Renungan Harian HKBP | 23 Agustus 2023

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, sebelum kita melakukan aktivitas kita hari ini, mari kita membekali diri kita terlebih dahulu dengan firmah Tuhan. Marilah kita berdoa!

Doa Pembuka: Allah Bapa yang kami kenal di dalam Kristus Yesus, yang menjaga dan membimbing kami di dalam Roh Kudus. Kami bersyukur karena Engkau telah memberkati kami dengan nafas kehidupan yang baru. Engkau mengizinkan kami untuk kembali menikmati hari yang baru. Bekali kami dengan Firman-Mu, agar kami mampu menjalani hari ini dengan baik. Ajarlah kami mengerti dan menghidupi firman-Mu dalam kehidupan kami. Demi Kristus, kami berdoa. Amin.

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang terkasih, renungan bagi kita pada hari ini tertulis dalam Mazmur 71: 23, beginilah firman Tuhan: Bibirku bersorak-sorai sementara menyanyikan mazmur bagi-Mu, juga jiwaku yang telah Kaubebaskan. Demikianlah firman Tuhan.

Bapak, ibu, dan saudara-saudara yang dikasih Allah Bapa, firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk memuji Tuhan atas kebaikan yang telah Ia berikan kepada kita. Jika kita membaca Mazmur 71 secara menyeluruh, mazmur ini adalah doa seseorang agar masa tuanya dilindungi Tuhan. Namun, di akhir pasal ini, doa tersebut ditutup dengan ungkapan pujian kepada Tuhan pada penggalan pasal ini, tepatnya dari ayat 17-24.  

Pernahkah kita khawatir tentang masa tua kita? Mungkin nantinya saat kita tua, kita akan dijauhi, karena kita terlalu banyak bicara, terlalu suka bercerita. Mungkin nantinya saat kita tua, kita akan menyebalkan, karena pubertas kedua yang kita alami. Mungkin nantinya saat kita tua, kita akan merepotkan banyak orang, karena anggota tubuh kita sudah menjadi sangat lemah. Saat tua nanti, mungkin ada kekhawatiran kita diremehkan, diasingkan, atau dianggap menjadi gangguan bagi orang lain. 

Kekhawatiran adalah bagian dari ketakutan yang manusiawi. Namun, sebagai anak-anak Allah, kekhawatiran adalah bagian dari keraguan kita terhadap Tuhan atau keraguan kita terhadap diri kita sendiri. Mengapa begitu? Jika kita berserah dan meyakini bahwa Tuhan akan memberkati kita, bahkan sampai akhir hidup kita, seharusnya kita tidak perlu khawatir. Tuhan sudah pasti memberkati kita hari demi hari. 

Namun, adakalanya ketika kita sudah meyakini bahwa Tuhan akan selalu memberkati kita, tetapi kita tetap khawatir akan masa depan kita. Kekhawatiran itu muncul karena kita ragu dengan usaha kita. Kita tidak yakin dengan apa yang sudah kita kerjakan. Kita ragu dan cenderung menganggap kecil dengan apa yang sudah kita capai. Kita tidak percaya diri terhadap apa yang telah kita gapai, dan terkadang itu muncul saat kita membandingkannya dengan pencapaian orang lain. 

Apakah kekhawatiran adalah sebuah kesalahan yang muncul dari rasa iri terhadap pencapaian kita atau ketidayakinan kita terhadap Tuhan? Terkadang kekhawatiran akan masa depan pun membuat kita lebih waspada dan mengantisipasi segala tantangan yang akan mengancam di depan. Dengan bantuan kekhawatiran, kita bisa mencegah tantangan sebelum datang. Seperti yang tersirat dalam sebuah peribahasa sedia payung sebelum hujan. 

Namun, mari tetap meyakini bahwa Tuhan menempatkan kekhawatiran bukan untuk mengikat jiwa kita pada ketakutan, melainkan membebaskan kita dari rasa bersalah karena ketidaksiapan kita menghadapi tantangan yang sudah tergambar di depan. Sehingga di dalam kekhawatiran kita, kita mempersiapkan diri dengan lebih baik. Dan jika usaha kita menghasilkan, entah memuaskan atau tidak untuk kita, pujian kepada Allah selayaknya kita kumandangkan karena kita sudah diberi kekuatan melalui kekhawatiran yang baik. Kita sudah dibebaskan dari ketakutan akan ketidaksiapan kita menghadapi masa depan. Mari menggunakan kekhawatiran kita akan masa depan untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk mengusahakan pencapaian terbaik kita, sehingga kita tidak perlu merasa bersalah akibat kurang maksimalnya usaha kita, malahan kita menyorakkan pujian kepada Tuhan dengan lantang melalui seluruh anggota tubuh kita karena kekhawatiran yang diberi oleh-Nya, mencegah kita jatuh, dan mengangkat kita naik. Amin.

Doa Penutup: Bapa di dalam Sorga, kami bersyukur karena Engkau menciptakan kekhawatiran agar kami lebih waspada dan mau memberikan usaha terbaik kami demi menghilangkan ketakutan kami akan hari depan. Kami yakin bahwa Bapa menenun jalan hidup kami dengan sangat baik, sehingga pada akhirnya kami menikmati keindahan di dalam kehidupan kami di waktu yang akan datang. Tuhan Yesus, Penjaga kehidupan kami, ajar kami mengelola kekhawatiran kami agar kami dapat mengolah rasa khawatir tersebut sehingga kami dapat mengusahakan segala hal dengan maksimal. Ajar kami bersyukur atas kewaspadaan yang telah Kauberikan, sehingga kami dapat melakukan yang terbaik untuk hari-hari kami ke depan. Allah Roh Kudus, Penguat dan penghibur jiwa kami, beri kami kekuatan untuk mampu memanfaatkan kekhawatiran dan tidak tenggelam dalam ketakutan. Beri kami pengertian untuk mampu membedakan kekhawatiran yang membentuk usaha terbaik kami, dan ketakutan yang mengikat jiwa kami. Sehingga sorak sorai pujian dan syukur kami semakin penuh. Demi Kristus kami berdoa. Amin.

Cal. Pdt. Maranata Nainggolan, S. Si. (Teol)- Melayani di Biro SMIRNA HKBP 

Pustaka Digital