Renungan Harian HKBP | 7 Juli 2024

Doa Pembuka: Damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal dan pikiran manusia, itulah kiranya memberkati hati dan pikiranmu, dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Juruselamat kita yang hidup. Amin.

Kotbah Evangelium 

Judul Renungan: “ALLAH BENTENG BAGI KITA”

Nats Renungan: Mazmur 48 : 1 – 15

“SION KOTA ALLAH.”

[1] Nyanyian. Mazmur bani Korah.

[2] Besarlah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita!

[3] Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.

[4] Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng.

[5] Sebab lihat, raja-raja datang berkumpul, mereka bersama-sama berjalan maju;

[6] demi mereka melihatnya, mereka tercengang-cengang, terkejut, lalu lari kebingungan.

[7] Kegentaran menimpa mereka di sana; mereka kesakitan seperti Perempuan yang hendak melahirkan.

[8] Dengan angin timur Engkau memecahkan kapal-kapal Tarsis

[9] Seperti yang telah kita dengar, demikianlah juga kita lihat, di kota Tuhan semesta alam, di kota Allah kita; Allah menegakkannya untuk selama-lamanya.

[10] Kami mengingat, ya Allah, kasih setia-Mu di dalam bait-Mu.

[11] Seperti nama-Mu, ya Allah, demikianlah kemasyuran-Mu sampai ke ujung bumi; tangan kanan-Mu penuh dengan keadilan.

[12] Biarlah gunung Sion bersukacita; biarlah anak-anak perempuan Yehuda bersorak-sorak oleh karena penghukuman-Mu!

[13] Kelilingilah Sion dan edarilah dia, hitunglah menaranya,

[14] perhatikanlah temboknya, jalanilah puri-purinya, supaya kamu dapat menceritakannya kepada angkatan yang kemudian:

[15] Sesungguhnya inilah Allah, Allah kitalah Dia seterusnya dan untuk selamanya! Dialah yang memimpin kita!

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan kita Yesus Kristus, Topik Minggu hari ini: “Allah Benteng Bagi Kita.” Ada kata “benteng” dalam topik Minggu hari ini. Arti “benteng” dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah: bangunan tempat berlindung atau bertahan (dari serangan musuh). Pada jaman penjajahan Belanda di Indonesia, di beberapa daerah Belanda membangun benteng, sebagai tempat pertahanan dari serangan musuh. Jadi, fungsi utama benteng adalah untuk keamanan. Pembangunan benteng sebagai pertahanan sudah terjadi jauh sebelum jaman penjajahan. Bahkan di Perjanjian Lama pun sudah membicarakan tentang benteng sebagai pertahanan dan tempat berlindung dari serangan musuh. Ada benteng yang dibangun manusia dengan perencanaan yang sangat matang. Namun ada juga benteng yang tidak dibangun manusia, yang dijadikan sebagai tempat pertahanan dari serangan musuh, seperti gunung-gunung batu. Kitab Mazmur juga menjelaskan tentang hal tersebut (bnd: Mzm.18:2,3,31,46; 19:14).

Di tanah Batak, konon pada jaman dahulu kala, benteng pertahanan di setiap kampung atau desa adalah pohon bambu. Itu sebabnya desa-desa atau kampung-kampung di daerah tanah Batak pada umumnya dikelilingi pohon bambu. Konon katanya, jaman dulu sering terjadi permusuhan, perselisihan dan perkelahian (peperangan) antar kampung. Penduduk antar kampung saling serang hingga mengharuskan setiap desa atau kampung untuk membuat benteng pertahanan dari serangan musuh. Namun ada juga benteng atau tembok beton yang dibangun di tepi laut, bukan tempat bertahan atau berlindung dari serangan musuh, tetapi tempat berlindung warga masyarakat yang berdomisili di pinggir pantai untuk berlindung dari bencana alam tsunami.

Dalam perikop ini, Allah justru dikatakan sebagai benteng di kota Sion. Sion adalah sebutan untuk Israel. Yang dimaksud dengan “Kota Allah kita” (ayat 2) dan “Kota Raja Besar” (ayat 3) ialah Yerusalem (Mat.5:35). Dalam kenyataannya ada banyak bangsa yang memusuhi Israel dan selalu bermaksud menyerang dan menghancurkan bangsa Israel, terutama kota Yerusalem. Kota Yerusalem sendiri dikelilingi oleh tembok Yerusalem (yaitu kota lama Yerusalem). Tembok tersebut dimaksudkan untuk melindungi warga dari serangan musuh. Itulah yang digambarkan di ayat 5 “Sebab lihat, raja-raja datang berkumpul, mereka bersama-sama berjalan maju.” Memang, mereka tidak hanya bermaksud untuk menyerang, tetapi ada juga karena penasaran ingin melihat dan menyaksikan secara langsung situasi dan kondisi kota Yerusalem sebagai kota Allah. Setelah mereka tiba di kota Allah mereka tercengang, terkejut, hingga mereka kehilangan daya dan menjadi gentar (ayat 6).

Saudara-saudara,…! Gambaran lain kuatnya kemampuan musuh dalam Mazmur pasal 48 ini, di ayat 7, yaitu kapal-kapal Tarsis yang dikenal sangat kuat dan indah. Tetapi kapal-kapal Tarsis pun dipecahkan oleh Tuhan dengan angin timur. Hal itu menunjukkan bahwa Allah berkuasa atas alam semesta. Dalam hal ini, alam bisa dipakai dan diperintahkan oleh Tuhan untuk menghalau musuh-musuh umat-Nya Israel. Sehingga dalam Mazmur 48 ini, benteng itu bukan tembok beton yang dibangun oleh tangan manusia; bukan juga gunung-gunung batu yang dijadikan benteng pertahanan oleh manusia. Melainkan Tuhan sendirilah benteng yang melindungi umat Israel dari serangan-serangan musuh. Itulah yang disebutkan di ayat 4 “Dalam puri-purinya Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai benteng.” Tentu banyak cara Tuhan untuk melindungi umat-Nya dari serangan musuh.

Pengalaman akan perlindungan Tuhan itulah yang dinyanyikan bani Korah dalam Mazmur pasal 48 ini. Allah itu adalah Roh, yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala manusia; tetapi Ia selalu hadir di tengah-tengah umat-Nya (omnipresent), hadir dalam kesulitan dan pergumulan umat-Nya. Hal itu sudah dirasakan oleh bangsa Israel di jaman Perjanjian Lama. Ketika bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir dan kemudian dikejar-kejar oleh tentara Firaun, Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya. Ketika tiba di tepi laut Teberau, Allah memerintahkan Musa mengangkat tongkatnya dan mengulurkan tangannya ke atas laut Teberau dan air laut pun terbelah, bagian tengahnya menjadi kering dan bangsa Israel pun dapat berjalan untuk menyeberang. Ketika bangsa Israel tiba di seberang, sementara tentara Firaun mengejar di bagian laut yang terbelah atau bagian yang kering; Allah memerintahkan Musa mengulurkan tangannya ke atas laut dan berbaliklah air laut ke tempatnya, hingga menenggelamkan tentara Firaun atau tentara Mesir. Itulah salah satu kisah dalam Alkitab Perjanjian Lama bagaimana cara Tuhan melindungi umat-Nya dari serangan musuh; kisah yang menunjukkan bahwa Allah adalah benteng pertahanan bagi umat-Nya. Kisah tersebut dapat kita baca di kitab Keluaran pasal 14:15-31.

Melalui perikop ini kita diingatkan, Allah adalah benteng bagi kita. Agar kita terlindung dari serangan musuh, maka kita harus tetap di dalam Allah. Orang-orang yang berada di dalam Allah adalah orang-orang yang berada di dalam benteng. Mereka pasti akan terlindungi. Salah satu musuh terbesar manusia adalah Iblis, yang sering menggoda manusia agar jauh dari Allah dan agar manusia terjerumus ke dalam dosa. Itu sebebnya Rasul Petrus mengingatkan: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Pet.5:8).

Demikian juga perjalanan gereja Tuhan di dunia ini, selalu mendapat serangan dalam banyak bentuk dan dalam banyak hal, yaitu dari orang-orang yang tidak menghendaki kehadiran gereja atau kehadiran Injil Kristus di tengah-tengah dunia ini. Melalui perikop ini, kita sebagai warga gereja diingatkan agar jangan takut dan gentar, Tuhan adalah benteng pertahanan bagi kita. Tuhan selalu punya cara untuk melindungi umat-Nya dari serangan-serangan musuh. Karena pengalaman akan perlindungan Tuhan itulah, sehingga Bani Korah mengajak kita untuk beribadah dan memuji Tuhan. “Besarlah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita!” (demikian dikatakan di ayat 2). Hal itu akan menjadi kesaksian iman bagi generasi yang berikutnya, agar mereka juga yakin dan percaya, bahwa Tuhan adalah benteng pertahanan dalam hidupnya. “Ya Tuhan, bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku, Allahku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku!” (Mzm.18:3). Amin.


Kotbah Epistel

DALAM KELEMAHANLAH KUASA ALLAH MENJADI SEMPURNA

[Ep. 2 Korintus 12 : 2 – 10]

[2] Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau – entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya – orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

[3] Aku juga tahu tentang orang itu, - entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -

[4] ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

[5] Atas orang itu aku hendak bermegah, tetapi atas diriku sendiri aku tidak akan bermegah, selain atas kelemahan-kelemahanku.

[6] Sebab sekiranya aku hendak bermegah juga, aku bukan orang bodoh lagi, karena aku mengatakan kebenaran. Tetapi aku menahan diriku, supaya jangan ada orang yang menghitungkan kepadaku lebih dari pada yang mereka lihat padaku atau yang mereka dengar dari padaku.

[7] Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri.

[8] Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.

[9] Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.

[10] Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…!

Hidup di dunia ini penuh dengan pergumulan dan penderitaan. Hal itu adalah kenyataan atau realitas hidup setiap orang. Tidak ada seorang pun yang tidak pernah mengahadapi kesulitan atau penderitaan. Kalau istilah orang Kristen: “Tidak ada orang Kristen tanpa salib” (bnd: Luk.9:23). Demikian juga dengan Rasul Paulus, walaupun ia seorang Rasul, gigih memberitakan Injil Kristus, seorang hamba Tuhan, hidupnya pun tidak lepas dari kesulitan dan penderitaan. Kalau kita membaca kisah hidupnya, juga membaca Alkitab yang berkaitan dengan pelayanannya, secara garis besar ada empat hal kesulitan atau penderitaan yang dihadapi Rasul Paulus, yaitu:

1) Medan pelayanan yang luar biasa berat. Kapalnya pernah terdampar karena cuaca buruk.

2) Bolak-balik masuk penjara, bukan karena melakukan kejahatan, tetapi justru karena imannya kepada Kristus dan karena usahanya memberitakan Injil Kristus.

3) Biaya hidup (balanjo) yang kurang jelas; sampai-sampai ia harus bekerja membuat tenda untuk membiayai hidupnya.

4) Kondisi phisiknya yang kurang baik, kurang sehat atau sakit.

Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan Yesus Kristus,…! Sebagai orang beriman, ketika kita menghadapi kesulitan atau penderitaan, apa yang kita perbuat? Karena dalam kenyataannya banyak hal yang dapat membuat kita terbeban dan menderita. Misalnya, masalah atau kondisi kesehatan yang kurang baik, masalah keuangan, masalah pekerjaan, masalah dalam rumahtangga atau keluarga, perilaku anak yang kurang baik membuat orangtua menderita, dan lain-lain. Apa yang dilakukan Rasul Paulus dalam perikop ini menjadi acuan bagi kita tentang apa yang harus kita lakukan ketika menghadapi kesulitan atau penderitaan. Rasul Paulus dalam penderitaannya berdoa kepada Tuhan, memohon pertolongan Tuhan.

Secara khusus dalam perikop ini, apa kesulitan yang dihadapi oleh Rasul Paulus? Ternyata ia sedang mengidap suatu penyakit di dalam tubuhnya. Tentulah penyakit tersebut mengganggu pelayanannya, mengganggu aktifitasnya. Itu pasti! Sehingga Rasul Paulus mengibaratkan penyakit itu seperti duri dalam daging (ayat 7). Seperti halnya kebanyakan orang yang jatuh sakit, penyakitnya pasti akan mengganggu aktifitasnya, mengganggunya dalam bekerja dan bersosialisasi, dan lain-lain. Bagi orang pekerja yang jatuh sakit, mengharuskan mereka meminta ijin kepada atasannya tidak dapat bekerja, yang dimaksudkan untuk berobat atau istirahat di rumah dalam rangka memulihkan kondisi phisiknya yang sakit atau kurang sehat.

Dalam kondisi sakit tersebut Paulus memohon agar Tuhan berkenan menyembuhkan penyakitnya. Permohonan Rasul Paulus sangat wajar dan dapat diterima akal, agar ia sembuh dari penyakit yang ia derita, karena penyakit tersebut mengganggu pelayanannya. Hal itu juga dilakukan oleh orang yang sedang sakit. Ternyata,…oh ternyata, doa Rasul Paulus tidak dikabulkan oleh Tuhan. Sampai tiga kali Paulus memohon agar disembuhkan (ayat 8). Jawaban Tuhan kepada Paulus dapat kita baca di ayat 9 “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” Doa Paulus ternyata pernah tidak dikabulkan oleh Tuhan, pada hal dia seorang hamba Tuhan, seorang Rasul, Rasul yang gigih memberitakan Injil; bahkan dalam Perjanjian Baru sampai ada 13 surat kiriman Rasul Paulus; 13 buku atau kitab yang merupakan tulisan Paulus. Yang perlu kita garisbawahi di sini; doa seorang hamba Tuhan pun tidak selalu dikabulkan oleh Tuhan.

 Saudara-saudra,…namun hal itu tidak hanya dialami oleh Rasul Paulus. Pastilah hamba-hamba Tuhan atau pelayan-pelayan Tuhan juga mengalaminya, di mana tidak semua doa permohonan kita dikabulkan oleh Tuhan. Termasuk doa permohonan Yesus Kristus ketika Ia berdoa di taman Getsemane, ketika Ia akan menghadapi penderitaan hingga di kayu salib. Di dalam doaNya Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk.22:42). Permohonan Yesus Kristus tidak dikabulkan oleh Allah Bapa, Ia tetap menghadapi salib. Sebenarnya, hal itu justru yang terbaik. Mengapa? Tanpa peristiwa salib kita tidak akan pernah menjumpai kasih Allah yang mendamaikan. Dan tanpa penebusan Yesus Kristus di kayu salib, kita sekalian berada di bawah hukuman Allah. Bukankah hal ini menunjukkan, bahwa kadang-kadang di dalam doa yang tidak dikabulkan terkandung maksud dan rencana Allah yang tersembunyi.

Dalam hal berdoa atau memohon kepada Tuhan, ada keteladanan yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada kita; lebih tepatnya, pelajaran yang sangat berharga, yaitu: menyerahkan keputusan doa kita kepada Tuhan. “…..tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” Di dalam Doa Bapa Kami, Tuhan Yesus juga mengajarkan hal yang sama: “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat.6:10). Inilah prinsip iman yang harus dipegang oleh setiap orang Kristen pada saat berdoa atau memohon kepada Tuhan.

Kadang-kadang dengan tidak dikabulkannya doa kita, bukan berarti Allah menolak diri kita. Doa permohonan kita tidak dikabulkan, itu artinya agar kita mengalami kepenuhan berdasarkan kasih karunia Allah; agar kita ingat akan anugerah-Nya yang telah dilimpahkan-Nya secara cukup, tidak lebih dan tidak kurang. Mungkin banyak di antara kita yang harus mengalami “duri dalam daging” seperti yang dialami oleh Rasul Paulus; tentu dalam banyak hal dan dalam banyak segi dalam kehidupan kita, baik pribadi lepas pribadi, maupun keluarga lepas keluarga. Seperti: penyakit yang tak kunjung sembuh, pasangan suami – istri yang tidak dikaruniai keturunan, kondisi phisik yang kurang menguntungkan, kondisi ekonomi keluarga yang tak kunjung membaik, dan lain-lain. Dalam hal ini, kuasa anugerah Allah akan memampukan kita menghadapi semua beban dan persoalan hidup kita. Itulah yang dimaksudkan: “Sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Amin.

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk berkat dan anugerah-Mu dalam hidup kami. Kami bersyukur untuk kesehatan dan nafas kehidupan yang Tuhan anugerahkan kepada kami. Kami bersyukur untuk hari yang baru ini. Terimakasih Tuhan atas kebutuhan hidup kami, yang senantiasa Tuhan cukupkan. Kami juga berterimakasih atas FirmanMu yang telah menyapa kami pada pagi hari ini. Beri kami kemampuan untuk melakukan kehendakMu di dalam kehidupan kami sehari-hari. Berkati dan lindungilah kami pada hari ini dan juga di hari-hari yang akan datang. Beri kami kesehatan, umur yang panjang, berikan kebutuhan hidup kami sehari-hari. Sertai kami dalam bekerja, berkati apa yang kami kerjakan, agar melalui pekerjaan kami, kebutuhan hidup kami senantiasa dapat terpenuhi. Jika kami sudah menerima dan merasakan anugerah-Mu, ingatkan dan ajarkan kami untuk senantiasa mengucap syukur kepada-Mu. Berkati juga saudara-saudara kami, di manapun mereka berada, agar kiranya Tuhan senantiasa menjaga dan memberkati mereka. Di atas segala permohonan kami, sucikan kami dari segala dosa dan kesalahan kami, agar kami layak di hadapan-Mu, layak menerima berkat-Mu dan layak disebut anak-anak-Mu. Dalam nama Anak-Mu, Tuhan Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan mengucap Syukur. Amin.


Pdt. Manaris Rikson Edianto Simatupang, M.Th – Bendahara Umum

Pustaka Digital