Renungan Harian HKBP | 11 Agustus 2024

EPISTEL


HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS

(Ep. Mazmur 34 : 1 – 8)

“Dalam Perlindungan Tuhan.”

[1]  Dari Daud, pada waktu ia pura-pura tidak waras pikirannya di depan Abimelekh, sehingga ia diusir, lalu pergi.

[2]  Aku hendak memuji Tuhan pada segala waktu; puji-pujian kepada-Nya tetap di dalam mulutku.

[3]  Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita.

[4]  Muliakanlah Tuhan bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyurkan nama-Nya!

[5]  Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.

[6]  Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri, dan tidak akan malu tersipu-sipu.

[7]  Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengar; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya.

[8]  Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang takut akan Dia, lalu meluputkan mereka.

Setiap orang pasti pernah merasa takut, sebab rasa takut adalah hal yang manusiawi. Penyebab rasa takut tentu berbeda-beda; ada yang takut pada waktu gelap, takut ketika berada di ketinggian, takut ketika naik pesawat terbang, takut kalau tidak lulus ujian, dll. Daud juga pernah diliputi rasa takut, terutama ketika dia diburu oleh raja Saul dan hendak dibunuh.  Ketika dalam pelarian ia tiba di sebuah tempat bernama Gat, ternyata ia dikenal oleh orang-orang yang ada di sana, terutama Abimelekh. Karena ia takut dilaporkan kepada Saul, sehingga ia pura-pura tidak waras pikirannya (ay 1).  Sebenarnya tindakan Daud tersebut tidak tepat, karena ia sebenarnya bertindak bodoh (baca: 1 Sam 21:10-15; Mzm 56). 

Dalam Alkitab kepada setiap kita diajarkan apabila kita merasa takut, terutama ketika ada orang yang bermaksud melakukan sesuatu yang jahat kepada kita, maka kita harus meminta pertolongan hanya kepada Tuhan. Seperti halnya yang dikatakan dalam Mzm 50:15 “Berserulah kepadaKu pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku” (bnd: Mzm 77:3;  Mzm 121:2; Mat 11:28; 1 Pet 5:7; dll). Sudah banyak anak-anak Tuhan (orang yang percaya) yang membuktikan, ketika mereka datang meminta pertolongan kepada Tuhan, mereka merasakan jalan keluar. Seperti halnya Tuhan mendengarkan seruan minta tolong dari bangsa Israel ketika diperbudak di Mesir (Kel 2:23-25), dan Tuhan mengutus Musa untuk membebaskan mereka; demikianlah pula Tuhan dapat melakukan hal yang sama dalam kehidupan kita di masa kini.  

Pada akhirnya Tuhan menolong Daud atas pergumulan atau penderitaan yang sedang dia hadapi. Apakah yang dilakukan Daud sesudah ia merasakan pertolongan Tuhan? Mazmur ini menjelaskan puji-pujian dari Daud kepada Tuhan untuk suatu kelepasan ajaib dari kesulitan besar. Sehingga pujian Daud ini juga sekaligus merupakan ungkapan syukur atas berkat dan pertolongan Tuhan. Di ayat 9 dari Mazmur 34 ini Daud mengatakan: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya.”Melalui pernyataan ini Daud hendak mengungkapkan, Tuhan itu baik bukan hanya kepadanya, tetapi juga kepada semua orang. Sekaligus mau mengajak, agar orang-orang juga mau percaya kepada Tuhan, meyakini dan mempercayai pertolongan Tuhan dan menjadi orang yang takut serta setia kepada Tuhan. “Takutlah akan Tuhan,  hai orang-orang-Nya yang kudus, sebab tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia!” (ayat 10). Itu sebabnya pe-Mazmur, dalam hal ini Daud, mengajak semua orang untuk mengucap syukur kepada Tuhan, karena pada dasarnya setiap orang merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya.

Apa yang dialami oleh Daud (kesaksian Daud ini) dapat memberikan semangat kepada semua orang percaya yang tertindas untuk percaya bahwa mereka juga dapat mengalami kebaikan Tuhan. Bila berkat dan pertolongan Tuhan sudah kita terima dan rasakan tentu kita harus senantiasa memuji Tuhan, di segala waktu (ay 2). Dalam 1 Tes 5:18, Rasul Paulus mengatakan: “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu” (bnd: Mzm 107:1). Kebaikan Tuhan tidak sebatas harta benda, keturunan, pangkat atau jabatan; sebagaimana tiga hal yang menjadi cita-cita mendasar orang Batak: (i) Hamoraon (kekayaan); (ii) Hagabeon (memiliki banyak keturunan); (iii) Hasangapon (terhormat, karena memiliki jabatan, pangkat, termasuk gelar kesarjanaan yang disandang). 

Yang menjadi pertanyaan: Apa saja kebaikan Tuhan dalam hidupmu? Tentulah sangat banyak, sehingga tidak seorang pun akan mampu menghitung berapa banyak kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Dari sekian banyak kebaikan Tuhan dalam hidup kita, beberapa di antaranya: nafas kehidupan (kita terima secara gratis dan tidak kita beli dengan uang), kesehatan, kekuatan dan kemampuan kita untuk bekerja, pekerjaan kita yang beranekaragam itu, juga merupakan kebaikan Tuhan. Harta benda yang kita miliki, keberhasilan (dalam pendidikan, pekerjaan, usaha atau bisnis, pertanian, peternakan, dan lain-lain), juga merupakan kebaikan Tuhan. Bimbingan dan pemeliharaan Tuhan atas kehidupan kita, juga merupakan kebaikan Tuhan. 

Perikop ini mengingatkan kita, apabila kita menerima, merasakandan menikmati kebaikan Tuhan dalam hidup kita, maka tugas dan tanggungjawab kita sebagai orang beriman adalah mengucap syukur(Mzm.107:1) dan memuji Tuhan (Mzm.107:2). Dengan kesediaan kita mengucap syukur dan memuji Tuhan, itu artinya kita mengakui kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Orang yang mau dan bersedia mengucap syukur dan memuji Tuhan akan membuatnya menjadi orang yang mau melayani Tuhan dan sesama, berusaha hidup seturut dengan kehendak Tuhan, hidup dalam kekudusan, menjadi orang yang takut dan setia kepada Tuhan. Itulah orang yang menghayati dan melihat betapa baiknya Tuhan dalam hidupnya. Untuk itu saudara-saudara,…marilah kita memuliakan Tuhan melalui pengucapan syukur kita, serta melalui seluruh kebenaran hidup kita, bahkan melalui usaha dan pekerjaan kita. Amin!


EVANGELIUM 


HIDUP BARU DALAM KASIH KRISTUS

(Ev. Efesus 4 : 25 – 32)

 

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin!  

[25]  Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota.

[26]  Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah mata hari terbenam, sebelum padam amarahmu

[27]  dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis.

[28]  Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

[29]  Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.

[30]  Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.

[31]  Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.

[32]  Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.

Jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,…! Sebagaimana ajaran agama pada umumnya, ada hal-hal yang harus dilakukan (dianjurkan/anjuran) dan ada hal-hal yang tidak boleh dilakukan (dilarangan/larangan). Demikian juga dalam agama Kristen, ada hal-hal yang harus dilakukan, yaitu hal-hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan, yang menyangkut hal-hal yang baik. Namun di sisi lain, ada hal yang tidak dapat dilakukan, dilarang, karena dianggap bertentangan dengan kehendak Tuhan. Demikianlah nasehat Rasul Paulus dalam perikop ini, yang pada awalnya ditujukan kepada anggota jemaat di Efesus; dan pada hari ini ditujukan kepada kita orang Kristen pada masa kini, khususnya anggota jemaat HKBP.

Jemaat Efesus yang menjadi tujuan dari nasehat Rasul Paulus ini, bukanlah jemaat yang mengenal Kristus sejak mereka lahir. Setelah diinjili dan belajar mengenal Kristus, Paulus mengingatkan agar mereka menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (selengkapnya dapat kita baca ayat 20 – 24 dari kitab Efesus padal 4 ini). Seperti seseorang yang menanggalkan pakaiannya yang lama yang tidak lagi berguna karena sudah usang atau buruk dan mengenakan pakaian yang baru. Agar kita dapat lebih memahami perikop hari ini, sebaiknya kita membacanya satu perikop, mulai ayat 17 – 32, yang dalam Alkitab terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diberi judul: “Manusia Baru.”

Yang dimaksud dengan manusia lama, yaitu perilaku hidup di dalam dosa, yang terjadi sebelum mereka mengenal Kristus, yaitu perilaku di dalam kejahatan dan hawa nafsu duniawi. Hal-hal itu yang harus dibuang dari kehidupan mereka pada waktu itu, di masa lampau, ketika Paulus menuliskan suratnya ini kepada mereka. Pola hidup lama adalah corak hidup di dalam kekafiran dalam dunia Yunani – Romawi, yang ditandai dengan penyembahan berhala dan perbuatan-perbuatan dosa dan kejahatan yang menimbukan keonaran di masyarakat, seperti: pelacuran, penindasan, perbudakan, dan lain sebagainya. Itulah yang dimaksudkan Paulus dengan apa yang tertulis di ayat 17 “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia.”

Rasul Paulus tidak hanya menunjuk kepada pola hidup lama, tetapi juga menunjuk kepada pola hidup yang baru, yaitu perilaku hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang Kristen. Kebalikan dari pola hidup lama adalah pola hidup manusia baru yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang yang telah belajar mengenal Kristus, orang-orang yang sudah menjadi murid Kristus. Tanda dari orang yang telah mengenal Kristus adalah: menerima pengajaran Yesus dan melalui pertolongan Roh Kudus dapat melakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Maksud dan tujuannya, agar hidup orang Kristen itu jangan menjadi batu sandungan bagi orang lain; tetapi sebaliknya, kehidupan orang Kristen harus menjadi berkat bagi orang lain. Dalam hal ini, kita tidak mungkin dapat melakukan hal yang baik dengan mengandalkan kemampuan diri sendiri. Tetapi, kita dapat melakukan hal yang baik hanya melalui pertolongan Tuhan melalui Roh-Nya yang Kudus itu.

Saat ini, perikop ini ditujukan kepada kita orang Kristen yang hidup di masa kini. Walaupun situasi dan kondisi kita berbeda dengan jemaat Efesus; kalau jemaat di Efesus  bukan jemaat yang telah mengenal Kristus sejak mereka lahir. Kita sebagai warga Kristen di masa kini, justru telah menjadi Kristen sejak kita lahir. Walaupun kita menjadi Kristen sejak lahir, ada saja di antara orang Kristen yang justru hidup di dalam dosa, di dalam hawa nafsu duniawi dan kejahatan. Sehingga nats khotbah hari ini juga relevan dengan kehidupan orang Kristen di masa kini. Kita harus jujur mengakui, ada saja orang Kristen yang harus mendekam di dalam penjara karena melakukan dosa dan kejahatan, seperti: mencuri, merampok, membunuh, terlibat kasus korupsi, dan lain-lain. Ada hal-hal yang harus dibuang dari kehidupan orang Kristen, yaitu perilaku-perilaku buruk yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. 

Jemaat yang dikasihi Tuhan kita Yesus Kristus,…! Perilaku-perilaku buruk yang harus dibuang itu dengan jelas disebutkan Rasul Paulus dalam perikop ini.

1. Buanglah dusta (ayat 25). Kalau seseorang sering berdusta, itu sebagai pertanda bahwa orang tersebut acuh atau mengabaikan kebenaran. Sehingga dusta itu harus dibuang dari kehidupan orang Kristen. 

2. Apabila kita marah jangan sampai berbuat dosa (ayat 26). Marah adalah salah satu sifat manusia. Hampir semua orang pernah marah. Ada juga baiknya seseorang marah terhadap sesuatu hal yang tidak benar, dengan maksud untuk menyadarkan. Yang perlu dibuang dalam hal ini adalah watak yang buruk dan sifat pemarah tidak dapat dipertahankan.

3. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi (ayat 28). Biasanya orang yang melakukan pencurian adalah orang yang malas bekerja, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ia harus mencuri. Mencuri itu bertentangan dengan isi Hukum Taurat sehingga harus dihindari, dibuang, dijauhkan. Justru Paulus menasehatkan supaya seorang Kristen bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri. Dengan bekerja keras, seseorang akan mendapatkan rejeki. Kalau seseorang sudah mendapatkan rejeki dari hasil kerja kerasnya, diharapkan ia menjadi berkat bagi orang lain. Itu sebabnya di ayat 28 Paulus selanjutnya mengatakan: “…,supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang-orang yang berkekurangan.” Di 2 Tesalonika 3:10.c Paulus mengingatkan: “Jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.”

4. Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun (ayat 29).Orang Kristen diharapkan mengucapkan hal-hal yang baik, hal-hal yang membangun dan menolong sesamanya manusia.

5. Selanjutnya di ayat 31 Paulus mengatakan: “Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”

Saudara-saudara,…! Hanya melalui persekutuan dengan Tuhan kita dapat melakukan hal-hal yang seturut dengan kehendak Tuhan dan menjauhkan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Amin!

 

Doa Penutup: Segala puji dan syukur bagi-Mu Bapa di dalam sorga, atas berkat dan anugerah-Mu dalam hidup kami. Kami bersyukur untuk kesehatan dan nafas kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kami. Terimakasih Tuhan atas kebutuhan hidup kami, yang senantiasa Tuhan cukupkan. Kami juga berterimakasih atas FirmanMu yang telah menyapa kami pada pagi hari ini. Beri kami kemampuan untuk melakukan kehendakMu di dalam kehidupan kami sehari-hari. Terutama agar kami mampu dan dapat hidup seturut dengan kehendak-Mu, dan juga kami dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Mu. Kami sungguh menyadari, bahwa kami tidak mungkin dapat hidup seturut dengan kehendak-Mu kalau hanya mengandalkan kemampuan kami sendiri. Dengan pertolongan Roh Kudus-Mu kami akan mampu dan dapat hidup seturut dengan kehendak-Mu. 

Berkati dan lindungilah kami pada hari ini dalam segala kegiatan dan aktivitas kami. Beri kami kesehatan, umur yang panjang, berikan kebutuhan hidup kami sehari-hari. Jika kami sudah menerima dan merasakan berkat-Mu, ingatkan dan ajarkan kami untuk senantiasa mengucap syukur kepada-Mu. Berkati sanak saudara dan keluarga kami, di manapun mereka berada, agar kiranya Tuhan menjaga dan memberkati mereka. Di atas segala permohonan kami, hapuskan segala dosa dan kesalahan yang kami perbuat, agar kami layak di hadapan-Mu. Dalam nama Anak-Mu, Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.  


Pdt. Manaris R. E. Simatupang, M.Th- Bendahara Umum HKBP

Pustaka Digital