Renungan Harian Marturia HKBP | Rabu, 16 April 2025
Doa Pembuka: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Amin.
Nas renungan kita hari ini tertulis dalam
Lukas 19: 45-46.
“Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mulailah Ia mengusir semua pedagang di situ. Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
Bapak/ Ibu dan Saudara/ Saudari yang terkasih, kisah Yesus yang marah terhadap para penjual di Bait Allah, sering dijadikan sebagai salah satu bukti kemanusiaan Yesus yang memiliki emosi selayaknya manusia dan Ia merangkul emosi-Nya dengan tindakan pengusiran kepada para pedagang. Tindakan Yesus ini bisa dikatakan menjadi respon dari apa yang dilihat dan dirasakan Yesus, di mana Bait Allah digambarkan menjadi ‘sarang penyamun.’ Yesus menggunakan frase ‘sarang penyamun’ yang berarti pencuri yang lihai atau licik dan perampok yang serakah. Pada awalnya keberadaan dari para pedagang bermaksud baik, untuk menyediakan kebutuhan seperti hewan kurban bakaran bagi setiap peziarah yang berasal dari daerah yang jauh. Jadi, peziarah tidak perlu repot-repot membawanya dari daerah asalnya. Namun, Yesus melihat sesuatu yang tidak lagi murni, ada penipuan, persaingan, pemerasan, monopoli, dan kelicikan. Bait Allah yang adalah rumah doa menjadi sarang penipuan dan keserakahan. Harga dari hewan kurban yang mereka jual dipermainkan menjadi harga yang tinggi dan mau tidak mau para peziarah harus membelinya. Atau terdapat kelicikan dengan mengkafirkan hewan kurban yang tidak dibeli di Bait Allah dengan alasan cacat dan tidak layak untuk dikurbankan. Begitu juga dengan sistem penukaran uang untuk pembayaran di Bait Allah yang mana penukaran mata uang dari luar daerah tidak sebanding.
Bapak/ Ibu, Saudara/ Saudari yang terkasih, teguran Yesus dalam nas ini menjadi referensi juga landasan bagi setiap gereja untuk memiliki marwah dan kekudusan. Oleh karena itu, setiap pelayan dan jemaat sepatutnya memiliki kesadaran untuk menjaga gereja selayaknya rumah doa yang kudus dan tenang. Mengingat fungsi dari gereja yang menjadi tempat bagi setiap orang percaya yang diundang oleh Allah untuk berkumpul bersama dengan-Nya, sembari memulihkan kekuatan dan mengisi kembali pelita kita untuk menghadapi kekelaman dunia.
Begitu pula dengan diri kita yang juga disebut ‘bait Allah.’ Sudah menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawab kita sebagai orang percaya untuk menjaga kekudusan dan marwah Allah yang juga ada di dalam diri kita sebagai imago dei. Menjaga diri kita sebagai Bait Allah, juga kiranya menjadi bentuk respon dari karya keselamatan Allah melalui Yesus Kristus. Di hari-hari menuju hari Peringatan Kematian Tuhan Yesus Kristus, kita kembali diingatkan tentang diri kita adalah rumah doa yang tidak boleh tercemar. Sifat mementingkan diri sendiri, mencari keuntungan diri, kelicikan, keserakahan, penindasan, dan sebagainya sering kali menjadi penghancur bagi diri kita sendiri tanpa kita sadari. Janganlah sampai segala kesibukan kita dengan urusan duniawi, menjadikan kita lupa merawat ‘rumah doa’ kita sendiri.
Mari kita menyadari untuk selalu menjaga kemurnian dan kekudusan dari diri kita yang tidak lain adalah Bait Roh Kudus tempat Allah berdiam, bersemayam, dan menunggu kita untuk datang beribadat kepada-Nya dalam doa yang tulus. Selamat memasuki perenungan yang dalam melalui minggu paskah ini. Amin.
Kita berdoa:
Karunia-Mu yang besar, ya, Allah, telah kami rasakan melalui keberadaan kami hingga saat ini, juga melalui penyapaan firman-Mu kepada kami. Ajari kami untuk selalu menjaga kekudusan dan kesucian dari rumah doa-Mu, sehingga nama-Mu akan semakin dipermuliakan. Begitu pula dengan diri kami yang juga adalah Bait-Mu. Meskipun banyak hal di dunia ini yang berusaha menjauhkan kami dari jalan-jalan-Mu, namun kami percaya bahwa pengajaran dan tuntunan-Mu akan selalu mengingatkan kami untuk terus hidup di dalam terang-Mu. Terima kasih, ya, Tuhan. Di dalam Nama Anak-Mu Tuhan Yesus Kristus, kami telah berdoa.
Anugerah dari Tuhan Kita Yesus Kristus, kasih setia dari Allah Bapa, dan persekutuan dengan Roh Kudus, itulah kiranya yang menyertai Saudara sekalian. Amin
Pdt. Veronica B. Manurung- Pendeta Fungsional Biro Pembinaan HKBP