Renungan Harian HKBP | 14 Oktober 2024

 

Doa Pembuka: Puji dan syukur kami sampaikan ke hadiratMu ya Tuhan Allah, atas penyertaan dan perlindunganMu bagi kami dari malam hingga pagi hari ini. Sejenak kami akan mendengarkan firmanMu, kiranya Roh Kudus menerangi hati dan pikiran kami agar dapat menerima dan memahami firmanMu. Dalam Kristus Yesus kami berdoa. Amin.

 

Renungan

 

KUASA ALLAH MENGATASI SEGALA KUASA DI DUNIA INI

Nas:Daniel 4 : 32

”Engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!”

 

Ibu, Bapak, Saudara-saudari pembaca dan pendengar renungan harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Pernahkah kita merasakan penderitaan, kesusahan hingga pada taraf kehinaan yang membuat kita merasa malu dan tak berdaya menghadapi pandangan sinis maupun cemoohan dari sesama kita? Mungkin sebagian besar dari kita belum pernah merasakannya namun barangkali ada juga yang pernah mengalaminya. Ketika kita berada pada situasi hina dan memalukan seperti itu, mungkin kita merasakan bahwa taraf kehidupan dan harga diri kita telah jatuh hingga pada titik nol atau bahkan lebih rendah dari titik itu. Ketika kita berada dalam situasi demikian, tindakan apakah yang dapat kita lakukan? Apakah kita tetap berharap dan bersandar pada kuasa pertolongan dari Tuhan?  

 

Ibu, Bapak, Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Renungan hari ini menceritakan tentang kesaksian seorang raja yang belum mengenal Tuhan, yaitu raja Nebukadnezar, yang mengungkapkan kesaksianNya tentang kuasa Tuhan. Kesaksian raja itu dikirimkan melalui sepucuk surat yang ditujukan kepada dan dibacakan di hadapan seluruh rakyat yang berada di wilayah kerajaan Babel pada waktu itu (ay. 1). Dalam suratnya, raja Nebukadnezar menceritakan tentang mimpi yang sangat menggelisahkan hatinya lalu sang raja mengumpulkan orang-orang berilmu, ahli jampi, para Kasdim dan ahli nujum; namun tak satupun dari mereka dapat memberitahukan makna mimpi sang raja (ay. 7). Apakah gerangan mimpi raja Nebukadnezar itu? Dalam kitab Daniel pasal 4 ayat 10-17 diberitahukan tentang mimpi raja Nebukadnezar, yang intinya adalah penglihatan terhadap sebatang pohon yang sangat tinggi, bertambah besar dan kuat dan tingginya sampai ke langit. Daun-daunnya indah, buahnya berlimpah-limpah, padanya ada makanan bagi semua yang hidup; di bawahnya binatang-binatang di padang mencari tempat bernaung dan di dahan-dahannya bersarang burung-burung di udara, dan segala makhluk mendapat makanan dari padanya. Setelah itu, tampak seorang penjaga, seorang kudus, turun dari langit; ia berseru dengan nyaring, katanya: Tebanglah pohon itu dan potonglah dahan-dahannya, gugurkanlah daun-daunnya dan hamburkanlah buah-buahnya! Biarlah binatang-binatang lari dari bawahnya dan burung-burung dari dahan-dahannya! Tetapi biarkanlah tunggulnya tinggal di dalam tanah, terikat dengan rantai dari besi dan tembaga, di rumput muda di padang; biarlah ia dibasahi dengan embun dari langit dan bersama-sama dengan binatang-binatang mendapat bagiannya dari rumput di bumi! Biarlah hati manusianya berubah dan diberikan kepadanya hati binatang. Demikianlah berlaku atasnya sampai tujuh masa berlalu. Adapun tujuan Titah ini adalah supaya orang-orang yang hidup tahu, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, bahkan orang yang paling kecil sekalipun dapat diangkat-Nya untuk kedudukan itu. Demikianlah isi mimpi raja Nebukadnezar. Lalu raja menceritakan mimpinya kepada Daniel, yang juga dinamai Beltsazar, untuk memberitahukan makna mimpi tersebut. Setelah mendengarkan uraian mimpi sang raja, maka Daniel menerangkan makna mimpi tersebut, sebagaimana tertulis dalam ayat 20-27. Maknanya adalah tentang diri raja Nebukadnezar yang bertambah besar dan kuat, dan yang kekuasaannya sampai ke ujung bumi. Namun yang terjadi selanjutnya adalah: raja Nebukadnezar akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalnya akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepada raja akan diberikan makanan rumput, seperti kepada lembu, dan raja akan dibasahi dengan embun dari langit; dan demikianlah akan berlaku atas sang raja sampai tujuh masa berlalu, hingga dia mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya (ay. 25).

 

Selanjutnya, apa yang dilihat raja melalui mimpinya dan makna dari mimpi sang raja yang dijelaskan oleh Daniel, tiba menjadi kenyataan. Setelah lewat dua belas bulan, ketika Nebukadnezar sedang berjalan-jalan di atas istana raja di Babel, suatu suara terdengar di langit yang berkata: “Kepadamu dinyatakan, ya raja Nebukadnezar, bahwa kerajaan telah beralih dari padamu; engkau akan dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalmu akan ada di antara binatang-binatang di padang; kepadamu akan diberikan makanan rumput seperti kepada lembu; dan demikianlah akan berlaku atasmu sampai tujuh masa berlalu, hingga engkau mengakui, bahwa Yang Mahatinggi berkuasa atas kerajaan manusia dan memberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya!”. Suara perkataan dari langit yang didengar oleh raja Nebukadnezar, itulah yang menjadi nas renungan bagi kita pada hari ini. Dalam penjelasan pada ayat selanjutnya, ayat 33, dikatakan, pada saat itu juga terlaksanalah perkataan itu atas Nebukadnezar. Ia dihalau dari antara manusia dan makan rumput seperti lembu, dan tubuhnya basah oleh embun dari langit, sampai rambutnya menjadi panjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung.

 

Dari keadaan ini kita melihat perubahan yang sangat besar telah terjadi dalam diri raja Nebukadnezar. Sang raja yang tadinya memiliki jabatan dan kuasa yang begitu besar namun kini kuasa kerajaan itu telah beralih dari tangannya. Bukan hanya itu saja, sang raja kini dihalau dari antara manusia dan tempat tinggalnya berada di padang rumput dan makanannya adalah rumput, sama seperti seekor lembu yang memakan rumput. Tubuhnya basah oleh embun dari langit, rambutnya tidak terurus sehingga memanjang seperti bulu burung rajawali dan kukunya seperti kuku burung. Sungguh, keadaaan raja Nebukadnezar sangat memperihatinkan, mengalami kehinaan yang luar biasa bahkan keadaanya telah sama seperti keadaan para binatang. Pertanyaannya apakah kisah tentang mimpi raja Nebukadnezar dan kenyataan mimpinya hanya sebatas pada peristiwa ini? Ternyata tidak! Dalam penderitaan dan keadaannya yang sangat hina tersebut, raja Nebukadnezar memperoleh kembali akal budinya, setelah lewat tujuh tahun lamanya. Di ayat 34 raja mengungkapkan pengakuan yang luar biasa dengan berkata: “Lalu aku memuji Yang Mahatinggi dan membesarkan dan memuliakan Yang Hidup kekal itu, karena kekuasaan-Nya ialah kekuasaan yang kekal dan kerajaan-Nya turun-temurun”. Sungguh sebuah pengakuan yang sangat luar biasa yang diucapkan oleh raja Nebukadnezar yang belum mengenal Allah pada waktu itu, namun dari mulutnya keluar sebuah pengakuan yang memuji, membesarkan dan memuliakan Allah karena kekuasaanNya yang kekal dan kerajaanNya turun-temurun. Bukan hanya itu saja. Setelah melewati penderitaana dan keadaannya yang sangat hina itu dan setelah pengakuan yang memuji, membesarkan dan memuliakan kuasa Allah yang kekal, maka Nebukadnezar menerima kembali kebesaran, kemuliaan dan kemasyhuran kerajaannya. Para menteri dan para pembesar kerajaannya menjemputnya kembali dan sang raja dikembalikan kepada kerajaannya bahkan kemuliaan yang lebih besar daripada yang sebelumnya (ay. 36).

 

Ibu, Bapak, Saudara-saudari pembaca dan pendengar renungan harian Marturia HKBP yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus. Renungan hari ini mengajarkan kita tentang kemahakuasaan Allah yang merajai dan mengatasi segala kuasa yang ada di dunia ini. Raja Nebukadnezar, raja Babel yang belum mengenal Tuhan Allah, memperoleh makna dari mimpinya sebagaimana yang dijelaskan oleh Daniel kepadanya, bahwa dia akan mengalami penderitaan dan kehinaan yang luar biasa, yang tak pernah terpikirkan oleh sang raja sebelumnya. Namun setelah melewati penderitaan dan kehinaan itu, Allah mengaruniakan kembali akal budi kepadanya dan pada saat itulah sang raja mengakui dan memuji kebesaran kuasa Allah, yang mengatasi segala sesuatu yang ada di muka bumi ini. Raja Nebukadnezar memperoleh kembali takhta dan kemasyhuran kerajaannya. Pada akhirnya kembali dia memuji, meninggikan dan memuliakan Raja Sorga yang segala perbuatanNya adalah benar dan adil serta yang sanggup merendahkan mereka yang berlaku congkak (lih. ay. 37). Kisah yang dramatis ini menjadi perenungan mendalam bagi kita tentang pengakuan seorang raja asing akan kuasa Allah, Raja Sorga, Raja yang Mahatinggi, yang pada akhirnya mendatangkan pemulihan, kesejahteraan dan keberhasilan bagi sang raja itu. Bagaimana dengan kehidupan rohani kita? Apakah pengakuan akan kebesaran, keagungan dan kemuliaan kuasa Allah itu memenuhi segenap hati, pikiran dan setiap gerak langkah kehidupan keseharian kita sebagai orang percaya? Untuk menjawab pertanyaan ini baiklah kita memerikasa hati, pikiran dan iman kita masing-masing serta mewujudkan iman itu melalui tindakan nyata yang senantiasa mengakui kuasa Allah dalam segenap perjalanan kehidupan kita, kapanpun, di manapun dan melalui setiap pekerjaan yang seturut kehendak Tuhan Allah.

 

Pertanyaan selanjutnya adalah: Apakah kita juga mengakui bahwa kuasa Allah Mahatinggi itu juga berkuasa atas segala kuasa, kerajaan, pemerintahan dan penguasa yang ada di dunia ini? Tentunya kita mengakui kuasa Allah di atas segala kuasa di dunia ini sebab Dia adalah Raja di atas segala raja dan kerajaanNya kekal selama-lamanya. Acapkali kita menyaksikan dalam perjalanan sejarah manusia di dunia ini, bahwa kerajaan-kerajaan besar pernah berjaya dan ada masanya digantikan oleh kerajaan lain yang lebih digdaya, para raja dan pemimpin dunia ini naik bertakhta silih berganti memerintah di berbagai wilayah di dunia. Banyak orang berebut menaiki takhta dengan hebatnya, bahkan melalui berbagai jalan tipu muslihat, pengkhianatan, kekerasan, dan juga peperangan dalam memperebutkan berbagai kuasa, pengaruh maupun jabatan sebagai pemimpin, raja maupun penguasa wilayah. Tak jarang orang memperebutkan kuasa itu dengan menghalalkan segala cara dan bahkan mengorbankan harta benda dan nyawa sesamanya. Tentulah perbuatan kejahatan yang demikian tidak dikehendaki Allah. Melalui berbagai cara dan peristiwa Allah menunjukkan bahwa kuasa Allah mengatasi segala kuasa yang ada di dunia ini dan segala kuasa yang ada pada manusia itu berasal dari kuasa Allah. Allah berkenan memberikan kuasa kepada para pemimpin di segala aras dan di setiap tingkatan untuk memerintah dan melayani sesamanya sehingga mendatangkan keamanan, kesejahteraan, keadilan dan damai sejahtera bagi segenap rakyat yang dipimpinnya. Hal inilah yang digemakan kembali oleh Paulus dalam Roma 13:1, dikatakan: ”Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”. Oleh karena kuasa yang ada pada para pemimpin itu seluruhnya berasal dari Allah maka para pemimpin itu harus melaksanakan tugasnya untuk melayani dan mensejahterakan rakyat yang dipimpinnya dengan prinsip takut akan Allah dan melakukan kebenaran serta keadilan yang berasal dari Allah.

 

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kembali tentang kuasa Tuhan Allah yang mengatasi segala kuasa yang ada di dunia ini serta Dia berkenan memberikan kuasa kepemimpinan kepada para pemimpin untuk mendatangkan kesejahteraan, kedamaian dan sukacita bagi setiap orang yang dipimpinnya. Khususnya dalam konteks negara kita Indonesia marilah kita tetap mendoakan para pemimpin kita dari tingkat tertinggi hingga terendah, agar mereka melaksanakan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya dengan sebaik-baiknya berlandaskan prinsip takut akan Tuhan dan senantiasa melakukan kehendak Tuhan. Khususnya dalam melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada) dalam waktu dekat ini, marilah kita melaksanakan hak demokrasi kita dengan memilih para pemimpin yang berintegritas, memiliki kapasitas kepemimpinan yang mumpuni, jejak rekam pekerjaan dan kehidupan yang baik dan terpuji serta senantiasa menghayati prinsip takut akan Tuhan. Dengan demikian kita mengharapkan kuasa yang diberikan Allah kepada para pemimpin kita benar-benar dipakai untuk melayani Allah dan melayani sesamanya dengan sepenuh hati sebab itulah yang dikehendaki Tuhan. Tuhan senantiasa memberikan kuasa atas para pemimpin yang dikehendakiNya, untuk mewujudkan kehendakNya dalam kehidupan kita umat yang dikasihiNya. Percayalah senantiasa pada kuasa Tuhan Allah, sembari kita mendoakan para pemimpin dan calon pemimpin kita, agar kehendak Tuhan dinyatakan dalam setiap sendi kehidupan kita demi kemuliaan namaNya. Amin.

 

Doa Penutup: Ya Tuhan Allah Bapa kami, terima kasih atas sapaan firmanMu hari ini, yang telah mengingatkan kami untuk senantiasa berharap dan bersandar pada kuasa kasih dan penyertaan Tuhan yang memimpin perjalanan kehidupan kami setiap saat. FirmanMu telah mengingatkan kami tentang kuasa Tuhan yang mengatasi segala kuasa di dunia ini dan Engkau berkenan memberikan kuasa itu kepada setiap orang yang Engkau kehendaki. Kami mendoakan para pemimpin dan demikian juga para calon pemimpin kami agar Engkau memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada mereka agar dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab kepemimpinannya dengan sepenuh hati dan termotivasi memberikan pelayanan yang terbaik melalui kepemimpinannya. Kiranya prinsip takut akan Engkau senantiasa menjadi landasan utama yang memotivasi para pemimpin kami sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan, keamanan, kebenaran dan keadilan sebagaimana yang Engkau kehendaki. Biarlah setiap langkah kehidupan kami juga senantiasa untuk memuji, membesarkan dan memuliakan nama Tuhan. Dalam Kristus Yesus, Tuhan Juruselamat dan Penolong kami, dengarlah doa permohonan kami. Amin.

 

Pdt. Herwin P. Simarmata, M. Th- Kepala Biro Kategorial Ama dan Lansia Kantor Pusat HKBP, Pearaja-Tarutung 

 

Pustaka Digital