Renungan Harian HKBP | Jumat, 23 Mei 2025

Doa Pembuka: Bapa kami yang di Surga, terpujilah Engkau yang telah memelihara kehidupan kami hingga saat ini. Terimakasih atas setiap berkat dan karunia yang senantiasa Engkau limpahkan kepada kami. Kami bersyukur atas kasih karunia yang boleh kami nikmati sampai saat ini, terlebih atas Firman-Mu yang hendak kami dengarkan. Tuntun serta bimbinglah hati dan pikiran kami supaya Firman-Mu yang hendak kami renungkan juga akan kami hidupi. Biarlah Roh-Mu yang kudus senantiasa berdiam dalam hidup kami. Dalam nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.

Matius 9: 22

Tetapi Yesus berpaling dan memandang dia serta berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus, jika kita membaca nats renungan kita hari ini, kisah seorang perempuan yang disembuhkan Yesus dari penyakit pendarahan selama dua belas tahun. Singkatnya, pada saat itu Yesus sedang berjalan menuju rumah seorang kepala Ibadat yang memohon kepada Yesus untuk membangkitkan anaknya yang meniggal. Di perjalanan perempuan yang menderita pendarahan tersebut dengan berani menyentuh ujung jubah Yesus, dengan harapan menerima kesembuhan dari tindakannya tersebut. Dari kisah singkat ini, tentang keyakinan dan keberanian perempuan tersebut, dan bagaimana Yesus merespon dia, kita dapat belajar banyak tentang iman dan kerendahan hati.

Pertama, jelas dan dapat dipastikan bahwa iman kita yang teguh kepada Kristus Yesus akan menyelamatkan kita. Yesus begitu menghargai iman yang dimiliki perempuan tersebut. Ini dapat kita lihat dari respon yang diberikan oleh Yesus. Yesus tidak marah karena dia menyentuh jubahnya saat dikeramaian atau saat terburu-buru menuju rumah kepala rumah ibadat. Namun sebaliknya, Yesus berpaling dan mencari dia, memandang dan menghampirinya. Hal ini juga pastinya sudah dan akan dilakukan Yesus kepada kita. Yesus melihat dan mengetahui seluruh yang ada dalam hati kita, yang bahkan sering enggan untuk kita sampaikan dan mohonkan kepada-Nya. Yesus akan melihat jelas iman kita yang mencari Dia dengan kerendahan hati.

Kedua, iman yang teguh dan besar sekalipun hanya akan menjadi iman tanpa buah dan hasil apabila tanpa tindakan. Keberanian perempuan tersebut mengeksekusi apa yang dia percayai membuahkan hasil yang bahkan tidak masuk prediksi. “Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh” (ayat 21) jika hanya dipikirkan saja tentu tidak akan berbuah apa-apa. Namun, keberanian menghentikan rombongan Yesus yang sedang menuju rumah kepala rumah ibadat mempunyai kosekuensi yang sangat besar. Keberanian menerima apapun konsekuensi dan dengan kerendahan hati. Bukan, harus bertemu langsung dan berbicara menyampaikan permohonan pada Yesus. Tidak harus dijamah langsung oleh-Nya, tidak harus didatangi oleh-Nya. Namun, iman yang besar yang tindaklanjuti tersebut membuahkan kesembuhan persis seperti yang diyakini.

Namun, yang ketiga saudara-saudari, berbicara tentang iman yang besar menyelamatkan kita dan kerendahan hati. Tentu kita juga harus dengan rendah hati berserah kepada kehendak terbaik dari-Nya. Jika iman yang “besar” berkata akan menyelamatkan kita, iman yang besar akan mengabulkan permohonan kita. Maka iman yang “benar” akan meneguhkan hati kita walau pemohonan kita belum terkabul sesuai harapan kita. Iman yang “benar” akan menuntun kita pada kerendahan hati berserah pada kehendak Bapa, bukan malah meninggalkan-Nya saat harap kita tidak terkabul. Amin.

Doa Penutup: Terima kasih Bapa atas firman Mu yang telah meneguhkan hati dan iman percaya kami pada-Mu. Tuntunlah kami agar senantiasa berserah pada kehendak-Mu saja. Dan ajarlah kami supaya kami menjadi pribadi yang berani bertindak seturut kehendak-Mu yang kami Imani. Kiranya Roh Kudus-Mu yang berdiam dalam hidup kami, agar kami tetap setia pada terang Kasih-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.



Pdt. Filemon F Sigalingging, S.Th – Staff Kantor Ephorus HKBP.

Pustaka Digital