Renungan Harian HKBP | 24 Agustus 2023

Shalom Bapak/Ibu saudara/i yang seiman, kami berharap kita dalam keadaan sehat bangun di pagi hari ini. Sebelum kita mendengarkan firman Tuhan, marilah kita beri waktu sejenak untuk saat teduh.

Doa Pembuka: Marilah kita berdoa! Puji-pujian dan hormat kami sampaikan kehadiratMu ya Bapa, karena kasih setiaMu yang selalu menyertai kami hingga saat ini. Sebelum kami memulai segala pekerjaan kami hari ini kami mau bersekutu dengan Engkau, mendengarkan sabdaMu, yang menjadi kekuatan bagi kami untuk melakukan segala yang Engkau kehendaki dalam hidup kami. Ampunkanlah dosa kami agar kami layak dihadapanMu. Terimalah doa kami ini yang kami sampaikan hanya di dalam nama PutraMu yang Tunggal, Yesus Kristus, Tuhan kami. Amin.

Bapak/Ibu saudara/i yang seiman, firman Tuhan yang akan kita renungkan untuk hari ini tertulis dalam Efesus 4 : 26: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. 

Saya memberi Judul :

Boleh Marah Tapi Jangan Sampai Berdosa 

Bapak/ibu, saya mau bertanya, siapakah dari kita yang mendengarkan renungan ini yang tidak pernah marah? Pasti tidak ada. Marah tidak mengenal usia, dapat dialami oleh semua orang mulai dari bayi, anak kecil, laki-laki ataupun perempuan. Semua pernah marah bahkan kalau seseorang marah, maka bukan hanya mulutnya yang berteriak, tetapi matanya juga ikutan kelihatan marah. Dan kalau kita jujur, semua orang yang marah, tidak ada satupun yang kelihatan cantik atau ganteng, semuanya pasti kelihatan jelek. Maka dari itu sering orang mengatakan “jangan sering marah, karena orang sering marah pasti cepat tua. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, apakah orang Kristen boleh marah atau tidak? Maksudnya: kalau marah itu dosa, walaupun keadaan saya begitu menjengkelkan, namun saya harus menahan diri untuk tidak marah? Ataukah kalau bukan dosa, sehingga saya boleh marah kepada orang yang menjengkelkan dan saya merasa puas?

Ayat ini seolah-olah mengiring pemikiran bahwa marah itu adalah dosa. Tak jarang juga ayat ini sering dipakai menjadi tameng bahwa orang Kristen tidak boleh marah. Apakah benar marah itu dosa? Tunggu dulu. Marah ataupun amarah sebenarnya adalah human aggressive artinya salah satu bentuk ekspresi dari emosi manusia, sama seperti tertawa ataupun menangis. Jadi apakah marah itu dosa? Tentu saja marah sendiri bukan suatu dosa, sebab Allahpun pernah marah, Tuhan Yesus juga, ketika bait suci dijadikan pasar dagang, Dia marah. Semua orang pasti pernah marah. Marah itu normal tetapi bukan berarti bahwa kita boleh marah secara sembarangan. "Kita boleh marah, tetapi tidak berdosa. Bagaimana marah tetapi tidak berdosa? Semua tergantung bagaimana kita mengendalikan kemarahan kita. 

Di dalam perikop ini rasul Paulus menekankan, ketika seseorang mengalami lahir baru, maka yang pertama yang dipulihkan adalah hubungan kita dengan TUHAN dan yang kedua adalah pemulihan hubungan kita dengan sesama (ay. 23-24). Dan dalam perikop ini ada dua hal yang perlu kita perhatikan: pertama, buanglah dusta (ay.25) dan yang kedua, marahlah, tapi jangan berbuat dosa (26). Dua aspek yang harus kita waspadai dalam marah itu diartikan dari kata yang terakhir yaitu "janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu "yang berarti bahwa sebelum selesai hari itu, hendaklah kita menyelesaikan marah kita, sebab apabila dibiarkan berlarut-larut akan menjadi dosa. Yang kedua, mengandung arti jangan biarkan panas matahari membakar, sehingga akhirnya engkau tidak mampu mengontrol amarahmu. Jadi durasi kemarahan juga menentukan berdosa-tidaknya suatu amarah.  Berapa sering Anda mulai marah? Dan sampai kapan Anda marah? Pertama; Sebagian orang terlalu cepat untuk marah. Pagi-pagi sudah marah, begitu makan siang marah lagi, sore marah lagi, sebelum tidur malam, marah juga. Walaupun marahnya memiliki alasan yang tepat, namun kemarahan yang sering-sering dilakukan, tidaklah bijaksana. Dalam Amsal 14:29 berkata: Orang yang sabar- besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan. Kalau kalimatnya di sederhanakan orang cepat marah adalah orang yang bodoh”. 

Bapak/ibu, mungkin kita berkata: Mengapa tidak bijaksana jika cepat marah? Alasannya adalah, sebab amarah yang sering-sering dilakukan, dapat menetap di dalam hati kita dan menjadikan kita terlatih dalam hal marah, sehingga kita menjadi Pemarah dan karena itu kita jadi berdosa. Yak 1 : 19 20 mengingatkan kita “Hai saudara saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini : Setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkatakata, dan juga lambat untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah Jadi artinya adalah alangkah bijaksana nya jika amarah itu tidak selekas mungkin dilakukan, tetapi jarang, atau melalui proses pertimbangan-pertimbangan yang bisa saja memungkinkan kita tidak jadi marah.

Kedua: Amarah yang tidak menetap di dalam dada. Dalam arti, tidak bertahan lama, cepat berlalu. Seperti yang dikatakan dalam nats kita hari ini Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu. Mari kita melihat titik ke dua Jangan kamu berbuat dosa. Artinya, amarah itu menjadi dosa apabila kita membiarkan amarah itu tinggal tetap di dalam hati, atau berlarut-larut di dalam batin. Janganlah mendendam. Janganlah kita sampai disamakan dengan orang fasik, seperti yang dikatakan dalam Ayub 36:13a : Orang-orang yang fasik hatinya  menyimpan kemarahan.

Bapak/ibu, saudara/i yang seiman, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar kita lebih waspada akan amarah. Pertama, saat teduh. Ketika kita menyediakan waktu untuk datang kepada TUHAN maka kita akan lebih leluasa menyampaikan pergumulan kita, kekecewaan, kekesalan kita kepada orang lain yang membuat kita marah dan lain sebagainya. Dengan saat teduh ini, selain kita puas menyampaikan pergumulan kita kepada TUHAN, kedekatan dan hubungan kita dengan TUHAN pun tetap terjaga dengan baik. Dan Itu menjadikan pikiran dan hidup kita diarahkan kepada TUHAN, sehingga Dia yang selalu memimpin langkah kita. Kedua, sedapat mungkin kita harus cepat menyelesaikan hal-hal yang menjadi beban atau kemarahan sehingga panas amarah itu tidak membakar dan berlarut-larut dan membuat kita jatuh ke dalam dosa. Ketiga, biarlah setiap kita mempergumulkan karakteristik khusus dalam diri kita masing-masing. Setiap kita berbeda, sehingga kita perlu memperhatikan hal-hal apa yang seringkali dapat membuat kita mudah marah. Mungkin ada hal tertentu yang bagi orang lain tidak masalah, namun bagi kita sangat menganggu dan menyebabkan marah. Kita harus sadar karakteristik khusus yang menjadi titik kelemahan kita, sehingga kita dapat menjaga dari bahaya ibils masuk untuk mempengaruhi kita. Biarlah kita memperhatikan hal-hal seperti ini, yang mungkin sepele, tetapi bisa membuat kita marah dan tidak terkendalikan. Keempat, kita membutuhkan seorang sahabat, tempat kita curhat. Dimana sahabat kita itu mau mengasihi, memperhatikan dan sekaligus membantu mengingatkan kita, kalau kita salah, jadi kita boleh saling menopang satu sama lain. Bapak/ibu, marilah mohon pimpinan Roh Kudus untuk memampukan kita menjadi orang yang dapat marah dengan benar. Kita marah dengan didasari kasih dan tidak membiarkan amarah itu terus membara, sehingga kita tidak manyakiti siapapun, dan kita dapat menyenangkan hati TUHAN. Amin

Doa Penutup: Marilah kita berdoa! Terima kasih ya Bapa, karena Engkau kembali mengingatkan kami melalui firmanMu hari ini, agar kami lebih berhikmat untuk mengatakan dan melakukan segala sesuatu dalam hidup ini, terlebih di dalam pengendalian diri kami. Engkau mengajari kami agar lambat untuk marah, dan janganlah amarah kami itu membawa kami ke dalam dosa. Kami percaya bersama dengan Roh KudusMu kami dapat dikendalikan, sehingga sedapat mungkin tidak ada perkataan dan perbuatan kami yang menyakiti sesama kami terlebih menyakiti hatiMu ya Bapa. Saat ini kami juga mau berdoa untuk semua jemaatMu, biarlah Engkau yang memberi kesehatan dan rezeki. Terlebih saat ini kami bersatu hati mendoakan hambaMu amang Pdt. Bonar Lumbantobing yang hingga saat ini masih dalam keadaan krisis. Ya Bapa, Engkau yang menciptakan hambaMu, maka dari itu Engkau lebih tahu apa yang terjadi dalam tubuhnya, dan hanya Engkau yang mampu memperbaiki urat-urat dalam tubuhnya melalui obat dan keahlian paramedis yang mengobatinya. Kami mohon kembalikanlah tubuhnya seperti awal Engkau menciptakannya. Tidak ada yang mustahil bagiMu, maka kami sangat mengharapkan kesembuhannya ya Bapa. Kami juga bersyukur untuk perkembangan kesehatan adik kami, Andreas Hutabarat yang saat ini juga di dalam pemulihan, dan semoga lebih cepat sembuh. Kami serahkan mereka dan hidup kami hanya ke dalam tangan pengasihanMu. Terimalah doa permohonan kami ini, yang kami sampaikan hanya di dalam Nama AnakMu, Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup. Amin.

Kasih setia dari Tuhan Yesus Kristus, anugrah dari Allah Bapa, dan persekutuan Roh Kudus menyertai kamu sekalian. Amin

Pdt. Susi E.N Hutabarat, S.Th (Kabag Ibadah di Biro Ibadah Musik HKBP)

Pustaka Digital