Ephorus HKBP Tahbiskan 36 Orang Pelayan HKBP


Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing menahbiskan 36 Orang Pelayan yang bertempat di HKBP Pematang Terang Distrik XIV Tebing Tinggi Deli pada Minggu XV Setelah Trinitatis, 20/09/2020. Adapun 36 Orang Pelayan HKBP yang ditahbiskan tersebut diantaranya 20 Orang Calon Pendeta, 12 Orang Calon Guru Huria, 3 Orang Calon Bibelvrouw, dan 1 Orang Calon Diakones.

 

Pelayang yang ditahbis tersebut menjadi Pelayan Tuhan di Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) dengan melalui pendidikan teologi di masing – masing kampusnya, dan juga sudah melalui masa praktek pelayanan (LPP) selama tiga tahun.

 

Sekretaris Jenderal HKBP Pdt. David Farel Sibuea, M.Th, D.Min, bersama Tiga Kepala Departemen yaitu Kepala Departemen Koinonia HKBP Pdt. Dr. Martongo Sitinjak, Kepala Departemen Marturia HKBP Pdt. Dr. Anna Ch. Vera Pangaribuan,, dan Kepala Departemen Diakonia HKBP Pdt. Debora Purada Sinaga, M.Th turut mendampingi Ompui Ephorus HKBP melayani ibadah sejak awal hingga akhir, dan tampak juga para Pelayan Penuh Waktu HKBP yang turut hadir.

 

Bapak Juara W. Siahaan, SE selaku Ketua Panitia Penahbisan Pelayan HKBP memberikan kata sambutan dalam acara tersebut. Demikian juga dengan Pdt. Rinda Adriani Br. Panjaitan mewakili para pelayan yang baru menerima tahbisan, Ketua Rapat Pendeta (KRP) HKBP Pdt. Dr. Robinson Butarbutar yang mewakili Pelayan Tahbisan HKBP, dan Kepala Departemen Koinonia HKBP Pdt. Dr. Martongo Sitinjak yang mewakili Ompui Ephorus HKBP memberikan Bimbingan Pastoral.

 

Dari Pemerintah Daerah Kabupaten Serdang Bedagai juga turut hadir, Bupati Sergai Ir. H. Soekirman yang turut menyampaikan sambutan dengan video. Oleh karena masih dalam proses masa isolasi, Bupati Sergai mengutus Kepala Dinas Pendidikan Sergai Drs. Joni Walker Manik, MM. Selain itu, turut hadir juga Wakil Bupati Sergai H. Darma Wijaya beserta rombongannya, Anggota DPRD Sergai L. Pakpahan, dan juga Kapoles Sergai AKBP Robin Simatupang bersama rombongannya. Dalam kesempatan baik itu, Ompui Ephorus HKBP, Sekretaris Jenderal HKBP, Kepala Departemen Marturia HKBP, Kepala Departemen Diakonia HKBP, Praeses HKBP Distrik XIV Tebing Tinggi Deli Pdt. Pantun Silitonga, S.Th, M.Sc, Pendeta HKBP Ressort Pematang Terang Pdt. Wissel Siregar, dan Panitia menyerahkan cenderamata ulos kepada masing - masing tamu dari unsur Muspida Sergai tersebut, termasuk salam dan doa untuk Bupati Sergai.

 

Sejak awal hingga berakhirnya ibadah tersebut tampak rasa haru dan bahagia mewarnai acara tersebut khususnya dari para pelayan yang baru menerima tahbisan, juga seluruh orangtua maupun keluarga yang telah memberangkatkan anak/keluarganya untuk belajar dan menjadi Pelayan di HKBP. Tak kalah menariknya, tentu ini juga menjadi momentum yang berharga dan bersejarah bagi seluruh jemaat HKBP Pematang Terang yang turut menyaksikan secara langsung penahbisan para pelayan HKBP oleh Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing.

 

Dalam Ibadah Minggu sekaligus Penahbisan Pelayan tersebut, Ompui Ephorus HKBP Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing menyampaikan Firman dari Lukas 17: 26 - 37.

 

Bagaimana akhir kehidupan ini? Tuhan menyatakan kuasaNya melalui ciptaanNya. Ini menjadi inti dari perenungan Firman ini. Ini bukan direkayasa khusus untuk acara penahbisan hari ini, karena ayat – ayat ini sudah disusun sejak tahun 2019 lalu. Ini bukan pula kesalahan, bukan seolah – olah kita sudah tahu apa yang akan terjadi di dalam kehidupan kita. Ada beragam pemikiran agama – agama tentang akhir dunia ini, ada yang memahami di satu waktu nanti, semua orang akan meninggal dan akan ada kehidupan baru, dan ini bukan juga hanya dipahami sebagian orang Kristen saja. Kehidupan ini bukan berakhir begitu saja, tetapi ada kehidupan kekal nantinya. Mayoritas agama memahami demikian, bahwa hidup masa kini akan berakhir tetapi akan dilanjutkan dengan hidup masa depan. Itu sebabnya Tuhan selalu menyatakan kuasaNya melalui ciptaanNya termasuk para hambaNya yang diutus untuk melaksanakan tugas panggilannya, kata Ompui.

 


Lebih dalam Ompui mengatakan, bagi kita, kita selalu merindukan dan menantikan kehidupan kekal, bukan hanya kehidupan di dunia ini tetapi juga jelas seperti yang dikatakan Rasul Paulus “anggo holan di tano on hita manghirim di Kristus i, jolma na dumangol do hita sian saluhutna”. Kita bersyukur karena Yesus datang menebus kita semua. Inilah yang membuat kita memiliki pengharapan, menjamin kepastian lebih indah kehidupan yang kekal. Kita berjalan di dalam kehidupan sehari – hari tetapi kita harus tetap berpengharapan kepadaNya.

 

Kita berpengharapan supaya kita tidak jatuh ke dalam dosa, supaya tidak terjadi penyesalan, tetapi justru menjadi hidup yang bersyukur kepada Tuhan. Oleh karena itu, satu hal yang penting dalam merenungkan kehidupan ini, kita harus menjadi orang yang bersyukur kepada Tuhan dikarenakan anugerahNya. Bila itu tidak ada pada kita, maka kita hanya menjadi orang – orang yang hanya menantikan anugerah tetapi tidak tahu bersyukur kepada Tuhan. Ini akan membuat ada penyesalan dalam diri kita, sehingga kita seperti orang yang “luangan”. Luangan  ini bahasa batak, bisa kita pahami “sesuatu yang kita harapkan, hak kita, tetapi karena sesuatu hal itu tidak menjadi hak kita, kita tidak memperolehnya”. Ini menyakitkan bila terjadi pada kita, karena apa yang kita harapkan kian, apa yang sudah menjadi hak kita, tetapi dikarenakan sesuatu, akhirnya itu menjadi milik orang lain.

 

Bagi kita orang batak, kata “luangan” ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari – hari, misalnya ketika pembagian “jambar”. Jambar itu ukurannya kecil bahkan kadang – kadang lebih banyak tulangnya (holiholi), tetapi kalau itu seharusnya untuk kita dan kita tidak menerimanya, maka itu akan menyakitkan bagi kita. Jambar itu hak, bila sudah ditentukan untuk kita maka harus kita yang menerimanya, tetapi dikarenakan sesuatu hal maka orang lain yang menerima jambar itu. Itu sebabnya, kita harus hati – hati dan bijaksana dalam kehidupan ini. Dari dampak “luangan” itu maka kita bisa “tarhirim”.

 

Itu sebabnya Firman mengajak kita untuk melihat, merenungkan, dan secara bijaksana untuk bertindak dalam kehidupan sehari – hari. Bukan seperti hanya sekedar mengikuti kebiasaan saja “eme na masak digagat ursa, ia i na masa ima na diula”.

 

Di ayat 37 didok: “Jadi ninna nasida ma mangalusi Ibana, Didia ma i, Tuhan? Gabe didok ma tu nasida: ia disi bangke, laos tusi do marumbal angka lali!”

 

Jadi mampu melihat ada tanda – tanda zaman, mengantisipasi makna kehidupan, melihat apa yang harus dilakukan dengan bijaksana. Ketika ada satu ibadah partangiangan, ada responsoria mengatakan demikian: Tuhan, ai nunga denggan parsombaonnami on? Ini sangat menarik dan makna yang dalam bagi kita semua. Kita harus siap melaksanakan perubahan dengan dasar Firman. Karena itu juga, kita harus secara hati – hati dan bijaksana menghadapi dampak pandemik covid-19 yang melanda dunia.

 

Sekarang ini, pandemik covid-19 sudah melanda dunia bahkan sampai ke daerah kita. Kita sendiri belum bisa memastikan kapan ini berakhir, tetapi dengan upaya yang dilakukan Pemerintah bersama kita, membantu kita menghadapi situasi ini dengan berdamai dengan Covid-19. Tuhan Yesus memberikan perumpamaan lalang dan gandum. Bibit Gandum yang ditanam, tetapi tanpa sepengetahuan pemilik, ada yang menaburkan lalang juga, akhirnya lalang dan gandum sama – sama tumbuh. Terjadilah percakapan antara tuan dan hamba/pekerja, sebenarnya bibit gandumlah yang kami tanam, kata hamba kepada tuannya dan dia mengatakan, bagaimana kalau lalang itu dicabut? Tetapi tuan/pemilik  melarangnya dikarenakan apabila lalang dicabut maka gandum juga aka nada yang tercabut. Tiba saatnya nanti, akan sama – sama dipanen, Gandum akan disimpan, tetapi Lalang akan dikumpulkan, dibuang, dan dibakar. Firman ini menolong kita memahami situasi yang kita hadapi sekarang ini.

 

Jangan datangi dan jangan kawani penyakit, tetapi waspadalah dengan menjaga kesehatan, kita harus menjaga kebersihan rumah, lingkungan, pakaian, badan, hati dan pikiran kita. Di situasi ini juga kita juga bisa memahami kuasa Tuhan semakin nyata. Kita selalu meyakini dan mempercayai perkataan Yesus: “Sai dongananku do hamu ganup ari, rasirasa ro ajal ni hasingan on”.

 

Kita tidak tahu, kapan berakhir dunia ini, apakah besok, bulan depan, tahun depan, bahkan puluhan tahun lagi, tidak ada seorang pun yang tahu. Jangan sampai ada yang mengatakan, mengapa HKBP justru mengadakan Penahbisan Pelayan di situasi pandemik Covid-19 ini? Karena dunia ini sudah mau kiamat, jangan sampai ada pemahaman demikian dalam diri kita. Tuhan memberikan kepada kita kekuatan dan kebijaksanaan bagaimana melakukan langkah – langkah yang terbaik dan menjalani hidup. Justru ini adalah panggilan kepada kita semua khususnya para pelayan yang ditahbis hari ini, untuk menjawab panggilan Tuhan sebagai seorang hamba Tuhan di situasi pandemik ini untuk menyampaikan Firman Tuhan menopang kehidupan jemaat.

 

Ini menjadi situasi yang istimewa dikarenakan di situasi dimana banyak jemaat sedang bergumul tentang situasi yang kita hadapi ini, ada banyak iman yang tergoncang, bahkan semakin banyaknya kekuatiran yang melanda jemaat. Situasi ini merubah segala aspek kehidupan kita termasuk adat yang kita hidupi selama ini, misalnya apabila ada yang meninggal apalagi dikarenakan Covid-19, baik yang muda bahkan yang sudah tua sesegera mungkin harus dimakamkan. Sekarang semakin banyak jemaat dan warga secara umum kehidupannya hampir sampai kepada keputusasaan. Ketatnya protokol kesehatan seperti yang ditetapkan pemerintah kita, misalnya bila pun ada berkegiatan, maka itu harus selesai selambat – lambatnya Pukul 15.00 Wib. Di situasi seperti inilah, kita terpanggil secara khusus kepada yang mau ditahbis hari ini, dengan mengandalkan kuasa Tuhan, harus menunaikan panggilannya, melakukan pelayanan dengan sungguh – sungguh. Jangan ada seorang pun yang lalai, setiap pelayan harus “Hobas jala Hibas”. Bukan hanya tekad atau prinsip, tetapi juga harus ada aksi atau perbuatan, itulah hobas jala hibas.

 

Pandita, Guru Huria, Bibevoruw, dan Diakones, hupabangkit hamu gabe pangula di HKBP, ini harus bermakna dan berguna dalam pelayanan HKBP. Tenunlah dan rakitlah pelayanan yang berdampak dalam kehidupan jemaat. Masa sekarang, bukan lagi waktunya hanya sekedar bicara dan ngobrol - ngobrol saja, melihat kekurangan orang lain, merendahkan orang lain apalagi memburuk – burukkan orang lain, termasuk hanya membuat postingan di media sosial.

 

Pernah, saya berkomunikasi dengan seorang pelayan pendeta yang rajin memberikan informasi kepada saya dan memposting dan memberikan tanggapan - tanggapan di media sosial. Awalnya, saya cukuo simpatik dengannya dikarenakan aktif dan tahu banyak informasi. Setelah beberapa kali saya telpon, akhirnya saya  bisa bicara dengannya. Dari percakapan tersebut, akhirnya saya tahu, ternyata dia harus pergi dengan jarak tempuh sekian kilometer dari tempat pelayanannya menuju satu kedai, dan disitulah dia selalu aktif bermedia sosial. Akhirnya, yang awalnya saya simpatik kepadanya, tetapi saya harus menegur dan mengingatkannya karena aktifnya bermedia sosial/internet membuatnya harus sering meninggalkan tempat pelayanannya. Akhirnya dia malu dan saya meminta tidak mengulangi kesalahannya, karena jemaat yang dilayaninya pasti membutuhkan pelayanan yang maksimal dari dia sebagai pelayan, jangan sampai ini terjadi lagi dengan kita.

 

Tuhan memanggil dan mengingatkan kita, Tuhan mengutus kita para hambaNya untuk mengunjungi jemaat di tempat pelayanan kita dimana kita diutus, karena jemaat perlu dikuatkan, ditopang, dibimbing dengan dasar Firman Tuhan. Doa dan tindakan menyatu sebagai permohonan kepada Tuhan, dan itu harus bisa dihidupi pelayan HKBP, itulah sebabnya ada perkataan “Ora et Labora”. Kita semua para pelayan Tuhan harus hobas jala hibas. Tuhan memberkati dan menyertai kita semua… Amen, demikian penjelasan singkat khotbah Ompui Ephorus HKBP.

 

Usai acara ibadah, tak lupa juga diadakan foto bersama Pimpinan HKBP dengan para pelayan yang menerima tahbisan yang dipandu Kabiro Jemaat Pdt. Ebsan Hutabarat, M.Th dan Kabiro Personalia Pdt. Daslan Rajagukguk, M.Th.. Turut hadir juga, Para Praeses HKBP dan Para Pelayan Penuh Waktu lainnya dari beberapa distrik. Dalam acara tersebut, seluruh jemaat dan pelayan maupun undangan tetap diwajibkan memakai masker/face shield dan cuci tangan, yang juga dijaga oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Serdang Bedagai.

 

Selamat menunaikan tugas panggilan kepada 36 orang pelayan yang menerima tahbisan. Tuhan menyertai para hambaNya, Tuhan memberkati GerejaNya dan bangsa Indonesia. (Alter Pernando Siahaan)