Renungan Harian HKBP | 1 Juni 2024

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu pagi ini dengan Firman Tuhan. Mari kita berdoa!

Doa Pembuka:Tuhan Yesus Pelindung kami. Kami bersyukuratas berkat hari baru yang Engkau berikan untuk kami. Bekali kami dengan Firman-Mu yang kami nantikan setiap harinya, agar kami mampu menjalani hari baru ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam Mazmur 30: 12 beginilah firman Tuhan:

Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita,

demikianlah firman Tuhan.

            Ada sebuah idiom yang berhubungan dengan kesombongan di tengah kenyamanan, yaitu tenang sebelum badai. Terkadang ketenangan dan rasa nyaman yang kita alami saat ini bisa membawa kita ke dalam kesombongan iman. Ketenangan, rasa aman, dan nyaman membuat kita merasa bahwa kemampuan dan usaha kitalah yang menciptakan ketenangan, rasa aman, dan kenyamanan yang kita rasakan saat ini. Lulus sekolah, menyelesaikan tugas akhir dan wisuda, menuntaskan setiap pekerjaan, selesai menyekolahkan atau menikahkan anak, dan kondisi tenang lainnya terkadang membuat kita lupa bahwa semua itu karena penyertaan tangan Tuhan. Tenang sebelum badai berarti ada jeda waktu untuk kita seharusnya mempersiapkan diri untuk badai, yaitu pergumulan yang lebih besar.

            Di saat kita sudah dimampukan Tuhan menyelesaikan pergumulan kita, seharusnya kita menyadari bahwa kita sudah naik kelas dan bersiap untuk menghadapi pergumulan yang lebih berat lagi ke depannya. Namun, terkadang sama seperti yang tertulis dalam ayat 7 pasal ini,

            Dalam kesenanganku aku berkata: "Aku takkan goyah untuk selama-lamanya!"

 Kita merasa senang dalam ketenangan kita karena telah menyelesaikan satu dua masalah. Bahkan kita terkadang sombong karena merasa bahwa kemampuan dan usaha kitalah yang membuat masalah terselesaikan. Kita merasa bahwa dengan kemampuan dan usaha kita, kita siap menghadapi masalah lain ke depannya. Dan terkadang kita pun merasa bahwa hidup kita akan nyaman selamanya saat masalah yang kita selesaikan tersebut tuntas dihadapi.

            Kesombongan di masa tenang terkadang membuat kita lupa bahwa hidup terus berjalan, dan masalah lain pasti akan muncul. Kita merasa bahwa hidup selanjutnya akan baik-baik saja dan tanpa masalah. Lebih parahnya lagi, kesombongan di masa tenang terkadang membuat kita lupa akan tindakan Tuhan atas hidup kita. Lalu, muncul sebuah pertanyaan, bagaimana kita bisa hidup tanpa tuntunan Tuhan. Bagaimana saat kita terjatuh dalam masalah, Tuhan memalingkan muka-Nya terhadap masalah kita? Mampukah kita bertahan dan menyelesaikan masalah kita? Sudah pasti tidak. Setinggi apapun ilmu yang kita punya, sedalam apapun wawasan kita, seluas apapun pengalaman yang kita miliki, secanggih apapun kemampuan kita, semua itu pemberian Tuhan yang kita gunakan untuk menyelesaikan masalah yang kemungkinan besar adalah buah tindakan kita, manusia.

            Ratapan yang dimaksud dalam ayat ini bukan hanya mengacu kepada kesedihan kita saat tenggelam dalam masalah saja, melainkan juga ratapan karena kebodohan kita yang terlalu sombong mengira bahwa kita mampu menghadapi masalah tersebut. Saat kita hadir dan meratap, mengakui setiap kesombongan dan menyadari bahwa kita adalah ciptaan yang bergantung kepada Penciptanya, Tuhan akan membantu kita menyelesaikan masalah. Mungkin bukan dalam sekejap, simsalabim, masalah selesai. Akan tetapi, Tuhan pasti akan membukakan setiap pintu solusi dan menguatkan kita menghadapi masalah yang kita alami.

            Kini, mari selalu bergantung kepada Tuhan kapan pun, di manapun, dan dalam masalah apapun. Jangan sesekali merasa hidup kita akan tenang selamanya saat satu dua masalah telah kita selesaikan. Masalah akan terus ada selama nafas hidup masih ada. Bahkan tidak jarang kematian kita membawa masalah bagi mereka yang hidup. Dan lagi, saat kita menyelesaikan satu dua pergumulan kita, mari kita mengingat bahwa masa tenang yang kita nikmati bukanlah hasil jerih payah kita, melainkan karena Tuhan menguatkan dan membimbing kita menyelesaikannya. Biarlah kita memaknai masa-masa tenang dalam hidup bukan sebagai ketiadaan lagi masalah, melainkan masa di mana kita harus mempersiapkan diri untuk menyelesaikan masalah yang lebih besar. Mari kita selalu bersiap dalam tenang sebelum badai dengan selalu menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan bersandar selalu kepada kuasa-Nya.  Amin.

Doa Penutup: Bapa di dalam Sorga,kami belajar bahwa Tuhan selalu menguatkan kami dalam menyelesaikan setiap masalah yang sudah kami tuntaskan. Kami juga belajar bahwa kami harus selalu bersiap meski di masa tenang sebelum badai dengan selalu bersandar dan berserah kepada Tuhan. Ampuni setiap kesombongan kami serta ajar kami untuk merendahkan diri kami dan mengingat bahwa kami adalah ciptaan yang tidak bisa lepas dari-Mu, Pencipta kami. Demi Kristus kami berdoa.

Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kita sekalian. Amin.

C.Pdt. Maranata Nainggolan, S.Si (Teol)- LPP I di Kantor Biro SMIRNA HKBP

Pustaka Digital