Renungan Harian HKBP | 18 Oktober 2023

Shalom bapak/ibu, saudara/i yang terkasih, salam sehat bagi kita semua. Sebelum kita mendengarkan firman Tuhan saat ini marilah kita memberi waktu sejenak untuk saat teduh…

 

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Puji-pujian dan hormat kami sampaikan kepada-Mu ya Bapa, yang berkuasa atas langit dan bumi. Kasih-Mu selalu menyertai hidup kami, hingga saat inipun kami dapat bangun kembali dan akan memulai segala kegiatan kami. Sekarang kami akan mendengar sabda-Mu melalui firman-Mu, yang akan mengajari kami, agar kami dapat lebih bijaksana di dalam berkata dan melakukan segala sesuatu di dalam satu hari ini. Datanglah Engkau ya Bapa, karena kami siap mendengarkan Firman-Mu. Ampunkanlah dosa kami agar kami layak menerima berkat pengasihan-Mu. Hanya di dalam nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, terimalah doa dan permohonan kami ini. Amin.

 

Bapak/Ibu, saudara/i yang terkasih, Firman Tuhan yang akan kita renungkan hari ini tertulis dalam Yakobus 3:9 “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah”. Saya memberi judul :

“Mari Gunakan Lidah Kita Untuk Memuji Tuhan”

 

Beberapa psikolog memperkirakan bahwa rata-rata setiap orang mempunyai 700 kesempatan untuk berbicara kepada orang lain dalam setiap harinya. Dalam sehari orang yang banyak bicara, menggunakan 12.000 kalimat dan kirakira 100.000 perkataan. Coba pikirkan, seratus ribu kata dalam sehari. Sungguh suatu hal yang luar biasa bukan? Berapa bencana yang ditimbulkan dalam 1 hari saja oleh 100.000 perkataan. Dan berapa berkat yang dihasilkannya. Seperti pisau, pisau dapat mengupas buah apel tetapi dengan pisau yang sama juga dapat membunuh orang, demikian juga dengan Lidah, lidah kita dapat mengatakan pujian atau berkat tetapi dengan lidah yang sama juga dapat mengatakan ejekan atau kutuk. Maka itu berhati-hatilah mempergunakannya

.

BapakIbu, saudara/i, Lidah walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api (Yak.3:5). Jadi maksudnya disini bukanlah lidah dalam arti alat untuk mengecap rasa makanan melainkan kata kiasan yang merujuk pada perkataan. Nats ini mengingatkan bahwa melalui lidah kita, kita dapat mengucapkan berkat atau kutuk. Melalui lidah kita, kita dapat mendengar perkataan-perkataan yang bersifat membangun, pujian atau sebaliknya, hal yang menyakitkan dan membuat kita sedih, bahkan parahnya sering dengan lidah keluar umpatan. Hal ini sering terjadi dilatarbelakangi hati yang penuh luka; dendam dan amarah yang memicu seseorang untuk menyakiti orang lain dengan perkataan-perkataan kasar, untuk memuaskan dirinya. Tapi tahukah kita, ketika kita berkata kasar kepada orang atau mengejek orang lain sudah otomatis kita juga menjelekkan Penciptanya? Maka itu berhati-hatilah mempergunakannya.


Demikian juga yang dikatakan dalam Amsal 11: 9 dituliskan bencana apa yang akan terjadi karena mulut orang fasik. Dalam versi King James orang fasik disebut juga dengan orang munafik. Kemunafikan yang merencanakan kejahatan. Bukan hanya pembunuh dengan pedangnya, namun juga orang fasik dapat membunuh dengan mulutnya, membinasakan sesama manusia, memikatnya masuk ke dalam dosa, atau ke dalam kejahatan, dengan keramahan dan maksud baik yang pura-pura, “berbeda dihati dari perkataan” yang kelihatannya saja bagus tapi sebenarnya tidak. Hidup dan mati dikuasai lidah, tetapi tidak ada lidah yang lebih mematikan daripada lidah yang merayu. Kita ingat bagaimana perkataan Hawa kepada Adam dan dampak dari perkataan itu. Setiap perkataan kita bisa menjadi alat untuk membina suatu hubungan baik atau merusak. Munafik dalam perkataan dapat berakibat fatal yaitu membinasakan manusia dan meruntuhkan suatu komunitas. Gosip, fitnah :  mengapa dikatakan “Fitnah lebih kejam daripada pembunuhan”, karena kalau dibunuh orangnya lansung mati, tetapi kalau di fitnah, orangnya hanya mpp (mati pelan-pelan), ketika ada seseorang mendengar fitnah/tuduhan palsu, orang itu bisa 3S : stress, stroke, stop-meninggal. Menjelekkan orang lain adalah contoh nyata yang terbukti sepanjang zaman telah banyak merusak relasi dalam keluarga, rekan kerja, rekan pelayanan, bahkan gereja, perkataan yang munafik memang berpotensi memperdaya sesama. Walaupun tanpa sengaja, dampaknya tetap merusak. Amsal mengingatkan, mulut yang mengucapkan apa yang tidak perlu bisa "membinasakan sesama" (Amsal 11:9), bahkan "meruntuhkan kota" (Amsal 11:10).

Pemazmur amsal mengajar kita bahwa kata-kata dan perbuatan memiliki kekuatan untuk menghancurkan atau membangun. Maka itu ada pepatah juga yang mengatakan : “lidah itu tak bertulang”, yang artinya seseorang yang kurang bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkannya, tidak memikirkan apa akibat ataupun dampak dari apa yang dikatakannya. Maka alangkah baiknya kita mendengar kata ini “Semakin banyak bicara semakin banyak yang salah”. Seseorang yang bijak seharusnya tahu kapan saatnya berdiam diri dan kapan saatnya menutupi perkara. Seperti yang dikatakan dalam Mazmur 39:2 “Pikirku: "Aku hendak menjaga diri, supaya jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku dengan kekang…."


Maka dari itu marilah kita menjaga lidah kita di bawah pimpinan Roh Kudus, sehingga lidah kita tetap terjaga dan tidak membahayakan diri sendiri ataupun orang lain. Roh Kudus yang akan mengingatkan serta memberi kemampuan kepada kita untuk menguasai anggota tubuh kita yang kecil ini, sehingga perkataan yang dikatakan bukan lagi perkataan mengejek atau kutuk melainkan perkataan yang berisikan pujian bagi Tuhan serta berkat bagi sesama.

 

Bapak/Ibu, saudara/I yang terkasih, marilah kita menggunakan lidah kita untuk bersaksi tentang pekerjaan-pekerjaan TUHAN yang besar dalam hidup kita, memberitakan kabar keselamatan dan memuji nama Tuhan kepada setiap orang. Firman Tuhan dalam 1 Petrus 3:10: "Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat..." Amin.

 

Doa Penutup: Mari kita berdoa! Terimakasih untuk firman-mu saat ini ya Bapa, yang mengingatkan kami agar kami dapat menguasai anggota tubuh kami yaitu lidah, sehingga setiap perkataan yang kami sampaikan hanya untuk memuji namaMu dan menjadi berkat bagi sesama kami. Ajari kami untuk melakukannya di dalam kehidupan kami sehari-hari, sehingga kami dapat mendatang sukacita bagi orang lain terlebih memuliakan Nama-Mu. Ya Bapa, Engkaulah sumber kehidupan kami, kuatkanlah kami untuk selalu tegar di dalam menghadapi apapun yang terjadi di dalam kehidupan kami. Berikanlah semangat kepada saudara kami yang masih berduka, berilah kesembuhan kepada saudara kami yang masih terbaring sakit. Berkatilah juga Rapat Pendeta HKBP yang masih berjalan hingga saat ini di Perkampungan Pemuda Jetun Silangit. Sehingga hasil rapat tersebut dapat memajukan pelayanan para pendeta dan mengembangkan kerajaan-Mu di dunia ini. Terimalah doa dan permohonan kami yang kami sampaikan melalui Anak-Mu, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Amin.

 

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus yang menyertai saudara sekalian. Amin.



Pdt. Susi Hutabarat, S.Th- Kabag di Biro Ibadah Musik HKBP


Pustaka Digital