Renungan Harian HKBP | 24 Agustus 2024

Selamat pagi bapak, ibu dan saudara  pendengar radio bonafit yang dikasihi Tuhan. Kita berjumpa lagi dalam acara renungan pagi ini. Namun sebelumnya, saya mengundang bapak, ibu dan saudara pendengar  untuk bersaat teduh dan berdoa!

 

Doa Pembuka: Kita berdoa! Kami puji dan muliakan Engkau Tuhan atas semua kebaikan, penyertaan dan pemeliharaanMu kepada  kami. Pada kesempatan ini, kami akan mendengar FirmanMu, kiranya Tuhan berkenan mencurahkan RohMu kepada kami, supaya kami mampu memahami dan melakukan FirmanMu dalam keseharian hidup kami. Dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat, kami berdoa dan bersyukur. Amin.

 

Bapak, ibu dan saudara pendengar yang dikasihi Tuhan!

 

Nats renungan hari ini tertulis pada kitab Yesaya 63: 7, saya akan membaca untuk kita semua. Saya berharap bapak, ibu dan saudara pendengar dapat mengikutinya:

 

“Aku hendak menyebut-nyebut perbuatan kasih setia TUHAN , perbuatan TUHAN yang masyhur, sesuai dengan segala yang dilakukan TUHAN kepada kita, dan kebajikan  yang besar kepada kaum Israel yang dilakukan-Nya kepada mereka sesuai dengan kasih sayang-Nya  dan sesuai dengan kasih setia-Nya yang besar.”

 

Bapak, ibu dan saudara pendengar yang dikasihi Tuhan!

Bagaimana keadaan kita  sekarang? Apakah kita sedang bersukacita, happy? atau sebaliknya, apakah kita sedang bergumul, sedih dan mengalami persoalan-persoalan saat ini? Apakah pada kedua kondisi kita dapat  meyakini dan dapat menyaksikan perbuatan kasih Tuhan? Dalam situasi apa pun, orang-orang percaya dapat menyaksikan perbuatan kasih Tuhan. Bahkan kesaksian yang lebih besar daripada itu dapat disaksikan oleh orang-orang percaya, seperti kesaksian dan komitmen Rasul Paulus pada Filipi 1: 20; “sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan dimuliakan dalam tubuhKu, baik oleh hidupku maupun oleh matiku.” Saat menuliskan suratnya ini, Rasul Paulus mengalami penderitaan, sebab dia di dalam tahanan atau penjara. Walaupun Paulus berada dalam penjara, namun keyakinan dan semangatnya tidak pernah kendor. Sebab Paulus meyakini bahwa kasih setia Tuhan bersamanya. Penderitaannya sebagai suatu kesaksian bagi dunia. Pernyataan Paulus meneguhkan jemaat Filipi melalui kesaksiannya yang tetap memuliakan Kristus, walaupun ia dalam penderitaan.

Pada masa Perjanjian Lama setelah pembuangan, nabi Yesaya mau memulihkan batin bangsa Israel agar kuat dan bersukacita untuk menghadapi berbagai tantangan. Jika kita membaca pasal 63: 7-19 bahwa di sana ditekankan kesadaran bangsa Israel atas kesalahan, kejahatan dan dosanya. Israel menerima hukuman yang dijatuhkan oleh Allah di masa Pembuangan ke Babel. Namun dibalik hukuman itu sangat nyata perbuatan kasih setia Allah. Allah membuka diriNya terhadap pengakuan dosa dan permohonan umatNya. Allah berkenan mengampuni dan menebus Israel.

Karena itu, Nabi Yesaya mengingatkan bangsa Israel atas perbuatan kasih setia Allah yang masyhur dan luar biasa, antara lain keluaran Israel dari tanah Mesir dan dari pembuangan Babel. Allah sendiri menjadi Pembebas, Penyelamat atau Juru Selamat bagi Israel. Allah menunjukkan kepedulianNya terhadap Israel, sebab Allah setia dengan perjanjianNya kepada umatNya.

Melihat dari kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa Israel, sebenarnya Israel tidak layak menerima pengampunan, pembebasan dan pemeliharaan  dari Allah. Namun, Allah bertindak dan berbuat  bukan berdasarkan kejahatan-kejahatan dan dosa-dosa Israel. Allah bertindak dan berbuat dengan kasih setiaNya. Dalam kitab Yohanes 3: 16 disebutkan “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” 

Bapak, ibu dan saudara pendengar yang dikasihi Tuhan!

Jika Allah penuh belas kasih dan kasih setia, bukan berarti, kita dapat hidup dengan sesuka hati, tetap hidup dalam keberdosaan. Dalam kitab Roma 6: 1-2, Paulus menyebutkan “jika demikian, apa yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimana kita masih dapat hidup di dalamnya.” Belas kasih dan kasih setia Allah menegaskan kepada kita semua, supaya kita meresponnya dengan sikap, tindakan dan berbuat sesuai dengan kehendakNya.

Dalam perjalanan hidup ini,  pasti banyak persoalan dan pergumulan yang harus dihadapi oleh umat manusia atau setiap orang, khususnya umat percaya. Cara yang ditawarkan oleh nabi Yesaya untuk menghadapi persoalan-persoalan dan pergumulan-pergumulan tersebut adalah mengingat dan “menyebut-yebut perbuatan kasih setia Allah” yang dasyat dan masyhur.  Cara tersebut dapat menyemangati umat percaya untuk menjalani hidupnya. Sebab kita, umat percaya diajak untuk menyakini bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, tetapi sebaliknya Allah tetap setia mengasihi, menguatkan, memelihara hidup kita dan mencukupkan kebutuhan-kebutuhan kita.

Di samping itu, nabi Yesaya mengajak umat percaya harus senantiasa menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah yang dialaminya agar orang lain juga diteguhkan untuk menjalani hidupnya dan turut memuji, memuliakan Allah dalam hidupnya. Sebagaimana telah disaksikan oleh Paulus dan disebutkan  juga dalam Mazmur 105: 1 “Bersyukurlah kepada TUHAN ,  serukanlah nama-Nya,  perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa!  Bernyanyilah bagi-Nya,   bermazmurlah  bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya  yang ajaib!” Amin.

 

Doa Penutup: Kita berdoa!Terima kasih Tuhan atas sapaan firmanMu yang telah menyadarkan kami atas semua perbuatan dan tindakan kami, yang banyak tidak sesuai dengan kehendakMu. Di sini, kami memohon pengampunanMu atas semua kesalahan dan dosa kami. Kiranya Tuhan berkenan mengampuni kami. Kasihanilah kami ya Tuhan. Mampukan untuk mengingat semua perbuatan-perbuatanMu yang ajaib. Perkenankanlah kami menyaksikan perbuatan-perbuatanMu yang ajaib itu kepada semua bangsa, agar mereka juga ikut memuliakan namaMu. Kami juga berterima kasih kepadaMu ya Tuhan, sungguh banyak kebaikan-kebaikanMu kepada kami. Hendaklah kami mengingat semua itu, supaya kami tetap berpegang teguh pada belas kasih dan kasih setiaMu untuk menjalani kehidupan kami di dunia ini. Dalam nama AnakMu, Yesus Kristus. Amin.

Pdt. Fortunate Siagian, S.Th - Kepala Biro TIK HKBP 

Pustaka Digital