Renungan Harian HKBP | 22 Juli 2024

Imanmu Menyelamatkanmu

Selamat pagi Bapak, Ibu dan Saudara sekalian! Kembali lagi kita bertemu dalam renungan pagi. Saya mengundang Bapak, Ibu dan Saudara untuk meneduhkan hati dan pikiran, kita berdoa:

Kita Berdoa:

Ya Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus! Tuhan yang kami percaya dan kami sembah. Kami bersyukur atas segala kemurahan hatiMu yang menyertai dan memberkati kami sekalian. Sesaat lagi kami akan mendengarkan sabdaMu. Datanglah ya Tuhan untuk menerangi hati dan pikiran kami supaya kami dapat mengerti isi firmanMu dan dapat kami nyatakan dalam keseharian hidup kami. Di dalam NamaMu, Yesus Kristus, kami persembahkan doa kami. Amin!

Bapak, Ibu dan Saudara pendengar yang dikasihi Tuhan! Firman Tuhan hari ini, tertulis pada kitab Lukas 8 : 48. “Maka kataNya kepada perempuan itu: “hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.”

Nas ini telah sering kita dengar, terkhusus dalam bahasa Batak, “haporseaonmi do paluahon ho.” Apa itu iman, Bapak, Ibu dan Saudara sekalian? Dalam Ibrani 11: 1 disebutkan “iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.” Pada ayat selanjutnya dikatakan, para leluhur orang percaya memperoleh kesaksian dalam iman. Karena iman, Habel mempersembahkan korban terbaik pada Allah. Karena iman Henok terangkat ke sorga. Iman yang memampukan seseorang untuk melihat dan yakin terhadap realitas rohani, berjalan kepada kebenaran, berjalan dalam kebaikan Tuhan, percaya terhadap kuasa firmanNya, taat kepada hukum Allah, hidup dalam janji Allah dan bertahan dalam penganiayaan atau penderitaan.

Martin Luther mengatakan bahwa “iman adalah kepercayaan yang hidup dan berani kepada kasih karunia Allah, begitu yakin akan kebaikan Allah sehingga iman akan mempertaruhkan kematian seribu kali jika mempercayainya. Keyakinan dan pengetahuan tentang kasih karunia Allah seperti itu membuat saudara bahagia, gembira, dan berani dalam hubungan saudara dengan Allah dan semua makhluk. Roh Kudus mewujudkannya melalui iman. Karena itu, saudara dengan bebas, rela, dan gembira berbuat baik kepada semua orang, melayani semua orang, menderita dalam segala macam hal, mengasihi dan memuji Allah yang telah menunjukkan kasih karunia seperti itu kepada saudara.”

Pemahaman di atas memudahkan kita untuk memahami nas renungan ini, “imanmu telah menyelamatkan engkau.” Ini adalah perkataan Yesus kepada perempuan yang telah mengalami sakit pendarahan selama dua belas tahun. Dalam tradisi Yahudi, perempuan yang mengalami penyakit demikian akan dikucilkan, karena dianggap najis.

Bapak, Ibu dan Saudara terkasih! Boleh kita bayangkan, betapa besarnya penderitaan yang dialami oleh perempuan. Ia bukan hanya menderita penyakit fisik, tetapi juga phisikis. Kejiwaan dan mentalnya juga menderita, sebab ia diasingkan dari komunitasnya. Segala hartanya juga habis untuk pengobatannya, tetapi tidak kunjung sembuh. Namun di tengah kepelikan penderitaannya, sewaktu Yesus dikerumuni banyak orang, perempuan tersebut memberanikan dirinya untuk menjamah untaian jubah Yesus dari belakangNya. Tindakan perempuan itu didorong oleh iman yang penuh dan pengharapan akan kuasa dan belas kasih Yesus.

Ketika perempuan itu menjamah jubah Yesus, di saat itu juga pendarahannya berhenti dan sembuh. Pada saat Yesus bertanya, siapa yang menjamah jubahNya. Perempuan itu tidak berdusta, ia datang bersungkur (berlutut) menyembah Yesus dan menjelaskan semua penderitaan yang dialaminya serta menjelaskan tindakannya kepada orang banyak yang berkerumun saat itu. Yesus mengetahui kedalaman iman perempuan itu, seraya berkata: “imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Kata menyelamatkan berasal dari kata dasar “selamat,” berarti aman, bebas dari bahaya, malapetaka, bencana, sehat, doa yang dipenuhi harapan, salam atas kondisi dan salam untuk keberhasilan dan keberuntungan. Dalam bahasa Alkitab, kata menyelamatkan berarti menjaga, membebaskan, mengamankan, melestarikan, menolong dan menyembuhkan. Kata menyelamatkan pada nas ini memiliki makna yang cukup dalam terhadap keselamatan hidup jasmani dan rohani umat beriman, seperti yang terjadi pada perempuan dalam nas ini. Perempuan itu bukan hanya mengalami kesembuhan fisik, tetapi juga mental. Itu terjadi karena iman kepada Tuhan dan belas kasih Tuhan.

Ada beberapa kali dalam kitab Lukas disebutkan perkataan Yesus ini, “imanmu telah menyelamatkan engkau.” Pertama, perempuan pendosa (Lukas 7: 50). Kedua, perempuan yang pendarahan selama 12 tahun. Ketiga, salah seorang yang sembuh dari penyakit kusta (Lukas 17: 19). Dan keempat, Bartimeus yang mengalami kesembuhan dari kebutaan (Lukas 18: 41 - 43). Dari keempat orang ini, ada keteladanan iman yang diberikan kepada kita saat ini.

Secara khusus, keteladanan iman dari perempuan dalam nas ini kepada kita ialah, suatu perjuangan tidak kenal lelah untuk sembuh, tidak putus asa dalam mencari pertolongan dan kesembuhan dari Tuhan. Akhirnya, ketekunan dan kesetiaannya memulihkan kesehatan dan keadaannya.

Bapak, Ibu dan Saudara terkasih. Selama kita hidup di tengah dunia ini, tentu akan mengalami banyak pergumulan dan penderitaan. Bisa saja penderitaan yang kita alami seperti yang dialami perempuan dalam nas ini, berpuluh tahun penyakitnya tak kunjung sembuh dan mengalami celaan dari berbagai pihak. Hari-hari hidupnya selama puluhan tahun menantikan kesembuhan dan kepulihan kondisinya. Namun, perempuan itu tidah berpaling dari Tuhan, dia tetap setia mengimani Tuhan lalu Tuhan menyembuhkan penyakitnya dan memulihkan keadaannya. Allah mengajak kita untuk tetap mempercayainya, bahwa Dia akan memberikan yang terbaik untuk kita semua. Rasul Paulus juga mengalami penyakit, penderitaan dan tekanan yang datang dari berbagai arah, tetapi ia tetap memikul salib yang ada padanya. Ia menderita suatu penyakit di dalam tubuhnya, dan meminta kesembuhan dari Tuhan, tetapi Tuhan telah menetapkan Paulus bahwa selama hidupnya ia menderita suatu penyakit di dalam tubuhnya. Apakah Paulus berpaling dari Tuhan? Tidak! Di dalam kesakitan dan penderitaan yang dialaminya Paulus menyaksikan kuasa dan kasih setia Allah dalam hidupnya. Paulus berkata: Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat (2 Korintus 12 : 7 – 10). Amin.

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan atas waktu dan kesempatan yang Tuhan berikan kepada kami untuk mendengar firmanMu. Tuhan memanggil kami untuk tetap setia dan taat kepada Tuhan dalam setiap keadaan, baik suka maupun duka. Selama kami hidup di dunia ini, suka dan duka pasti akan kami alami. Sewaktu kami mengalami pergumulan dan penderitaan, kami memohon kepadaMu Tuhan supaya Tuhan memampukan kami untuk hidup dalam ketabahan. Kekuatan yang dari padaMu yang kami andalkan untuk menghadapi semua penderitaan yang kami alami. Berkenanlah Tuhan untuk menolong kami, menolong saudara-saudara dan keluarga kami jika saat ini menghadapi pergumulan. Berkenanlah Tuhan untuk menyembuhkan kami, menyembuhkan saudara-saudara dan keluarga kami, jika saat ini mengalami penyakit dalam tubuh dan dirinya. Baiklah sukacita yang dari pada Engkau meliputi hidup kami semua, dalam Kristus Yesus. Amin.


Pustaka Digital