Renungan Harian HKBP | 13 Desember 2023


Doa Pembuka: Kristus Tuhan, kami mengucap syukur untuk kehadiran-Mu di dalam keseharian hidup. Mampukan hati dan pikiran kami untuk terus menjalaninya bersama-Mu di dalam kesetiaan melalui pembacaan firman dan renungan yang selalu menguatkan kami. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin. 

Nats Renungan: 2 Kor. 6:14 “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”. 


Hidup Setia Sebagai Orang Percaya


2 Korintus adalah surat kedua yang dituliskan rasul Paulus untuk jemaat di kota Korintus. Pada masa penulisan surat ini jemaat sedang mengalami berbagai pergumulan dan perjuangan hidup. Jika kita mau melihat, kedua surat yang dikirim Paulus dari ke kota Korintus ini memperlihatkan bahwa Paulus mengenal dan begitu mengasihi jemaat ini. Sayangnya beberapa dari mereka tidak menyukai bahkan menyerang Paulus. Paulus menanggapi hal tersebut dengan sikap yang baik, sehingga pada akhirnya menimbulkan respon positif melalui pertobatan dan kepedulian kepada sesama dalam pengumpulan dana untuk mendukung dan menguatkan orang-orang percaya yang hidup dalam kemiskinan di kota Yudea.

Jika kita mau melihat konteks, pada masa itu warga jemaat di kota Korintus tersebar dalam lima atau enam jemaat yang bersekutu dari rumah ke rumah (jemaat rumahan). Setiap persekutuan terdiri dari belasan orang yang berasal dari berbagai latar belakang budaya, kepercayaan, pekerjaan, sosial, cara dan pandangan hidup. Perbedaan dalam persekutuan tersebut sering menimbulkan konflik (bnd. 1 Kor. 12-14), apalagi ketika harus berhadapan dengan keberagaman masyarakat di mana mereka berasal, hidup, dan berinteraksi. Itu sebabnya Paulus sejak penulisan surat 1 Korintus selalu berupaya mengajak warga jemaat untuk mampu saling melengkapi dan menguatkan satu dengan yang lainnya.

Kisah 2 Kor. 6:14 juga memperlihatkan keraguan dan kebimbangan iman orang-orang percaya dalam relasi keberagaman dengan orang-orang tidak percaya. Untuk mengatasi hal tersebut dalam suratnya Paulus menegur warga jemaat yang membawa masalah ke dalam jemaat karena mereka dipengaruhi oleh orang-orang tidak percaya. Hal tersebut membuat permasalahan yang terjadi di dalam jemaat semakin besar dan tidak dapat diselesaikan dengan kasih, melainkan dengan cara dan aturan dunia yang berlawanan dengan kehendak Allah di mana terjadi ketidakadilan yang mendatangkan kerugian bagi jemaat itu sendiri. Paulus meminta agar hidup persekutuan dijaga oleh orang-orang pecaya itu sendiri. Ayat yang sama (2 Kor. 6:14) dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari (LAI) menuliskan, “Janganlah mau menjadi sekutu orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus; itu tidak cocok. Mana mungkin kebaikan berpadu dengan kejahatan! Tidak mungkin terang bergabung dengan gelap”. Artinya orang-orang percaya harus bisa menjaga kemurnian ajarannya, tidak dipengaruhi oleh ajaran lain yang berbeda. Paulus meminta agar jemaat Korintus memiliki sikap untuk tidak meminta bantuan (dalam berbagai hal) kepada orang-orang yang tidak percaya karena hal ini dapat menimbulkan resiko, terutama menyangkut berbagai pengambilan keputusan dalam penyelesaian masalah yang terjadi di dalam Jemaat. Itu sebabnya pemecahan dan peyelesaian setiap masalah perlu diserahkan kepada orang-orang percaya yang berhikmat di dalam gereja.

Jika kita mau melihat dan membandingkan, maka kita akan melihat persamaan masalah yang terjadi pada masa lalu dengan kita yang hidup pada masa kini. Kita memang hidup bersama dengan sesama yang berbeda di dalam berbagai hal dan aspek, namun kita perlu berhati-hati dalam menerima masukan dari mereka yang berbeda, apa lagi menentukan sikap dan mengambil keputusan. Kita perlu memiliki hikmat yang sesuai dengan kehendak Allah dengan cara yang tidak menimbukan konflik atau gesekan di dalam jemaat itu sendiri. Hal ini tidak mudah dan selalu menjadi tantangan selama gereja itu ada dan hidup. Marilah kita menyerahkan segala sesuatu dan bergantung kepada Allah Sang Sumber dan Pemilik gereja itu sendiri. Amin.

Doa Penutup: Ya Allah Yang Maha Baik, Engkau selalu setia menyertai umat di dalam gereja-Mu sejak dahulu kala sampai kini. Engkau tidak pernah meninggal gereja-Mu yang adalah kami dalam pergumulan dan perjuangan hidup. Karenanya kuatkanlah kami untuk selalu setia sama seperti rasul Paulus. Setia di dalam iman dan perbuatan sesuai dengan kehendak-Mu bertapapun besar permasalahan yang harus kami hadapi. Jadikanlah kami mampu memiliki hikmat dari pada-Mu, agar apa yang kami lakukan boleh menjadi berkat yang membawa damai bagi sesama kami, khususnya di dalam keluarga dan gereja kami. Di dalam nama Yesus Kristus kami telah berdoa. Amin.

Pdt. Franciska Marcia J. Silaen-Pendeta Fungsional Biro SMIRNA HKBP