Renungan Harian HKBP | 4 September 2023

Doa Pembuka: Mari kita berdoa! Allah Bapa yang bertahta dan berkuasa di Bumi dan di Sorga, kami mengucap syukur atas karya keselamatan yang Engkau berikan kepada kami di dalam nama Yesus Kristus. Kami bersyukur untuk nafas kehidupan dan kesempatan untuk menikmati hari yang baru ini dalam berkat dan penyertaan Tuhan. Saat ini kami rindu membaca dan merenungkan firman-Mu. Berkatilah hati dan pikiran kami semua, baik yang memberitakan maupun yang mendengarkan, agar kiranya Roh KudusMu memberikan pengertian dalam hati dan pikiran kami. Di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa dan bersyukur. Amin.

 

Selamat pagi Bapak/Ibu, saudara/saudari terkasih di dalam Tuhan Yesus. Selamat Hari Senin dan Salam sejahtera bagi kita semua. Ayat yang mendasari Firman Tuhan hari ini sesuai dengan Almanak HKBP, diambil dari Injil Markus 10:15 TB

 

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya.

 

Saudara/i terkasih di dalam Tuhan Yesus, saya yakin bahwa ayat yang kita baca barusan sudah sering kita dengarkan. Tapi mengapa masih banyak orang sulit melakukannya?

Mari kita perhatikan di beberapa tempat di mana kita tinggal atau tempat yang kita kunjungi. Apakah di tempat itu anak-anak masih sering diabaikan kebutuhannya? Kebutuhan yang saya maksud di sini bukanlah kebebasan anak bermain gadget, sebab gadget bukanlah kebutuhan anak-anak, apalagi anak di bawah lima tahun. Selain kebutuhan makanan jasmani, tentu anak juga punya kebutuhan rohani, yakni Firman Tuhan yang menjadi sumber pertumbuhan si anak.

Masihkah saudara/i melihat anak-anak dibebaskan bermain melebihi waktu, tapi tidak disertai dengan dukungan agar anak mengikuti Sekolah Minggu dan kegiatan rohani lainnya?

Saya pernah mendengar fakta bahwa sejumlah anak Sekolah Minggu tidak menghadiri Ibadah Sekolah Minggu karena orangtuanya mengajak mereka untuk berjalan-jalan. Menyedihkan, bukan? Tuhan Allah yang sudah memberikan banyak berkat, termasuk berkat keturunan yakni anak kepada orangtua, tapi orangtua malah menjauhkan sang anak dari Firman Tuhan.

Keadaan seperti ini merupakan cara lain untuk menghalangi anak datang kepada Tuhan Yesus. Pada konteks bacaan kita hari ini, ada orang yang ingin membawa anak-anak kecil kepada Yesus, tetapi justru para murid memarahi orang tersebut. Dalam fakta yang saya sampaikan tadi, orangtua seumpama murid Yesus yang tidak ingin bila anak-anak tersebut mendekat kepada Yesus. Lalu bagaimana respons Yesus kepada para murid? Yesus memarahi mereka dan berkata supaya para murid membiarkan anak-anak itu datang dan mendekat kepada Tuhan Yesus. Di ayat selanjutnya, Yesus pun memberkati anak-anak itu.

Dari sini setidaknya kita belajar 3 (tiga) hal:

1.    Anak-anak juga menjadi subjek kasih Yesus. Kita tidak boleh membiarkan anak-anak jauh dari Tuhan Yesus; jauh dari Sekolah Minggu; jauh dari kegiatan kerohanian; jauh dari pembacaan Alkitab. Sebab bila kita menjauhkan anak-anak dari Tuhan Yesus, itu artinya kita melawan kehendak dan kerinduan Tuhan Yesus yang ingin memberkati anak-anak.

2.    Meskipun anak-anak tampak tidak memahami firman Tuhan sebagaimana pemahaman kita orang dewasa, kita tetap tidak dapat menyepelekan anak-anak. Dahulu kala, seorang utusan Injil bernama

Robert Moffat pernah mengadakan suatu kebaktian. Sayangnya, hanya segelintir orang yang datang karena cuaca yang tidak baik. Moffat tetap berkhotbah dan tidak begitu memberi perhatian kepada anak laki-laki kecil yang memainkan organ di gereja tersebut. Tiba-tiba Moffat terkejut, sebab sebelum khotbah selesai, anak itu telah mengambil keputusan untuk menjadi seorang utusan Injil.

Anak itu bernama David Livingstone. Ia tidak hanya menyebarkan Injil Yesus Kristus di sepanjang hidupnya di hutan-hutan Afrika, tetapi dengan cara itu, ia mempunyai tujuan untuk menemukan jalur perdagangan alternatif yang kelak dapat membawa kemakmuran bagi penduduk asli Afrika. Itulah satu dari banyak contoh yang mengajarkan kita untuk tidak menyepelekan anak-anak.

3.    Sebagai orang dewasa kita tentunya kita dituntut untuk hidup dewasa dalam kehidupan dan kerohanian. Namun, sekalipun kita dewasa, kita dapat meniru dari sikap hati anak-anak yang menyambut Yesus Kristus waktu itu. Anak-anak itu begitu penasaran dan ingin mendekat kepada Raja dari Kerajaan Allah. Mereka tampak ingin mendekat karena Yesus pun pribadi yang hangat dan terbuka kepada anak-anak. Sikap seperti ini harus kita pelajari tiap saat agar kita tidak kehilangan rasa saat ikut aktif dalam kegiatan kerohanian, baik pelayanan ibadah, pelayanan musik gereja, pelayanan lain-lain di gereja. Kiranya Tuhan Yesus memberkati dan menguatkan kita dalam melakukan firman-Nya.

 

Doa Penutup: Kita berdoa! Bapa kami bersyukur atas firman yang baru saja diperdengarkan bagi kami. Ampuni kami jikalau kami sering mengabaikan anak-anak dan justru menjauhkan anak-anak dari padaMu dengan berbagai alasan. Karuniakanlah kami sikap hati seperti anak-anak yang menyambut kerajaan-Mu, supaya dengan demikian kami tetap bersukacita mendekatkan diri kami kepada Kerajaan Allah dan segala kekayaan karunia yang ada di dalamnya. Terimalah doa syukur dan permohonan kami ini, ya Allah, di dalam nama Yesus Kristus Juruselamat kami yang hidup, kami berdoa. Amin.

 

Pdt. Ferdinand Ricardo Hutabarat, S.Si., S.Si (Teol)- Pendeta Fungsional di BPSK HKBP

Pustaka Digital