Konferensi Perempuan HKBP X: Proaktif Hadirkan Kebaikan Allah

HKBP telah sepuluh kali  mengadakan Konferensi buat kaum perempuan. Itu menandakan bahwa HKBP secara  terus menerus memperbaharui dirinya dalam melaksanakan tri tugas panggilannya. HKBP telah melibatkan partisipasi kaum perempuan pada semua aspek pelayanan, termasuk dalam struktur kepemimpinan di tingkat huria, resort, distrik dan pusat.

Konferensi kali ini diselenggarakan selama  empat hari (1-4/8/2024) di Gedung Raja Pontas Lumbantobing, Pearaja-Tarutung, dengan jadwal yang sangat padat. 


Konferensi dibuka secara resmi oleh Ephorus, yang diwakilkan Kepala Departemen Koinonia, Pdt. Dr. Deonal Sinaga.  Menurut laporan Ketua Umum Panitia yang disampaikan Ketua Pelaksana, Polotiorida Hasibuan, M.Pd.K bahwa peserta konferensi berjumlah 167 orang. Peserta tersebut merupakan Pengurus Perempuan Distrik  (PPD) yang ada di 32 Distrik dan Pengurus Konferensi Perempuan (PKP) di tingkat Pusat.


Kepala Departemen Diakonia, Pdt. Debora Purada Sinaga, M.Th dalam khotbahnya menyampaikan Kaum Perempuan akan dihargai dan dihormati jika tetap setia, taat kepada Allah dengan menjaga kekudusan hidunya, terpercaya dalam keluarga, selalu bertekad mengembangkan potensinya, proaktif mengabdikan dirinya untuk  kebaikan sesama dan lingkungannya.


Sambutan Kepala Departemen Marturia, Pdt. Daniel Taruli Asi Harahap, M.Th memberi penyadaran kepada peserta dengan memaparkan  konteks kehidupan manusia sekarang, yaitu dalam kemajuan teknologi informasi, hidup dalam pasca pandemi Covid dan krisis ekologi. HKBP menjalankan misinya dalam konteks tersebut di mana peran perempuan sangat dibutuhkan. Sehubungan dengan itu, Sekretaris Jenderal, Pdt. Dr. Victor Tinambunan menekankan kepada peserta tentang kesetaraan gender, melawan stigma-stigma yang merendahkan kaum perempuan dan gerakan bersama semua umat mengatasi krisis ekologi atau kehancuran alam.


Pdt. Dr. Deonal Sinaga yang selalu sigap mendampingi panitia dalam mempersiapkan pelaksanaan Konferensi Perempuan HKBP X. Pada ceramahnya, beliau menerangkan bagaimana kaum perempuan HKBP berpartisipasi aktif menghadirkan kebaikan-kebaikan Allah di tengah keluarga, gereja, masyarakat dan alam sekitar.


Peserta juga menerima pencerahan dari Ompu i Ephorus, Pdt. Dr. Robinson Butarbutar terkait gerakan  inklusivisme dan transformasi HKBP. Beliau menerangkan kepada peserta bahwa kebangkitan dan keterbukaan gereja terhadap kaum perempuan diawali dari Paradox of Christianity. Banyak budaya dan agama yang merendahkan martabat perempuan, tapi di awal kekristenan, rasul menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan adalah sama di hadapan Allah.


HKBP mengikuti penegasan rasul Paulus, khususnya dalam periode ini, jemaat dan pelayan perempuan HKBP terpilih menjadi pemimpin atau bagian pengambil keputusan dalam lembaga-lembaga misi internasional. Jemaat perempuan HKBP juga banyak dipercayakan mengemban tugas tanggung jawab di berbagai instansi pemerintahan baik tingkat daerah, Provinsi dan pusat. Namun, inklusivisme  belum sepenuhnya berjalan lurus dengan transformasi yang dicita-citakan HKBP. Masih ada pelayan  berkarakter buruk yang membawa dampak negatif dalam pelayanan HKBP. Karena itu, semua kita harus melakukan transformasi baik perkataan, sikap, tindakan dan perbuatan. Transformasi itu dimulai dari diri sendiri, terang Ompu i Ephorus.


Konferensi Perempuan HKBP X  diisi dengan  pembekalan  atas  isu-isu terkini, kegiatan yang membangun kebersamaan, seperti malam keakraban dan menuangkan aspirasi- aspirasi kaum perempuan dengan diskusi-diskusi kelompok dan sidang pleno yang mengharapkan tanggapan-tanggapan peserta. (B.TIK)

Pustaka Digital