Renungan Harian HKBP | 17 Agustus 2023

Doa Pembuka: Terima kasih Tuhan karena Engkau senantiasa menyertai kami umat-Mu dalam setiap langkah kami. Saat ini kami akan mendengarkan firman-Mu, berilah kepada kami hati dan pikiran yang terbuka untuk menerima firman-Mu itu. Berilah kami hikmat dan kekuatan untuk melakukannya dalam kehidupan kami. Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan mengucap syukur. Amin.

 

Firman Tuhan yang menjadi nas renungan bagi kita pada saat ini adalah nas yang tertulis dalam Surat 2 Timotius 2: 24

“Sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar.”

 

Saudara-saudara yang terkasih, nas ini barangkali terasa seperti tidak lengkap. Benar. Kita harus membacanya setidaknya dari ayat sebelumnya yang berbunyi: “Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran.” Nasihat ini merupakan nasihat yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. Timotius diingatkan untuk tidak memberi respons pada pertengkaran yang tidak perlu.

Selisih paham, pertengkaran adalah hal yang mewarnai interaksi antar sesama manusia. Terkadang, pertengkaran adalah hal yang tidak dapat dihindari. Meski Paulus dalam nasihatnya tidak menyebut hal ini, tetapi kita tahu bahwa itu adalah realita. Dan butuh hikmat untuk menghadapi pertengkaran yang tidak bisa dihindarkan. Di sisi lain, ada pertengkaran yang bisa muncul oleh hal yang sebenarnya tidak perlu diributkan, suatu hal yang dicari-cari, bodoh dan tidak layak. Paulus menasihatkan Timotius agar menghindar dari pertengkaran semacam itu.

Menurut pandangan Paulus, Timotius sebagai seorang hamba Tuhan tidak layak untuk terlibat dalam pertengkaran semacam itu. Paulus menekankan agar Timotius sebagai seorang hamba Tuhan harus lebih mengarahkan dirinya pada keterampilan yang dibutuhkan dalam pelayanannya. Keterampilan itu antara lain: cakap mengajar, sabar dan lembah lembut. Melatih diri dalam kecakapan seperti itu jauh lebih penting ketimbang melibatkan diri dalam pertengkaran yang tidak perlu.

Nasihat yang disampaikan Paulus ditujukan kepada Timotius sebagai hamba Tuhan. Namun, nasihat itu juga berlaku umum. Kita semua adalah juga hamba Tuhan. Karakter unggul yang diharapkan Paulus juga harus tampak dalam diri kita semua, sebagai orang yang percaya kepada Tuhan, sebagai pengikut Kristus. Dalam beberapa situasi kita mungkin akan berhadapan dengan pertengkaran. Kita membutuhkan hikmat untuk berhadapan dengan situasi seperti itu. Namun, janganlah kiranya pertengkaran itu menyangkut hal-hal yang tidak penting. Terlebih, janganlah kiranya pertengkaran itu bersumber dari diri kita sendiri, apakah itu karena kemalasan kita, apakah karena kecerobohan kita, atau mungkin karena kecemburuan kita terhadap orang lain. Janganlah kiranya hal-hal bodoh dan tidak layak seperti itu muncul dari diri kita.

Sebaliknya, kita justru harus mampu meredam mana kala ada potensi-potensi pertengkaran yang menyangkut hal semacam itu. Bagaimana caranya agar kita mampu menghindarkan diri dari pertengkaran yang tidak perlu itu. Paulus memberikan arahan, bahwa seorang hamba Tuhan harus ramah terhadap semua orang.  Dengan sikap yang ramah, orang lain akan lebih menyenangi kita. Lebih lagi, keramahan membuka jalan untuk kita dapat berinteraksi dengan lebih akrab terhadap orang lain. Dan, melaluinya kita berkesempatan untuk memberikan pengaruh yang baik.

Selanjutnya, Paulus menekankan tentang kecakapan mengajar, sikap sabar dan lembah lembut. Meski tidak semua orang bekerja sebagai seorang guru atau pengajar, namun keterampilan sebagai seorang pengajar adalah hal yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan kita, terutama di tengah keluarga. Siapapun yang menjadi orang tua di tengah keluarga, akan diharapkan mampu memberikan pengajaran dengan sabar dan lemah lembut. Seorang ayah atau ibu yang memberikan teladan, mengajar anak-anaknya dengan sabar dan lemah lembut akan jauh lebih berhasil daripada orang tua yang mengajar dengan kekerasan. Keramahan, sabar dan lemah lembut adalah salah satu ciri orang yang unggul. Maka milikilah karakter itu di dalam diri Saudara.

 

Doa Penutup: Terima kasih Tuhan untuk hari yang Engkau berikan bagi kami. Kami bersyukur untuk kasih setiaMu yang Engkau berikan bagi kami. Kami telah mendengarkan firman-Mu, biarlah firman-Mu mengisi hati dan pikiran kami, dan menuntun kami mengerjakan pekerjaan yang baik. Ya Tuhan, ajarlah kiranya kami untuk dapat memiliki karakter yang baik sebagaimana pengajaran yang disampaikan oleh Rasul Paulus kepada Timotius. Agar kami memiliki hikmat untuk menghindarkan diri dari pertengkaran yang tidak perlu, agar kami memperlihatkan karakter unggul sebagai hambaMu yang ramah kepada semua orang, sabar dan lemah lembut. Kami tidak dapat melakukan semua itu bila hanya mengandalkan kekuatan dan pikiran kami sendiri. Karena itu kami memohon Tuhan mengaruniakannya kepada kami. Terimalah doa dan permohonan kami ini. Di dalam nama AnakMu Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa dan mengucap syukur.


Anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, kasih Allah Bapa dan persekutuan dengan Roh Kudus itulah yang menyertai kamu sekalian. Amin.



Pdt. Samuel D. Sigalingging (Kabag. Adm. Departemen Koinonia HKBP)

Pustaka Digital