Renungan Harian HKBP | 22 April 2024

Shalom bapak/ibu, saudara-saudari yang terkasih, kami berharap kita dalam keadaan sehat bangun di pagi hari ini. Sebelum kita memulai segala kegiatan kita hari ini, kami mengajak kita sekalian untuk bersama bersekutu dengan Tuhan. Mari kita beri waktu sejenak untuk saat teduh….

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Terpujilah Engkau ya Allah Bapa, yang selalu mengasihi dan memberkati hidup kami. Sebelum kami memulai kegiatan pada hari ini, sejenak kami akan bersekutu dengan Engkau, melalui renungan yang akan kami dengarkan saat ini. Biarlah Roh KudusMu yang memberi hikmat kepada kami, agar kami mengerti akan Firman-Mu, dan mampu melakukannya dalam kehidupan kami sehari-hari. Hanya di dalam nama Anakmu, Tuhan Yesus Kristus kami datang kepadaMu. Amin

Firman Tuhan yang akan kita dengarkan pada hari ini, tertulis dalam Keluaran 20 : 16 “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”.

“Jangan ada dusta diantara kita”

Seorang anak kecil dapat dengan mudahnya berbohong tanpa perlu ada pengajaran, apalagi orang dewasa. Walaupun orang dewasa sering mengatakan “jangan ada dusta diantara kita” tapi masih tetap saja sering mendustai sesamanya. Maaf kalau saya menduga, bahwa tidak ada satu pun diantara kita yang mendengar saat ini, yang belum pernah berbohong atau berdusta, tanpa mempersoalkan apakah bohongannya dalam hal yang besar atau hal yang kecil. Ungkapan filosofi Batak “Jempek do pat ni gabus”, yang artinya sehebat apapun seseorang menutupi kebohongannya, cepat atau lambat pasti terbongkar juga. Dan hal ini sering kita lihat dan alami dalam kehidupan kita. Seperti sebuah cerita, ada 4 orang murid SMA yang selalu kompak, kompak ke sekolah, juga kompak kalau bolos dari sekolah. Mereka selalu bersama pergi ke sekolah naik angkot. Suatu ketika karena terlambat bangun dan juga masih main main di jalan, akhirnya mereka terlambat masuk ke kelas. Sampai di kelas mereka ditanya oleh gurunya, “Kenapa kalian terlambat?. Jawab mereka serentak “ban angkot kami bocor pak”, lalu tanya gurunya lagi “Ban mana yang bocor, ban depan atau belakang?” Mereka saling melihat dengan wajah pucat, karena yang mereka sepakati tadi sebelum masuk kelas hanya alasan terlambat yaitu “ban angkot bocor”, tidak sampai disepakati ban mana yang bocor. Itulah salah satu makna dari jempek do pat ni gabus, dengan cara apapun dia menyembunyikan kebohongannya pasti akan ketahuan, dia pasti akan dapat dikejar karena kaki kebohongannya yang pendek.

Bapak/ibu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “berbohong” disejajarkan dengan kata “berdusta”, yang berarti menyatakan sesuatu yang tidak benar. Didalam Alkitab kita lebih sering menemukan kata “berdusta” daripada “berbohong”. Tapi artinya sama, berbohong atau berdusta adalah perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan. Peringatan untuk “jangan berdusta” terdapat di dalam 10 Hukum Taurat yang disampaikan Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai, melalui nabi Musa. Hukum Taurat tersebut adalah tindakan yang dilakukan Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel dan bangsa Israel, juga kita, dituntut untuk melakukannya. Hukum kesembilan yang tertulis di dalam Keluaran 20:16 ini menghendaki agar bangsa Israel tidak mengucapkan saksi dusta tentang sesama. Kita diminta untuk tidak membenarkan orang yang salah atau menyalahkan orang yang benar. Meskipun sepertinya berdusta dianggap dosa yang ringan tetapi akibatnya sangatlah luar biasa. Alkitab mencatat beberapa akibat berat yang pernah terjadi karena adanya saksi yang memberikan kesaksian palsu. Saksi palsu tersebut akhirnya membawa pada kematian orang-orang tidak bersalah. Antara lain, kasus Nabot. Isebel menyuruh orang untuk bersaksi palsu tentang Nabot agar nabot mati, sehingga Ahab, suami nya bisa memiliki ladangnya Nabot, dapat kita baca dalam 1 Rajaraja. 21:10-13, demikian juga Imam-imam kepala dan Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu tentang Tuhan Yesus, supaya Dia dapat dihukum mati, dapat kita baca dalam Matius 26:59-61. Yang harus kita ingat bapak/ibu, ketika kita menyerang orang lain dengan lidah kita untuk memfitnah atau bersaksi dusta, maka kita juga menyerang Allah sebagai penciptanya. Maka itu berhati-hatilah menggunakan lidah kita. Seperti yang ditulis dalam Yakobus 3:5-6, "Demikianlah juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar. Lihatlah, betapa pun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidah pun adalah api, ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka."

Sekarang mari kita lihat makna yang lebih mendalam lagi dari hukum yang ke-9 ini. Ini bukan hanya sekedar tidak berbohong atau tidak berdusta. Tetapi Tuhan menginginkan kejujuran dan kejujuran ini hanya keluar dari hati yang murni. Jadi hal pertama yang mau kita lihat bahwa perintah jangan mengucapkan saksi dusta menuntut seseorang untuk mempunyai kemurnian hati. Matius 5 : 37 mengatakan : “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”. Maka itu milikilah hati yang murni, yang bersih, hati yang tidak mau melakukan sesuatu yang dapat menyusahkan orang lain.

Bapak/ibu, Tuhan sangat membenci saksi palsu sehingga Tuhan dengan tegas memberi titah ini, untuk tidak bersaksi dusta. Dalam pengadilan di Israel keterangan dua atau tiga saksi adalah sah, untuk membuktikan bersalahnya seseorang. Maka itulah Allah memerintah agar saksi itu tidak berdusta, sehingga tidak merugikan orang lain. Arti Titah ke 9 ini adalah : “Kita harus takut serta kasih kepada Allah, sebab itu, janganlah mendustai, mengkhianati, memfitnah, maupun bersaksi palsu, serta merendahkan martabat sesama manusia. Kita harus saling melindungi dan menyatakan hal-hal yang baik saja mengenai sesama manusia, apabila belum nyata dan jelas diketahui kesalahannya.” Jadi hindarilah gosip selama belum jelas kita mengetahui kesalahan seseorang. Ingatlah kata-kata bijak: “orang-orang yang senang membicarakan orang lain ketika bersama denganmu, pasti juga akan membicarakan tentang dirimu kepada orang lain.” Kalau kita mengatakan sesuatu yang bukan kebenaran, apalagi bertentangan dengan kebenaran, maka kita juga sudah melanggar hukum ke 9 ini. Bahkan jelas dikatakan dalam Yesaya 5:20 : “Celakalah mereka yang menyebutkan kejahatan itu baik dan kebaikan itu jahat, yang mengubah kegelapan menjadi terang dan terang menjadi kegelapan, yang mengubah pahit menjadi manis, dan manis menjadi pahit”. Maka itu lebih baik kita menjaga mulut, dan menjaga hati agar kita tidak celaka.

Hal Kedua yang bisa kita lihat, apabila kita melakukan perintah “Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu,” maka kita dapat mewujudkan hidup yang saling mengasihi, saling menjaga, dan menciptakan keadilan bagi sesama. Lihatlah kalimat di setiap arti dari kesepuluh Hukum taurat ini, pasti selalu diawali dengan kalimat “Kita harus takut serta kasih kepada Allah”. Jadi makna dari hukum taurat itu ialah kasih. Jadi jikalau Allah memberi perintah kepada kita untuk “jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu”. Ini bukan hanya sekedar bicara tentang tidak mengucapkan saksi dusta terhadap sesama kita, atau tindakan “jangan ada dusta diantara kita”, tetapi ini adalah tentang bagaimana kita mengasihi sesama kita seperti diri kita sendiri. Dengan menjaga ucapan kita dari saksi dusta dan fitnah, sesungguhnya kita sedang menjaga martabat sesama kita, dan bahkan nyawa mereka. Karena itu, jagalah ucapan kita dari saksi dusta, dan dengan demikianlah kita mewujudkan perintah Tuhan yang terutama yaitu mengasihi Tuhan Allahmu, dan yang kedua, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Mari berjuang untuk tidak berdusta, maka kita akan dikasihi Tuhan dan sesama kita. Amin.

 Doa Penutup: Marilah Kita berdoa! Ya Allah Bapa kami yang Mahapengasih, kami dapat merasakan kasihMu yang selalu ada di dalam hidup kami. Terimakasih atas FirmanMu yang kembali mengingatkan kami supaya kami tidak bersaksi dusta tentang sesama kami. Biarlah semua yang kami lakukan sebagai tanda bahwa kami mengasihi Engkau dan saudara kami ya Bapa. Berkatilah hidup kami agar kami dapat menjadi berkat bagi orang lain. Terimalah doa kami ini, yang kami sampaikan melalui AnakMu, Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kami yang hidup. Amin.

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus yang menyertai saudara sekalian. Amin

Pdt. Susi E.N. Hutabarat, S.Th- Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital