Renungan Harian HKBP | 6 Oktober 2024

EPISTEL

Doa Pembuka: Ya Allah Bapa Kami, kami bersyukur karena kasihMu yang besar bagi kami. Tuhan menyediakan berkat kehidupan untuk kami nikmati. Ya Tuhan, tiada hentinya Engkau memberikan FirmanMu bagi kami, supaya kami semakin teguh di dalam Iman kepada Yesus Kristus, bimbinglah kami ya Tuhan. Amin.

Nas Renungan: Keluaran 4: 10-17

4:10 Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."

4:11 Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN?

4:12 Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan."

4:13 Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."

4:14 Maka bangkitlah murka TUHAN terhadap Musa dan Ia berfirman: "Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.

4:15 Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.

4:16 Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.

4:17 Dan bawalah tongkat ini di tanganmu, yang harus kaupakai untuk membuat tanda-tanda mujizat."

 

Pada masa ini bangsa Israel, umat Tuhan berada di tanah Mesir menjadi budak. Tentu bila hidup di tanah orang lain, banyak hal yang tidak bisa kita lakukan, termasuk tradisi dan agama kita sendiri. Allah yang mengasihi umat-Nya ingin mengembalikan mereka ke tanah perjanjian, melalui pemanggilannya kepada seorang tokoh bernama Musa. Hal ini bertujuan agar Musa menjadi perantara Allah menyampaikan firmanNya kepada orang-orang Israel di Mesir, bahwa Allah akan membebaskan mereka dari belenggu perbudakan Mesir. Demikianlah Allah memanggil Musa dan mempersiapkannya untuk berangkat ke Mesir. Namun, Musa beberapa kali menolak perintah Allah untuk pergi ke Mesir.

1.     Musa keberatan dengan perintah Allah, ia menyebut dirinya orang yang tidak fasih berbicara. Ia berusaha mengungkapkan rasa rendah dirinya karena ia tidak memiliki kemampuan yang cukup, apalagi untuk membawa bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Mengungkapkan rasa rendah diri adalah hal yang positif, karena kita belajar untuk mengenali kemampuan diri kita sendiri, serta mengenali siapa kita sebenarnya di hadapan Tuhan. Namun, ini juga bisa menjadi jalan untuk kita semakin bertumbuh, ketika kita mau menerima bimbingan dari Tuhan.  

2.     Itulah sebabnya, di dalam keraguan Musa, Allah berusaha meyakinkannya melalui Kuasa Allah yang mampu menolongnya agar pandai berbicara. Tetapi, Musa juga masih menolak perintah Allah. Lalu Allah memberi dukungan lain, yaitu melalui Harun menjadi teman Musa untuk menjalankan tugas yang Allah berikan kepadanya.

3.     Pada akhirnya Musa bisa meyakinkan dirinya yang ragu akan kemampuannya sendiri, ketika Allah menghadirkan pertolonganNya melalui Harun. Kebaikan Allah yang menjawab dan mengarahkan Musa agar menerima perintahNya, mengingatkan kita bahwa Allah yang memanggil, Allah juga yang melengkapi kita untuk memenuhi tugas itu. Keyakinan kepada kuasa Allah menjadi kunci untuk menunaikan tugas itu.

Bapak, Ibu dan saudara-saudari sekalian, begitu besar kasih Allah kepada Musa. Walaupun ia hadir di dalam kekurangannya dan keberaniannya menolak perintah Allah, namun Allah memampukannya. Dari percakapan Allah dengan Musa, Allah pun sedang membekali Musa untuk berangkat ke tanah Mesir. Walaupun ia merasa tidak layak namun Allah melayakkannya, dan Allah tidak membiarkan kelemahannya menjadi penghambat sampainya Firman Allah kepada orang Israel di tanah Mesir.

Firman Allah saat ini, menunjukkan pekerjaan pemberitaan Firman Allah untuk beberapa hal, dipilih khusus oleh Allah sendiri. Pemilihan Musa adalah hal spesial bagi seorang Israel yang selama ini tinggal di Mesir. Ia dipilih oleh Allah untuk menyampaikan berita keselamatan kepada umatNya. Dari ayat ini, setiap orang bisa memiliki bentuk panggilan yang berbeda-beda. Tidak tergantung latarbelakangnya, namun Allah menjadi penentu pemilihan itu sendiri. Namun, tentu saja tidak jarang manusia tidak mengenali panggilannya sendiri. Untuk itu melalui ayat ini kita diingatkan kembali, bahwa panggilan utama kita adalah memberitakan Injil, yang bisa kita hadirkan dalam berbagai bentuk perbuatan kasih Allah. Oleh karena itu, marilah bapak ibu serta saudara saudari sekalian agar menghidupi panggilan kita, memberitakan Injil di segenap kehidupan kita. Yakinlah, Allah yang melengkapi dan menguatkan kita seluruhnya. Amin.

Doa Penutup: Kami begitu mengucap syukur ya Tuhan, FirmanMu hari ini yang akan menghantarkan kami ke khotbah hari Minggu, mengingatkan kami agar kami senantiasa memenuhi tugas panggilan kami masing-masing. Terutama dalam hal memberitakan Injil, di dalam kelemahan dan kekurangan kami, kiranya Tuhan melengkapi kami serta memampukan kami, di dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin.


EVANGELIUM

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah melampaui segala akal, kiranya memelihara hati dan pikiranmu di dalam Kristus Yesus. Amin.

Nas Renungan:  2 Timotius 4:1-5.

4:1 Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:

4:2 Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

4:3 Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

4:4 Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

4:5 Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

 

Bapak, Ibu dan saudara saudari, surat ini disebut dengan surat pastoral yang dikirim kepada Timotius. Kala itu Timotius muda diberikan jabatan memimpin sebuah kelompok umat yang sudah lama berdiri, nama jemaat itu adalah jemaat Efesus. Timotius menghadapi banyak pergumulan yang datang dari dalam dan luar jemaat itu. Salah satunya adalah tentang ajaran sesat yang bisa merusak iman jemaat Efesus serta meninggalkan pengajaran Kristus. Itulah sebabnya surat ini dikirim untuk menguatkan Timotius dalam melayani.

Pertama-tama Timotius diingatkan, agar senantiasa memberitakan dan mengajarkan Injil kepada jemaat, agar tidak ada yang kehilangan imannya kepada Yesus Kristus, dan agar mereka tidak tergoda dan dibodohi oleh ajaran-ajaran sesat. Hal ini dapat kita lihat pada ayat 2 (Beritakanlah Firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran) dan ayat 5 (…lakukanlah pekerjaan pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu). Melalui ini dapat kita lihat betapa pentingnya pekerjaan memberitakan Injil. Panggilan inilah yang dialamatkan kepada Timotius. Ia mulai memberitakan Injil sejak ia masih muda, karena ia telah menerima banyak pengajaran tentang Kristus melalui ibunya Eunike dan neneknya Lois (2 Tim. 1:5). Dan ia semakin dilengkapi setelah berjumpa dengan Paulus yang memberitakan Injil ke banyak daerah.

Bapak Ibu dan saudara saudari sekalian, memberitakan Injil adalah tugas kita semua, sesuai Amanat Agung Tuhan Yesus, agar semakin banyak yang percaya kepadaNya. Seperti yang pernah disebut Paulus dalam 1 Korintus 9:16 “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” Dengan ini ternyata setiap orang bertanggungjawab untuk memberitakan ulang Injil yang sudah sampai kepadanya.

 Oleh karena itu Bapak Ibu, ada beberapa hal penting yang bisa kita pelajari dari surat Paulus kepada Timoteus ini:

1. Memberitakan Firman Allah pada waktu yang baik dan tidak baik waktunya. Dari kalimat ini kita diberikan pengertian bahwa keadaan pelayanan selalu berbeda-beda. Ada banyak rintangan yang ditemui di medan pelayanan untuk memberitakan Injil. Rintangan itu bisa hadir dari dalam dan dari luar diri kita maupun jemaat itu sendiri. Karena itulah Paulus mengirimkan surat pastoral ini kepada Timoteus muda, agar ia tidak takut atau pun merasa lemah untuk menghadapi rintangan pelayanan terutama di dalam jemaat Efesus, yang saat itu sedang berjuang untuk mempertahankan iman mereka dari ajaran-ajaran sesat.

Pesan ini pada waktu itu memang dialamatkan kepada Timotius, namun sekarang dialamatkan kepada kita semua. Jika Timotius dapat memenuhi panggilannya sebagai pemberita Injil, maka anda dan saya juga bisa seperti Timotius muda ini. Jika Allah meminta kita mengerjakan sebuah pelayanan pekerjaan, mungkin akan kita temukan respon yang berbeda-beda. Sebagian akan melihat apakah dia dapat untung dari pekerjaan itu? Sebagian lagi melihat apa upah yang dapat ia peroleh di masa depan? Sebagian lagi mungkin akan seperti Musa, yang pernah menolak pekerjaan yang akan Allah berikan kepadanya! Namun, ketahuilah bapak ibu dan saudara saudari sekalian, pekerjaan pemberitaan Injil bukan diukur dengan untung atau upah, dan penolakan kita pun tidak akan menjadi penghalang agar Firman Tuhan segera disampaikan ke tujuan-tujuan yang Tuhan maksud. Itulah yang dicontohkan Paulus kepada Timotius, bahwa dari penjara pun ia bisa memberitakan Injil kepada banyak orang. Ketika ia sedang diadili pun, Paulus menggunakan kesempatan itu sebagai jalan untuk memberitakan Injil. Maka, dimanapun kita berada, kapanpun waktunya serta bila ada kesempatan Injil harus diberitakan.

2. Nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Bahkan dari zaman Timotius hingga sekarang, masih banyak orang yang tidak suka mendengarkan Injil, walaupun sudah menyebut dirinya sebagai orang Kristen. Sebagian orang lebih suka mendengarkan dongeng dan ajaran sesat, yang sering membuat pendengarnya salah mengartikan kehidupan yang telah Allah berikan. Firman Tuhan sudah terlebih dahulu memberitahukan bahwa ketika hari penghakiman sudah dekat, banyak orang yang mengaku sebagai nabi, yang tampaknya ia sedang memberitakan kebenaran, namun nyatanya menyesatkan hidup orang-orang Kristen. Banyak orang-orang yang suka ikut-ikutan kelompok ini, sehingga dengan mudahnya ganti agama dan ganti gereja, berusaha selalu pindah tempat mencari khotbah yang hanya enak didengar oleh telinga, ujung dari pencarian ini adalah: perbuatan yang sedang berusaha menciptakan sebuah ukuran yang benar untuk dirinya sendiri.

3. Bapak Ibu, Kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pemberitaan Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu. Paulus mengingatkan Timotius, agar di umurnya yang masih muda, ia harus berhati-hati sebagai pemberita Injil. Apabila ia menemukan para guru yang menyebarkan ajaran sesat, yang mengganggu iman jemaat yang ia pimpin, kiranya ia bisa melakukannya dengan kesabaran, menegur dan menasihati menggunakan pengajaran dari Injil Kristus, bukan dengan kemarahan atau dengan balas dendam. Karena, dalam hal menegur yang salah sekali pun, kasih Kristus harus menjadi yang utama untuk menyampaikan teguran itu. Inilah, yang selalu digunakan oleh gereja kita HKBP, setelah berkembang sekian lamanya hampir 163 tahun di tanggal 7 Oktober besok. Dengan itu, Firman Tuhan ini menghantarkan kita merayakan lamanya Injil Kristus telah hadir di tanah Batak. Bila Injil sudah sampai kepada kita, kiranya Roh Kudus semakin menguatkan kita untuk melakukannya, menghidupi FirmanNya dengan benar, semakin kuat di dalam iman, sehingga ajaran-ajaran sesat apapun tidak akan mudah menggoyahkan kepercayaan kita kepada Kristus, sehingga setiap pribadi kita, bisa menjadi jalan Tuhan memberitakan Injil kepada orang lain untuk memenuhi panggilan pelayanan kita masing-masing. Bila bicara pelayanan, tentu saja ini bukanlah hal yang mudah. Karena harus berkorban dan tujuan utamanya memang bukan diri kita sendiri, melainkan Injil. Tetapi pengorbanan Kristus sudah mendahului itu semua, bahkan melampaui kasih yang pernah kita berikan kepada sesama manusia. Oleh karena itu, mengandalkan Roh Kudus dan betul-betul mempersiapkan diri menjadi kunci keberhasilan sebuah pelayanan. Begitu juga dengan Timotius yang berusaha memenuhi panggilannya di umurnya yang masih muda, adalah satu contoh mendasar bagi kita semua. Sehingga, kita bisa saling menasihati dan menegur dengan segala kesabaran dalam kasihNya, serta menghidupi pengajaran dari Injil Kristus.

Kiranya segenap pekerjaan Bapak, Ibu dan saudara saudari sekalian berkenan di hadapan Tuhan, menjadi bentuk pelayanan yang bermacam-macam ragamnya tetapi rasanya tetap satu, yaitu Kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

Doa Penutup: Syukur kepadaMu ya Tuhan, yang mengasihi kami di dalam segala kelemahan kami. Engkau mengizinkan kami menerima panggilanMu yang mulia kepada kami agar memberitakan Injil, dan memberikan kesempatan bagi kami untuk memenuhi tugas panggilan itu. Ya Tuhan, terimakasih sudah mengingatkan kami melalui FirmanMu hari ini, supaya kami hidup di dalam penguasaan diri dan sabar menderita, karena itulah tugas panggilan orang-orang Kristen, agar di dalam segenap perbuatan kami, menunjukkan Kristus yang mulia. Kuatkanlah kami ya Tuhan, melakukan itu dengan Roh KudusMu, di dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.


Pdt. Mega Masria Siagian, S.Th – Staf di Kantor Sekjend HKBP 



Pustaka Digital