Renungan Harian HKBP ( Evangelium) | 24 September 2023

apa Ibu Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus...

Syalom dan selamat hari Minggu! Untuk mengawali Minggu ini, kita akan bersekutu dengan Tuhan melalui Firmannya. Sebelumnya, marilah kita berdoa!


Doa Pembuka: “Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal, itulah kiranya yang menyertai hati dan pikiran saudara/i, dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Amin”


Firman Tuhan yang menjadi khotbah buat kita pada Minggu XVI Setelah Trinitatis sekaligus oleh Gereja kita HKBP ditetapkan sebagai Minggu Ekologi, tgl. 24 September 2023 hari ini, tertulis dalam kitab :

Kejadian 8 : 15 – 22


15.  Lalu berfirmanlah Allah kepada Nuh :


16.  "Keluarlah dari bahtera itu, engkau bersama-sama dengan isterimu serta anak-anakmu dan isteri  anak-anakmu; 


17. segala binatang yang bersama-sama dengan engkau, segala yang hidup: burung-burung, hewan dan segala binatang melata yang merayap di bumi, suruhlah keluar bersama-sama dengan engkau, supaya semuanya itu berkeriapan di bumi serta berkembang biak dan bertambah banyak di bumi. 


18.  Lalu keluarlah Nuh bersama-sama dengan anak-anaknya dan isterinya dan isteri anak-anaknya. 


19.  Segala binatang liar, segala binatang melata dan segala burung, semuanya yang bergerak di bumi, masing-masing menurut jenisnya, keluarlah juga dari bahtera itu. 


20.  Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN;  dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran  di atas mezbah itu. 


21. Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum  itu, berfirmanlah TUHAN dalam hati-Nya: "Aku takkan mengutuk bumi  ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. 


22. Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti  musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam."


Saudara/i yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus... 

Mungkin kita masih ingat, salah satu penggalan lirik lagu yang dilantunkan oleh Ebiet G. Ade yang mengatakan,  “Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita, coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang”. Ini hendak menggambarkan bagaimana peristiwa bencana terjadi di bumi yang kita diami saat ini, akibat tingkah laku manusia yang terus berbuat dosa, yang dengan segala usaha mengeruk keuntungan, menghalalkan segala cara, tanpa memikirkan akibat buruk yang dapat terjadi dalam hubungan dengan alam atau sesama ciptaan.  Manusia tidak menghormati ciptaan lain.


Itu juga yang terjadi di jaman .... Akhirnya Tuhan  menginjinkan bencana terjadi untuk menghukum atau mengingatkan manusia atas ketidak peduliannya terhadap ciptaan lainnya. 


Kisah ‘Air bah’ adalah bukti Allah tidak membiarkan manusia terus ada dalam kecenderungan berbuat kejahatan, dan menjalani hidup yang rusak dan perbuatan yang telah melampaui batas-batas tatanan yang diciptakan Allah. 


Kalau kita baca Kej.6, kita memperoleh informasi bahwa Allah memutuskan untuk menghapuskan makhluk hidup yang diciptakan-Nya di bumi, kecuali Nuh karena dalam pandangan Allah, ia hidup bergaul dengan Allah, seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya. Sehingga Nuh mendapatkan kemurahan hati dan belas kasih Allah. 


Bahkan karena Nuh, isteri, 3 orang anaknya, 3 anak mantunya serta sejumlah jenis burung, hewan juga binatang melata diluputkan dari pemusnahan yang direncanakan Allah dengan petunjuk-Nya sendiri membuat sebuah bahtera agar nantinya memulai sebuah kehidupan yang baru, usai peristiwa ‘Air bah’ yang atas kuasa Allah terjadi.


Jadi kalau kita melihat kesatuan kisah mulai dari Kej 6-8,   kita akan semakin mengenal siapa Allah itu dalam kehidupan ini. Dia, Allah Pencipta yang memegang kendali penuh atas apa yang dapat terjadi kepada ciptaan-Nya.  Dia Allah yang kudus, yang membenci dosa. Manusia yang berdosa tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri sekalipun hidup dalam kesalehan atau berbuat berbagai kebaikan. Akibat kejatuhan manusia menjadi pendosa hingga kecenderungan melakukan apa yang jahat pasti adalah kebinasaan. 


Tetapi syukur kepada Allah di dalam Yesus Kristus, yang mengasihi manusia dan tidak mau manusia binasa. Ia telah datang ke dunia, menderita, disalibkan, mati menyerahkan nyawa-Nya untuk menanggung hukuman dosa kita, dan kemudian bangkit menang mengalahkan kuasa dosa. Jadi keselamatan semata-mata adalah anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Itu hal pertama yang bisa kita lihat melalui nats ini.


Yang kedua, kita belajar iman yang pasti berbuah pada ketaatan. Nuh yang taat mulai dari melakukan perintah Tuhan, yang dianggap bodoh/ tidak masuk akal bagi orang lain. Ketika itu, Nuh telah berusia 500 tahun dan bahtera itu selesai ketika Nuh berusia sekitar 600 tahun. Itu artinya, lebih kurang 100 tahun Nuh mengerjakan bahtera itu. 


Dan sesudah pembuatan bahtera selesai dikerjakan oleh Nuh,  7 hari sebelum ‘Air bah’ terjadi, Nuh bersama dengan keluarganya diperintahkan untuk menaiki bahtera tersebut. Belum tau apakah Air Bah akan benar-benar terjadi, tetapi Nuh tidak membantah, dia malah langsung menuruti. 


Dan ketika ia sudah tahu bahwa bumi sudah kering dengan tanda yang dapat diketahui dengan burung yang dilepas usai ‘Air bah’, namun ia tidak mengambil keputusan sendiri untuk keluar dari bahtera, tetapi Nuh baru keluar dari bahtera itu, setelah Tuhan menyuruhnya keluar (ay 15-18). Kenapa hal ini Nuh lakukan, karena dia beriman, dia percaya pada perintah Tuhan dan dia mentaatinya.


Yang ketiga, iman akan kasih karunia Allah yang menyelamatkan, selalu melahirkan ucapan syukur dan kerelaan untuk mempersembahkan apapun yang terbaik.


Saudara /i... kalau hal ini kita kaitkan dengan tema minggu hari ini, yang oleh HKBP dijadikan sebagai Minggu Ekologi, maka kita bisa mengambil satu kesimpulan bahwa salah satu tanda atau bukti orang yang diselamatkan oleh Yesus Kristus ini akan nyata melalui keseriusannnya untuk menjaga dan melaksanakan perintah Tuhan untuk melestarikan Alam dan Makhluk Ciptaan Demi Masa Depan. 


Karena melalui nats ini, akhirnya kita dapat memahami maksud Allah, ketika tidak semua makhluk ciptaan-Nya dimusnahkan. Allah memberikan petunjuk kepada Nuh supaya membawa masuk sejumlah makhluk ciptaan selain manusia, ini menandakan rencana masa depan yang Tuhan kehendaki untuk bertahan bukan manusia saja. Karena manusia dan alam diciptakan oleh Allah, menyatu dalam kehidupan saling bergantung. Tanpa alam, manusia tidak akan dapat hidup, sedangkan tanpa manusia, alam tidak ada yang merawatnya. Alam mengajarkan manusia bagaimana mengelolanya agar bisa hidup dan mempertahankan hidup.


Dan Nuh menjadi simbol orang Kristen hari ini, yang semoga mau dipakai Allah untuk mengeksplorasi (mengenali, memaksimalkan dan mengembangkan potensi alam) bukan malah mengeksploitasi (menggunakan) secara membabi buta alam yang di dalamnya juga ciptaan yang lain, untuk dapat dijaga, dipelihara, diperhatikan dan dilestarikan. 

Kalau Nuh bisa dipakai Allah, maka kita pun juga pasti bisa menjadi perpanjangan tangan Allah. 


Jangan sampai manusia menjadi monster di dalam dunia.  Sebab kerusakan lingkungan hidup terjadi sebagai ulah akibat tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab dalam mengeruk sumber daya yang terkandung di alam. Dan jika proses perusakan unsur-unsur lingkungan hidup tersebut terus-menerus dibiarkan berlangsung, maka kualitas lingkungan hidup akan semakin menurun. Ujung-ujungnya manusia juga yang akan merasakan dampak buruknya. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian. Jangan menunggu bencana alam, bencana kelaparan terjadi, baru kita sadar untuk melestarikan alam dan lingkungan kita.

Oleh karena itu, usaha seluruh warga HKBP melestarikan alam dan makhluk ciptaan untuk masa depan, semoga bukan hanya sekedar buah bibir atau slogan. Bukan sekedar khotbah dalam ibadah, tapi dibuktikan lewat tindakan konkrit, lewat aksi sebagai tindaklanjut gerakan melestarikan alam dan makhluk ciptaan Tuhan yang hidup. Hal ini tentu harus dimulai dari kesadaran diri sendiri, keluarga sendiri, hingga melibatkan lebih banyak orang.


Kalau Nuh dipakai Allah untuk melestarikan alam dan makhluk ciptaan Tuhan pada waktu itu, maka saat ini kitalah yang mau memberi diri dipakai untuk menjadi perpanjangan tangan Tuhan dalam melestarikan apa yang Tuhan kehendaki terus bertahan. Roh Kudus memampukan kita semua mengikuti petunjuk Firman-Nya. Terpujilah Tuhan. Amin


Doa Penutup: Kita berdoa! Terima kasih ya Tuhan atas FirmanMu yang kami dengar hari ini. Engkau memberi kami teladan melalui Nuh dan keluarganya. Kami diingatkan untuk terus menjaga iman kami, sehingga melaluinya kami boleh senantiasa taat kepadaMu saja. 


Kami bersyukur, kalau hari ini seluruh gerejaMu HKBP merayakan Minggu Ekologi sebagai tanda keseriusan kami untuk memelihara seluruh ciptaanmu. Kami sungguh bersyukur atas ciptaanMu, alam semesta dn seluruh seisinya, sebagai tempat dan pendukung hidup kami. Berikanlah kami kekuatan, agar kami mampu menjaga dan melestarikannya sesuai dengan rencana penciptaanMu, sebagai wujud pertobatan kami. Berikan juga kami kekuatan, agar kami tidak hanya menyalahkan orang lain yang telah menghabiskan sumber daya alam dan merusak lingkungan hidup kami. Tetapi biarlah kami sendiri berperilaku peduli terhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup.


Berkati mereka, yang telah dan sedang berupaya dengan sepenuh hati, memotivasi umatMu agar menyadari dan menghargai karya-Mu, dan merawat lingkungan ini dengan baik, yang kami mulai dari keluarga kami masing-masing, agar lingkungan kami tetap lestari dan bermanfaat bagi kehidupan kami. Kami memohon ini, atas nama Yesus Kristus, Putra-Mu. Amin.





Pustaka Digital