Renungan Harian HKBP | Epistel | Minggu, 29 Juni 2025

SETIA MENGIKUTI & MELAYANI TUHAN

1 TESALONIKA 3 : 1 – 13

“KABAR BAIK YANG DIBAWA OLEH TIMOTIUS.”

[1] Kami tidak dapat tahan lagi, karena itu kami mengambil keputusan untuk tinggal seorang diri di Atena. 

[2] Lalu kami mengirim Timotius, saudara yang bekerja dengan kami untuk Allah dalam pemberitaan Injil Kristus, untuk menguatkan hatimu dan menasihatkan kamu tentang imanmu,

[3] supaya jangan ada orang yang goyang imannya karena kesusahan-kesusahan ini. Kamu sendiri tahu, bahwa kita ditentukan untuk itu.

[4] Sebab, juga waktu kami bersama-sama dengan kamu, telah kami katakan kepada kamu, bahwa kita akan mengalami kesusahan. Dan hal itu, seperti kamu tahu, telah terjadi.

[5] Itulah sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia.

[6] Tetapi sekarang, setelah Timotius datang kembali dari kamu dan membawa kabar yang menggembirakan tentang imanmu dan kasihmu, dan bahwa kamu selalu menaruh kenang-kenangan yang baik akan kami dan ingin untuk berjumpa dengan kami, seperti kami juga ingin berjumpa dengan kamu, 

[7] maka kami juga, saudara-saudara, dalam segala kesesakan dan kesukaran kami menjadi terhibur oleh kamu dan oleh imanmu.

[8] Sekarang kami hidup kembali, asal saja kamu teguh berdiri di dalam Tuhan.

[9] Sebab ucapan syukur apakah yang dapat kami persembahkan kepada Allah atas segala sukacita, yang kami peroleh karena kamu, di hadapan Allah kita?

[10] Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu.

[11] Kiranya Dia, Allah dan Bapa kita, dan Yesus, Tuhan kita, membukakan kami jalan kepadamu.

[12] Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.

[13] Kiranya Dia menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya.

Di tengah kehidupan persekutuan orang Kristen adalah hal yang patut untuk saling mendukung, menguatkan dan menghibur kepada saudara seiman yang sedang menghadapi kesulitan, pergumulan, penderitaan, termasuk dukacita. Itu sebabnya, kalau ada saudara dalam persekutuan di gereja yang sakit, maka dilakukan perkunjungan, baik oleh pelayan (parhalado) dan anggota jemaat yang lain, dengan maksud mendoakan, menguatkan, menyemangati, agar kiranya dapat sembuh dari penyakit yang dialaminya. Demikian juga pada saat ada anggota jemaat yang meninggal dunia, pihak gereja melakukan acara penghiburan (mangapuli) kepada keluarga yang ditinggalkan (keluarga yang berdukacita). Hal ini tidak hanya dilakukan oleh pihak gereja, tetapi juga punguan parsahutaon (STM = Serikat Tolong Menolong), punguan marga, termasuk persekutuan karena satu kantor atau satu tempat kerja. Hal seperti ini dilakukan sebagai bentuk kasih kita kepada sesama seiman, seperti yang dikatakan Rasul Paulus di Galatia 6:10, “Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Hal itu yang dilakukan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika. Paulus mengetahui bahwa jemaat tersebut sedang menghadapi pergumulan dan kesusahan, disebabkan iman mereka kepada Kristus. Pada waktu itu, pengikut Kristus menghadapi penghambatan dan penganiayaan dari orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran Injil Kristus di tengah-tengah dunia ini. Paulus merasa sangat perlu mengetahui keadaan mereka, apakah ada di antara mereka yang menjadi goyang imannya karena kesusahan tersebut (ayat 3). Karena kasihnya kepada jemaat Tesalonika, Rasul Paulus selalu memikirkan keadaan mereka. Karena Paulus belum dapat pergi ke sana untuk mengunjungi dan melihat keadaan mereka, maka ia mengutus Timotius untuk menguatkan iman anggota jemaat yang sedang menghadapi kesusahan (ayat 1-2). Kesusahan lain dari Iblis, yang kapan saja dan di mana saja dapat menggoda dan mengganggu iman anggota jemaat (ayat 5; bnd: 1 Pet.5:8). 

Sebagai pengikut Kristus, ada hal yang perlu kita pahami dengan baik, apabila terjadi kesusahan yang disebabkan iman kepada Yesus Kristus. Pertama, Kesusahan tidak boleh kita pahami sebagai hukuman Allah atas kita, melainkan cara Tuhan untuk menguji kadar iman kita kepadaNya, menguji kadar kesetiaan kita kepada Tuhan, sekaligus untuk semakin mendewasakan iman kita kepada Tuhan. Apakah kita setia hanya pada saat hidup ini berjalan dengan baik sesuai dengan yang kita kehendaki; atau kah kita juga tetap setia kepada Tuhan meskipun sedang menghadapi kesusahan hidup? Kedua, Kesusahan bukan hal yang asing dalam kehidupan orang yang percaya kepada Tuhan. Setiap orang di dunia ini pasti menghadapi kesusahan atau kesulitan. Tidak ada satu manusia pun yang terhindar dari kesusahan atau kesulitan hidup. Apalagi bagi orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus; karena iman kepada Yesus Kristus, kita akan menghadapi kesulitan, kesusahan, kita akan memikul salib. Sejak awal hal itu sudah disampaikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya dan kepada orang-orang yang mengikutiNya. Di Injil Lukas 9:23 Yesus katakan: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Karena mengikut Kristus kita harus memikul salib. Hal tersebut merupakan konsekuensi atau akibat dari mengikut Kristus. Demikian juga di Injil Markus 13:13, Yesus juga mengatakan: “Kamu akan dibenci semua orang oleh karena namaKu. Tetapi orang yang bertahan sampai kesudahannya ia akan selamat.” Dalam hal ini, kesusahan dan penderitaan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan orang beriman. Itu berarti, kesusahan atau penderitaan adalah realitas/kenyataan yang tidak terpisahkan dari hidup orang Kristen.   

Apa yang dilakukan Rasul Paulus dalam perikop ini, mengutus Timotius ke Tesalonika adalah sebagai bentuk kasih, perhatian dan pertolongan kepada jemaat di sana. Apalagi jemaat di Tesalonika sedang menghadapi kesusahan karena iman mereka kepada Kristus, mereka harus ditopang dan ditolong, agar jangan sampai goyang imannya. Hal demikian yang seharusnya dilakukan orang beriman, saling menopang, saling mendoakan dalam setiap pergumulan dan kesusahan yang dihadapi. Hidup yang dipenuhi kasih Yesus akan menjadikan kita saluran berkat bagi sesama yang sedang menghadapi pergumulan dan kesusahan. “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus” (Gal.6:2). Setelah Timotius kembali kepada Paulus, ia merasa sangat senang mendengar berita jemaat Tesalonika, mereka tetap teguh dalam iman di tengah-tengah kesusahan yang mereka hadapi (ayat 6). Yang menambah sukacita Rasul Paulus, jemaat di Tesalonika juga memiliki kerinduan untuk bertemu dengannya (ayat 6). 

Rasul Paulus selalu mendoakan jemaat di Tesalonika, agar mereka tetap bertahan dalam kesusahan yang terjadi dan berkelimpahan dalam kasih di tengah hidup persekutuan mereka (ayat 10-12); tetap hidup seturut dengan kehendak Tuhan, hidup tidak bercacat dan hidup di dalam kekudusan (ayat 13). Doa adalah kekuatan bagi orang percaya untuk dapat meraih kemenangan pada saat menghadapi kesusahan hidup dan godaan Iblis. Untuk itu, kita perlu senantiasa hidup di dalam doa dan saling mendoakan (bnd: Mrk.14:38). Orang percaya yang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan akan mengalami kemenangan pada saat menghadapi kesusahan dan godaan Iblis. Amin.

Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP

Pustaka Digital