Renungan Harian HKBP | 7 Juli 2023

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Allah Bapa kami yang berkuasa di Bumi dan di Sorga, kami mengucap syukur atas karya keselamatan yang Engkau berikan kepada kami di dalam nama Yesus Kristus. Kami bersyukur untuk segala sesuatu yang Tuhan sediakan sehingga kami beroleh kesempatan dan kekuatan untuk menjalani kehidupan kami pada hari ini. Tuhan, kami rindu membaca dan merenungkan firman-Mu pada saat ini. Berkatilah hati dan pikiran kami semua, baik yang menyampaikan maupun yang mendengarkan, agar Roh KudusMu memberikan pengertian di hati dan pikiran kami. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami sudah berdoa dan bersyukur. Amin.

 

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Jumat dan Salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari kitab Yehezkiel 20:17, “Tetapi Aku merasa sayang melihat mereka, sehingga Aku tidak membinasakannya dan tidak menghabisinya di padang gurun”.


Saudara/i, siapakah di antara kita yang akan membebaskan orang yang kita kasihi melakukan apa saja yang dia inginkan atas dasar kasih? Apakah saudara seorang Bapak yang memberikan apa pun permintaan anak saudara? Apakah saudari seorang Ibu yang memberikan gadget kepada anak saudara asal anak tersebut diam dan tidak membuat keributan di rumah? Atau apakah saudara memiliki pasangan yang membiarkan pasangan saudara sebebas-bebasnya tanpa batas?


Saudara/saudari terkasih, di era kita saat ini, ada banyak sekali pemahaman yang rancu tentang apa itu kasih. Banyak orang yang akan enggan menegur temannya apabila temannya kedapatan melakukan satu kesalahan. Ia membiarkan temannya tersebut larut dalam kesalahan hanya karena tak ingin salah paham dan tak ingin merusak pertemanan yang sudah dibangun dengan baik dalam waktu yang lama.


Benarkah dalam kasih tidak diperlukan teguran dan hukuman? Apakah kasih menjadi sangat relatif di tengah era relativisme masa kini? Saudara/i terkasih dalam Yesus Kristus, kalau kita kembali kepada sejarah panjang bagaimana Allah menuntut umat-Nya sejak ribuan tahun lampau, Allah begitu mengasihi umat-Nya. Namun besarnya kasih Allah tidak membuat Allah membiarkan begitu saja manusia berbuat se-enak-nya atau sebebas-bebasnya. Begitulah kasih Allah.


Perikop yang kita baca hari ini jelas menceritakan ketegangan antara kasih dan hukuman Allah dalam sejarah Israel. Allah memberkati dan menyelamatkan bangsa Israel dari perbudakan Mesir masuk ke Tanah Kanaan. Tetapi Allah tidak membiarkan begitu saja bangsa Israel menjadi penyembah berhala dewa-dewi Mesir. Mereka telah diingatkan berulang kali dengan Shema Yisrael seperti yang dicatat dalam Kitab Ulangan 6:4-5 Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!


Saudara/i terkasih, percayakah saudara pada firman Tuhan hari ini bahwa Allah begitu menyayangi kita sehingga Ia tidak membinasakan kita? Percayakah saudara sungguh-sungguh bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang Tunggal telah diberikan Allah Bapa kepada kita supaya kita tidak binasa dan mati untuk selama-lamanya. Jikalau ada di antara kita yang masih belum percaya, mari saudara/i ambil waktu untuk merenungkan arti yang paling dalam dari kematian Yesus Kristus di kayu salib. Adakah kematian dan kebangkitan-Nya mengubah kehidupan saudara menjadi baru? Atau, seperti tulisan Rasul Paulus dalam kitab Roma 2:4 yang berkata: Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?


Sebagai umat yang dikasihi, Allah tidak mungkin membiarkan kita hidup sesuka hati menyembah ilah lain atau memberhalakan benda mati atau materi dunia ini. Kita tidak akan dibiarkan oleh Allah menyembah uang, pagi siang, sore malam. Uang dapat memberi berbagai kesenangan dan kebahagiaan duniawi. Tapi uang sampai kapan pun hanyalah alat tukar. Jangan kita mau diperalat. Jabatan dan popularitas tentu memberi banyak kesenangan dan manfaat. Tapi mari kita ingat, semuanya itu hanyalah sesaat. Segala sesuatu ada waktunya. Sebentar kita menjabat, sebentar kita terkenal dan populer. Tapi sebentar lagi kita dilupakan dan tidak diingat. Dunia akan terus berjalan tanpa kehadiran saya dan saudara dengan segala keinginannya yang semakin tak tahu arah.


Karena itu saudara/i terkasih dalam Tuhan. Mari saudara-saudari kita renungkan bersama. Panggilan keselamatan dari Tuhan Allah adalah panggilan yang mendatangkan kebaikan dan kehidupan yang kekal dalam sejahtera dan sukacita sempurna. Mari tetap setia kepada-Nya saja. Tuhan Yesus Memberkati. Amin.


Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa kami bersyukur atas firman yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami belum melakukan apa pun untuk membalas kasih-Mu yang besar dan ajaib. Karuniakanlah kepada kami kesetiaan, keberanian dan ketekunan untuk tetap menyembah Engkau dalam Roh dan Kebenaran. Beri kami kekuatan untuk belajar melakukan firman Tuhan dengan setia dan taat sebagai bukti konkrit bahwa kami mengasihi Tuhan dan kami ingin menyenangkan hati Tuhan. Terimalah doa syukur dan permohonan kami ini, ya Allah, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

 

Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol.)- Pendeta Fungsional di Biro Personalia HKBP

Pustaka Digital