Renungan Harian HKBP | 29 Maret 2024 (Evangelium)
YESUS MEMBUKA JALAN YANG BARU & YANG HIDUP
[Ev. Ibrani 10 : 16 – 25]
Doa Pembuka:Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.
[16] sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka,
[17] dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
[18] Jadi apabila untuk semuanya itu ada pengampunan, tidak perlu lagi dipersembahkan korban karena dosa.
[19] Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus,
[20] karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri,
[21] dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
[22] Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus Ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.
[23] Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia.
[24] Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
[25] Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.
Apakah hal yang membuat kita paling bersukacita menjadi pengikut Kristus? Mungkin kalau hal ini ditanyakan ke masing-masing pribadi orang Kristen, akan memperoleh jawaban yang beragam. Di 1 Korintus 15:19 Rasul Paulus mengatakan: “Jikalau kita hanya dalam hidup ini saja menaruh pengharapan pada Kristus, maka kita adalah orang-orang yang paling malang dari segala manusia.” Artinya, kita adalah orang yang paling malang kalau kita hanya berharap akan kehidupan di dunia ini saja. Justru iman kepada Kristus memberi kita kepastian akan kehidupan di sorga kelak. Itulah kepastian bagi kita orang-orang Kristen, atau pengikut Kristus.
Bacaan kita ini memberikan berita sukacita bagi kita orang percaya yang menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Di ayat 19 – 21 kita menemukan alasan yang kuat untuk menemui Tuhan Allah tanpa melalui seorang imam besar, sebagaimana dalam agama Yahudi, namun dapat bertemu dengan bebas menikmati kasih Bapa lewat peran Tuhan Yesus yang telah membuka jalan itu bagi kita. Di Perjanjian Lama, orang Yahudi tidak dapat menghampiri Allah dengan leluasa, tetapi dengan perantaraan imam besar. Tidak demikian halnya dengan iman kepada Kristus. Bagaimana peran Tuhan Yesus itu dilakukan? Tuhan Yesus menyucikan kita dengan darah-Nya sehingga kita menjadi kudus. Kekudusan kita terjadi bukan karena kita kudus, namun karena anugerah pengudusan melalui pengorbanan Tuhan Yesus dan curahan darah-Nya. Otomatis jika kita sudah kudus, maka kita dengan bebas dapat menjumpai Allah yang Mahakudus itu tanpa perlu diwakili lagi. Dan Yesuslah jalan menuju kepada Allah. Hal itu ditegaskan oleh Yesus di Injil Yohanes 14:6 “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalua tidak melalui Aku.” Dialah Imam Besar yang telah mendamaikan kita dengan Allah.
Berdasarkan anugerah istimewa yang telah dilakukan Yesus Kristus, penulis kitab Ibrani mengajak kita menanggapi – meresponi hal itu dengan tiga (3) langkah praktis, yaitu:
Pertama, Menghadap Allah dengan hati tulus dalam iman yang teguh (baca: ayat 22). Artinya: datang terus-menerus kepada Allah; melalui doa dan persekutuan ibadah. Kalau bangsa Israel dahulu tidak bisa langsung masuk ke ruang mahakudus dan hanya diwakili oleh imam besar setahun sekali, sekarang kita harus menghargai jalan yang baru dan yang hidup dengan cara terus-menerus mendekat pada Allah, melalui doa dan persekutuan ibadah. Setiap kali kita mendekat kepada Allah, kita harus mendekat dengan “hati yang tulus ikhlas” atau dengan hati yang benar. Artinya: ibadah harus dilakukan dengan penuh ketulusan dan kebenaran, bukan hanya karena suatu kewajiban dan rutinitas semata; bukan sebatas ritual dan seremonial keagamaan; tetapi beribadah dengan benar, di dalam ketulusan dan hati yang benar.
Kedua, Memegang teguh pengakuan pengharapan (baca: ayat 23). Hal ini mau ditegaskan oleh penulis kitab Ibrani, bahwa pada jaman itu banyak sekali ajaran sesat dan ajaran yang tidak benar yang dapat membingungkan orang percaya, bahkan dapat saja mengombang-ambingkan iman orang Kristen. Pada saat itu pun banyak sekali kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh pengikut Kristus hanya karena imannya kepada Kristus. Karena itu umat diminta untuk tetap teguh dalam ajaran Kritus; agar tidak tergoyahkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan. Orang percaya juga diharapkan: Tetap setia dalam iman kepada Yesus Kristus, apa pun resikonya. Apabila umat Tuhan mengalami ketidak-nyamanan oleh karena berbagai ajaran sesat, atau karena perlakuan buruk, tekanan dan ketidak-adilan akibat iman percaya mereka kepada Tuhan, maka keteguhan iman mereka itu haruslah ditopang dengan pengharapan bahwa Tuhan, Allah mereka adalah Pribadi Mahakuasa yang setia dan tidak akan meninggalkan mereka. Bagaimana pun beratnya hidup ini, hal itu tidak perlu dirisaukan, asalkan kita masih memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Hidup yang paling malang dan menyedihkan apabila sudah tidak ada lagi pengharapan.
Ketiga, Saling memperhatikan antar saudara seiman (baca: ayat 24-25). Menghadap Allah itu juga dilakukan dengan cara saling memperhatikan orang lain (ayat 24). Ayat ini mau menjelaskan bahwa kita harusnya ketika menghadap Allah tidak hanya memandang Kristus saja (3:1), melainkan juga perlu saling memperhatikan antara yang satu dengan yang lain. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mendorong dalam kasih dan perbuatan baik. Banyak orang memahami bahwa menghadap Allah berarti memberikan perhatian hanya kepada Allah saja. Namun nats ini mengingatkan kita, barang siapa menghadap Allah, ia juga tidak boleh mengabaikan sesama dalam hal berbuat baik kepada mereka. Di sisi lain, tindakan saling memperhatikan satu dengan yang lain untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik tidak akan tercapai apabila kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Banyak orang melakukan kebajikan dan kebaikan kepada sesama, namun apakah dia juga melakukan kebaikan lewat cara beribadah kepada Allah? Hal ini perlu menjadi perhatian penting. Ayat 24 – 25 memberi defenisi yang baru tentang ibadah, yakni: Ibadah tidak hanya terjalinnya hubungan dengan Allah, tetapi juga hubungan yang baik dengan sesama manusia. Amin.
Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk kasih sayangMu kepada kami anak-anakMu. Kami sungguh bersyukur atas pengorbanan AnakMu Yesus Kristus di kayu salib, sehingga upah kami bukan lagi maut dan kematian, tetapi kehidupan. Engkau telah membayar lunas hutang dosa-dosa kami melalui kematian AnakMu Yesus Kristus. Hal itulah yang kami peringati pada hari ini, melalui ibadah Jum’at Agung ini. Biarlah kasihMu bersemayam di dalam hati kami masing-masing, agar kami juga mampu mengasihiMu dan juga mampu mengasihi sesama kami manusia. Kami bersyukur untuk nafas kehidupan dan kesehatan yang Tuhan anugerahkan kepada kami, sehingga pada hari ini kami dapat beribadah di BaitMu yang kudus, untuk mengingat dan mengenang kematian PutraMu Yang Tunggal, Tuhan Yesus Kristus di kayu salib. Terimakasih Tuhan untuk makanan rohani, melalui FirmanMu yang telah menyapa kami dan yang telah kami dengarkan. Meteraikan di dalam hati kami masing-masing. Beri kami kemampuan dan kekuatan untuk melakukan kehendakMu di dalam kehidupan kami sehari-hari. Kiranya Tuhan senantiasa menjaga dan memberkati hidup kami. Berkati juga keluarga dan sanak saudara kami, di manapun mereka berada, agar kiranya Tuhan menjaga dan memberkati mereka. Ingatkan kami untuk senantiasa bersyukur atas semua berkat dan kebaikanMu dalam hidup kami. Kami juga memohon, agar Tuhan berkenan menghapus segala dosa dan kesalahan yang kami perbuat, agar kami senantiasa layak di hadapanMu, layak menerima berkatMu dan layak disebut anak-anakMu. Dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.
Pdt. Manaris Rikson Edianto Simatupang MTh – Bendahara Umum HKBP