Renungan Harian HKBP | 3 September 2024

Doa Pembuka: Ya Tuhan Allah yang Mahakuasa, Mahapengasih, Bapa kami di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kami mengucap syukur dengan segenap hati kami, karena Engkau memelihara hidup kami sampai saat ini. BerkatMu menenteramkan hidup kami untuk merenung sejenak, dan mendengarkan suara-Mu yang penuh kasih. Kiranya melalui renungan ini, Engkau berbicara kepada kami dengan lembut, membuka mata hati kami untuk melihat kebenaran-Mu. Biarlah setiap kata yang terdengar mengarahkan kami lebih dekat kepada-Mu, dan membawa perubahan dalam hidup kami yang memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kami, kami berdoa. Amin.

Renungan

MENJAGA KEJUJURAN DI HADAPAN TUHAN

Keluaran 23 : 1

Janganlah engkau menyebarkan kabar bohong; janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar”.


Saudara-saudari, Bapak, Ibu, para pembaca dan pendengar Renungan Harian Marturia HKBP yang terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.

Kejujuran adalah salah satu nilai yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kehidupan orang-orang Kristen. Tuhan kita adalah Tuhan yang penuh dengan kebenaran. Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk mencerminkan karakter-Nya dalam segala hal yang kita lakukan. Namun, meskipun kita diajarkan untuk hidup dalam kebenaran, kebohongan masih sering muncul dalam berbagai bentuk di kehidupan sehari-hari. Ketika kita berbicara, ketika kita bersaksi, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, adakah kebenaran yang memancar dari hidup kita? Ataukah kita, dalam momen-momen tertentu, membiarkan kebohongan merasuki hidup kita demi keuntungan pribadi atau sekadar untuk menghindari kesulitan?

Ada berbagai kebohongan yang sering dilakukan manusia, termasuk orang-orang Kristen di masa sekarang, mulai dari kebohongan kecil yang dianggap tidak berbahaya sampai kepada kebohongan besar yang dianggap serius karena melibatkan keserakahan dan ketidakjujuran. Contohnya adalah ketika seseorang mengatakan bahwa mereka menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak mereka sukai hanya untuk menyenangkan orang lain. Meskipun tampaknya tidak berbahaya, kebohongan ini tetap merupakan bentuk ketidakjujuran yang dapat merusak integritas seseorang. Padahal sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk berbicara dalam kasih namun tetap berpegang pada kebenaran. Contoh lain, seseorang mungkin berbohong tentang alasannya tidak hadir dalam sebuah acara gereja karena merasa malu dengan alasan sebenarnya. Padahal Orang Kristen diajarkan untuk mengakui dosa dan kesalahan, bukan untuk menyembunyikannya dengan kebohongan. Pembenaran diri melalui kebohongan menunjukkan ketidakmampuan untuk bertanggung jawab atas tindakan kita. Bahkan tentang kebohongan yang dianggap jauh lebih serius demi mendapatkan keuntungan pribadi, misalnya seperti memalsukan informasi di tempat kerja untuk mendapatkan promosi atau keuntungan materi. Padahal, orang Kristen dipanggil untuk hidup jujur dan berintegritas, mempercayai bahwa Tuhan akan menyediakan apa yang mereka butuhkan tanpa harus mengorbankan kejujuran, dll.

Jenis-jenis kebohongan ini menunjukkan berbagai cara di mana manusia, termasuk orang-orang Kristen di masa sekarang, dapat tergoda untuk menyimpang dari kebenaran. Oleh sebab itu, ketika kita merenungkan Firman Tuhan ini, kita perlu menyadari betapa destruktifnya kebohongan. Kebohongan bukan hanya merugikan orang lain; ia juga merusak hati kita sendiri dan menghancurkan kepercayaan yang menjadi fondasi dari hubungan kita dengan sesama. Sebuah kebohongan kecil mungkin tampak sepele, tetapi ia memiliki potensi untuk berkembang menjadi jurang pemisah yang dalam di antara kita.

Bayangkanlah dampaknya pada sebuah komunitas/gereja, ketika satu kebohongan mulai menyebar, seperti virus, ia menginfeksi hati dan pikiran, menciptakan kecurigaan, konflik, dan perpecahan. Dalam dunia di mana kejujuran semakin langka, panggilan Tuhan ini menjadi semakin mendesak: untuk menjadi pembawa kebenaran, apapun resikonya. Hal demikian juga diterangkan Firman Tuhan hari ini kepada kita semua: Ayat ini (Keluaran 23 : 1), meski singkat, namun ketika kita menggali lebih dalam, kita menemukan bahwa ini adalah panggilan yang sangat penting dan relevan bagi kita semua, baik pada zaman bangsa Israel maupun di masa sekarang.

Mari kita sejenak menempatkan diri dalam situasi bangsa Israel saat Firman ini pertama kali diberikan. Mereka adalah bangsa yang baru saja keluar dari perbudakan yang panjang di Mesir, tanah di mana mereka diperlakukan dengan sangat tidak adil, ditindas, dan hidup dalam ketidakpastian. Kini, setelah mereka dibebaskan oleh Tuhan dengan tangan-Nya yang kuat, mereka mendapati diri mereka berada di padang gurun, dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian.

Betapa besar tantangan yang dihadapi bangsa Israel pada saat itu. Mereka harus belajar hidup sebagai umat yang merdeka setelah berabad-abad menjadi budak. Mereka harus meninggalkan mentalitas perbudakan dan membangun kembali identitas mereka sebagai umat Allah yang dipanggil untuk hidup kudus dan adil. Dalam situasi ini, mereka sangat membutuhkan panduan dan pedoman yang jelas untuk mengarahkan langkah mereka.

Tuhan, yang tahu betul kondisi hati dan pikiran umat-Nya, memberikan hukum-hukum-Nya sebagai landasan bagi kehidupan baru mereka. Salah satu hukum penting yang diberikan adalah larangan untuk menyebarkan kabar bohong dan menjadi saksi palsu. “Menyebarkan kabar bohong” dalam konteks bangsa Israel berarti menyampaikan informasi yang tidak benar yang dapat merusak reputasi seseorang, menciptakan ketidakadilan, atau menyebabkan perselisihan di tengah komunitas. Sementara tentang sikap “Membantu orang yang bersalah” dalam konteks bangsa Israel adalah tindakan mendukung atau menutupi dosa seseorang yang seharusnya dihukum. Mengapa hal ini begitu esensial? Karena di tengah ketidakpastian, manusia sering kali tergoda untuk mengorbankan kebenaran demi kenyamanan sementara atau demi keuntungan yang tampak lebih mudah diraih.

Tuhan, yang membawa bangsa Israel keluar dari Mesir, adalah Tuhan yang penuh dengan kebenaran. Kehadiran-Nya di tengah umat-Nya ditandai dengan kekudusan, keadilan, dan kebenaran. Ketika Tuhan memberi perintah kepada umat-Nya untuk tidak menyebarkan kabar bohong atau menjadi saksi palsu, Dia sebenarnya sedang meminta mereka untuk mencerminkan karakter-Nya dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Bangsa Israel tidak hanya dipanggil untuk menjadi umat Allah dalam pengakuan iman mereka, tetapi juga dalam tindakan mereka yang nyata. Setiap perkataan mereka, setiap kesaksian mereka di hadapan sesama, haruslah mencerminkan kebenaran Tuhan. Ini adalah panggilan yang tinggi, tetapi juga panggilan yang membawa berkat, karena dengan hidup dalam kebenaran, mereka akan membangun komunitas yang kuat, penuh dengan keadilan, dan berkenan di hadapan Tuhan.

Saudara-saudari terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, bagaimana dengan kita saat ini? Dalam dunia yang terus berubah dan sering kali penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, godaan untuk berkompromi dengan kebenaran bisa sangat kuat. Dalam pekerjaan kita, mungkin ada tekanan untuk menutupi kebenaran demi menjaga karir. Dalam hubungan sosial kita, mungkin kita tergoda untuk menyebarkan kabar yang tidak benar demi mendapatkan dukungan atau popularitas. Namun, firman Tuhan tetap teguh dan relevan: kita dipanggil untuk hidup dalam kejujuran, apa pun situasinya. Kejujuran adalah cerminan dari iman kita kepada Tuhan yang benar dan adil. Ketika kita memilih untuk hidup jujur, kita bukan hanya menjaga nama baik kita sendiri, tetapi kita juga menjadi saksi dari kebenaran yang lebih besar - kebenaran yang datang dari Tuhan.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai orang Kristen, kejujuran bukanlah sekadar pilihan, tetapi suatu keharusan. Dalam komunitas gereja, kejujuran menjadi landasan dari hubungan yang sehat dan penuh kasih. Tanpa kejujuran, hubungan antar jemaat bisa retak, kepercayaan bisa hilang, dan kesaksian gereja kepada dunia bisa ternoda. Tetapi, tentu saja, menjalani kehidupan yang jujur bukanlah hal yang mudah. Ada banyak godaan yang bisa menarik kita untuk berkompromi dengan kebenaran. Namun, ingatlah bahwa Tuhan yang membimbing bangsa Israel di padang gurun adalah Tuhan yang juga membimbing kita hari ini. Dia memberikan kita kekuatan untuk berdiri teguh dalam kebenaran, bahkan ketika jalan itu sulit. Mari kita mengambil waktu untuk merenungkan kehidupan kita masing-masing. Adakah area dalam hidup kita di mana kita perlu lebih jujur? Mungkin dalam cara kita berbicara dengan orang lain, dalam cara kita menjalankan pekerjaan kita, atau dalam cara kita berhubungan dengan keluarga kita? Tuhan mengundang kita untuk membawa semua itu kepada-Nya, untuk diubah dan diperbarui dalam kebenaran-Nya.

Saudara-saudara terkasih di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, marilah kita menjadikan kejujuran sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Dalam segala hal yang kita lakukan, biarlah kita mencerminkan karakter Tuhan yang penuh dengan kebenaran. Dengan hidup dalam kejujuran, kita tidak hanya memperkuat komunitas kita sebagai orang Kristen, tetapi juga memuliakan Tuhan yang telah memanggil kita untuk menjadi umat-Nya.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk menegakkan kebenaran dalam segala situasi, dan kiranya melalui kesaksian hidup kita, dunia dapat melihat cahaya Kristus yang bersinar dalam kebenaran yang kita hidupi setiap hari. Kiranya Tuhan memberkati kita semua dalam perjalanan iman kita ini. Amin.

Doa Penutup: Ya Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas firman-Mu yang telah kami renungkan. Terima kasih karena Engkau telah menyentuh hati kami, mengingatkan kami akan pentingnya hidup dalam kejujuran dan kebenaran di hadapan-Mu. Kiranya apa yang telah kami dengar dan pelajari hari ini, Engkau tanamkan dalam hati kami, agar dapat berbuah dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Pimpinlah kami, ya Tuhan, untuk terus hidup seturut dengan kehendak-Mu, menjadi saksi-Mu yang setia di dunia ini. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

C.Pdt. Johannes Sibarani, S.Th- LPP II di Biro Ibadah Musik HKBP

Pustaka Digital