mengubah perspektif kita dan mengajari kita bahwa orang lain juga memiliki kelemahan dan kesulitan. Mengasihi musuh adalah aspek lain dari karakter Kristus. Ketika Yesus berdoa untuk mereka yang menyalibkan-Nya, Ia meminta agar Allah mengampuni mereka. Ini menunjukkan bahwa kasih yang benar tidak hanya terbatas pada orang yang baik kepada kita, tetapi juga kepada mereka yang jahat.
Akhirnya, mengasihi musuh merupakan tugas perjalanan yang memerlukan waktu dan usaha. Kita mungkin tidak selalu berhasil, tetapi dengan terus berdoa dan meminta bimbingan Tuhan, kita dapat belajar untuk mencintai dengan cara yang lebih dalam. Mari kita ingat bahwa kasih yang sejati menjadi kekuatan yang dapat mengubah dunia. Dan kita dipanggil untuk menjadi agen kasih Allah. Dengan mengasihi musuh, kita tidak hanya meneladani Kristus, tetapi juga membawa damai dan harapan ke dalam hidup kita dan orang-orang di sekitar kita. Amin.
Doa Penutup: Ya Tuhan Allah, berikanlah kami kekuatan untuk mengasihi orang yang sulit untuk kami kasihi. Ajari kamu untuk melihat mereka dengan mata kasih, bukan dengan mata kebencian. Bantu kami untuk memahami dan percaya pertolonganMu mengingatkan kami untuk dapat mengasihi dengan cara yang Engkau inginkan. Bimbinglah kami dalam setiap langkah, agar hidup kami mencerminkan kasihMu yang tak terbatas. Amin
C.Pdt. Destri A.N. Hutauruk, S.Si (Teol)- LPP II di Biro RENA HKBP