Teologia Salib
Selasa (7/5), pada pukul 08.00 wib ibadah pagi kegiatan CPE dipimpin oleh Diak. Dame Hutabarat, peserta CPE hari ini mengikuti ibadah tepat waktu dari hari kemarin. Selama kurang lebih 30 menit ibadah berlangsung, Firman Tuhan yang tertulis di Yeremia 2: 19, penjelasan dari ibu Diakones Damse Hutabarat menekankan bahwa panggilan kita sebagai pelayan untuk memberikan teladan yang baik dan benar. Sebagaimana yang telah diajarkan oleh Tuhan Yesus melakukan kebenaran Firman Allah. Melalui nabi Yeremia, umat Israel telah diingatkan bahwa mereka akan menerima apa yang mereka lakukan. Perilaku mereka melukai hati Tuhan, sebab mereka tidak setia mengikut Tuhan. Inilah yang mau dikatakan oleh Tuhan kepada kita saat ini, dimana Tuhan mengharapkan kesetiaan kita kepada perintahNya agar kita memperoleh kebenaran dan ketangguhan dari Tuhan. Secara khusus di kegaitan CPE ini, kita juga diharapkan untuk setia dalam mengikuti jadwal dengan disiplin. Kesetiaan kita akan melahirkan sebuah pergumulan yang hebat dalam pelayanan kita masing-masing.
Seusai ibadah pagi, acara dilanjutkan dengan kegaitan life story. Life story ini adalah menceritakan kembali kisah atau perjalanan hidup mulai dari lahir hingga saat ini. Cerita ini akan dimuat dalam lima lembar kerta dengan menggambarkan sesuatu benda yang berkesan bagi pribadi perserta, baik kesan yang positif maupun kesan yang negatif. Misalnya umur salah seorang peserta 30 tahun maka kerta yang pertama diisi gambar yang berkesan dari lahir hingga umur 6 tahun. Lembar kedua umur 7 tahun sampai 13 tahun dan seterusnya sampai umur 30 tahun. Dari setiap lembar akan dijelaskan oleh peserta, kesan apa yang sangat diingat oleh peserta di dalam hidupnya. Sepuluh peserta CPE ini diproses oleh Ibu Kadep dan Pdt. Hotnida Siagian untuk mengetahui pergumulan hidupnya yang belum dapat diselesaikan atau persoalan masa lalunya yang belum tuntas. Satu persatu diproses untuk memberikan informasi kepada setiap perserta bahwa pergumulan hidupnya adalah ini, itu dan yang lain-lain. Proses Life story ini berjalan dengan baik dan lancar, namun tidak dapat diselesaikan pada hari ini sebab masih ada sesi demi sesi dari para pembicara yang lain.
Salah satu pembicara yang sudah tidak asing lagi di kalangan pelayan HKBP dan memahami pastoral dengan baik, yaitu bapak Pdt.Dr. Deonal Sinaga (praeses HKBP Distrik XXI Banten). Bapak ini membawakan sesi dengan tema teologi salib dan pengenalan diri. Secara singkat teologi salib dijelaskan oleh bapak Pdt. Dr. Deonal Sinaga.Dengan memandang Salib, apakah yang muncul dalam pikiran anda? Apakah itu dapat mengubah persepsi anda tentang diri sendiri, sesama dan Tuhan? Apakah itu bisa menentukan pemaknaan anda tentang waktu lalu, kini, dan masa depan? Memandang pada hari paling kelam: Kristus ada di jalan salib; Dihukum oleh manusia berdosa, dipukul dan disiksa, kemudian disalibkan di Golgatha. Inilah kekuatan salib: Kristus menjadi dosa bagi kita: Dia memikul kesalahan, menanggung kutukan, sehingga kita diampuni di salib itu. “Pada salib tidak perlu ada kepurapuraan, performance atau kepanikan. Kekuatan dan anugerah salib akan menyelamatkan, memulihkan, menyegarkan dan membaharuimu. Bersandarlah pada salib dimana Tuhan menjangkau engkau dan merangkul engkau dengan kasih yang abadi.” (Caroline Naoroji). Salib bukanlah sesuatu yang baru, atau sesuatu yang asing dalam kekristenan, melainkan sangat sentral dalam eksistensi kekristenan itu sendiri. Itu bukan tambahan atau hiasan semata, melainkan sesuatu yg sangat sentral dalam hidup menjadi Kristen – pengikut Kristus. Teolog kemuliaan menyatakan apa yang jahat baik dan yang baik jahat. Tetapi teolog salib menyatakan sesutau itu yang sebenarnya (Martin Luther). Sehingga “kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah bangsanya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan memberikan nyawanya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Markus 8: 34-45). Begitu juga dengan Yesus dengan rela mengorbankan diriNya untuk melayani orang lain (Yoh. 10:30). Dia datang untuk melayani (Mat. 20: 28). Dalam Yohannes 13: 1-17, Yesus memberikan contoh praktis bagaimana menjadi pemimpin hamba sewaktu Dia membasuh kaki murid-muridNya. Dalam hal ini ditunjukkan bahwa motivasi dasar Tuhan Yesus adalah mengasihi murid-muridNya; Dia sadar betul akan posisiNya sebagai pemimpin; Dia dengan rela melayani sesama; dan Dia menunjukkan satu teladan dalam kepemimpinan. Karena itu, pelayanan Kristiani: berpusat pada Kristus.
Sesudah sesi dari bapak Pdt.Dr. Deonal Sinaga, acara dilanjutkan dengan visit. Visit adalah kunjungan keruang pasien untuk mengumpulkan data dari percakapan anatara konselor dan konseli. Tulisan ini juga sangat bermanfaat bagi perserta CPE, dimana melalui tulisan-tulisan itu akan memperlihatkan lebih jelas kepribadian perserta. Visit ini dilakukan dengan pertolongan para perawat rumah sakit dan panitia untuk memasuki ruang rawat inang rumah sakit. Sekitar 1 jam peserta diberikan untuk melakukan visit kepada pasien yang ada di rumah sakit tersebut. Setelah itu, hasinya dituliskan kembali di ruang pertemua sebelum acara ditutup dalam doa. Acara CPE di hari kedua ini diakhiri pada pukul 18.30 wib, setelah itu para peserta kembali ke penginapan untuk melajutkan aktiviatas yang selanjutnya.(JLS)