Renungan Harian HKBP | Kamis, 22 Mei 2025
“Pemeliharaan di Tengah Penderitaan”
Doa Pembuka: Mari kita bersatu dalam doa. Tuhan yang Mahakasih dan Mahakuasa, di hari ini, kami datang ke hadapan-Mu dengan penuh syukur atas rahmat Tuhan yang menyertai kehidupan kami hingga saat ini. Saat ini, kami mau diam sejenak, membuka hati dan telinga kami untuk mendengar suara-Mu. Berfirmanlah, ya Tuhan. Biar firman-Mu menenangkan, menguatkan, dan membangkitkan harapan dalam diri kami. Kami siap mendengar, kami siap dikuatkan. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.
Amang/inang saudara/I yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus, Firman Tuhan yang menyapa kita hari ini diambil dari
Ayub 10:12
“Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu menjaga nyawaku.”
Hari ini, kita merenungkan sebuah kalimat yang lahir dari penderitaan, tetapi juga penuh makna pengharapan. Ayub, yang tengah berada di titik terendah dalam hidupnya—kehilangan harta, kehilangan anak-anaknya, ditinggalkan oleh teman dan merasa ditinggalkan Tuhan— Dia menyuarakan sebuah pengakuan yang mengejutkan: Dia justru mengaku “Hidup dan kasih setia Kaukaruniakan kepadaku, dan pemeliharaan-Mu menjaga nyawaku.”
Bukankah ini sebuah hal yang berlawanan? Di tengah penderitaannya yang nyaris tak tertahankan, Ayub masih melihat jejak kasih Tuhan. Di tengah kesedihan dan keluh kesahnya, ia masih mampu mengakui bahwa Allah telah memberikan hidup, kasih setia, dan pemeliharaan.
Inilah rahasia iman yang sejati—iman yang tidak dibangun di atas kenyamanan, tetapi justru diuji dan dimurnikan dalam penderitaan. Ayub tidak menyangkal realitas getir hidupnya, dia tidak menyangkal bahwa hidupnya penuh dengan kepahitan. Ia tidak memaksakan senyum di tengah tangis. Namun, di tengah segala yang tampak hancur, Ayub melihat bahwa masih ada kasih setia Tuhan yang tak pernah benar-benar pergi, ini adalah bukti bahwa Allah tetap bekerja.
Barangkali, amang/inang, saudara/I yang dikasihi Tuhan, hari ini kita pun sedang berjalan dalam lembah gelap, atau mungkin sedang berjalan dalam ruang sempit yang menyesakkan kita. Mungkin kita lelah, duka datang silih berganti, dan kita bertanya-tanya dalam hati kita, “Di manakah Tuhan?” Tetapi firman Tuhan hari ini mengajak kita berhenti sejenak dan menengok ke dalam hidup kita: Kita mau diajak untuk melihat bahwa rahmat Tuhan dalam hidup kita tetap nyata, melihat ada begitu banyak tangan-tangan yang membantu kita. Dan melihat bahwa sampai detik ini, Tuhan senantiasa menguatkan kita untuk terus bangkit. Kita mau melihat bahwa walau dalam detik demi detik kehidupan kita tantangan terus ada, tapi dalam detik demi detik itu pula kasih setia Tuhan dan pertolongan-Nya nyata dan menemani kehidupan kita. Itulah kasih setia Tuhan. Itulah pemeliharaan-Nya yang tak kelihatan tapi nyata. Ia tidak selalu mengangkat kita keluar dari badai, tapi Ia menyertai kita melewati badai.
Mari, amang/inang, saudara/i yang dikasihi Tuhan, dalam pergumulan kita hari ini, kita belajar seperti Ayub: mengakui bahwa sekalipun hidup terasa berat, kasih Tuhan tetap bekerja. Dan di sanalah kita menemukan kekuatan untuk terus berjalan. Amin.
Doa Penutup: Tuhan yang setia, terima kasih karena Engkau telah berbicara kepada kami hari ini. Kami bersyukur, sebab meski hidup tidak selalu mudah, kasih setia-Mu tetap nyata. Ajari kami untuk melihat penyertaan-Mu, bahkan di tengah tantangan. Tolong kami untuk tetap percaya, meski tak semua pertanyaan memiliki jawaban. Kuatkan langkah kami hari ini, dan mampukan kami berjalan bersama-Mu. Dalam kelemahan kami, kiranya kuasa-Mu nyata. Terima kasih, Tuhan. Kami menyerahkan hari ini ke dalam tangan-Mu.
Di dalam nama Tuhan Yesus, harapan kami yang hidup, kami berdoa.
Amin.
C.Pdt. Randi Simbolon, S.Si (Teol) – Melayani di Biro Sekolah Minggu HKBP